Fri. Sep 20th, 2024

Bukit Asam Siapkan Belanja Modal Rp 2,9 Triliun pada 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) menyiapkan belanja modal (Capex) sebesar Rp 2,9 triliun pada tahun 2024. Farida Thamrin, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk, mengatakan belanja modal merupakan belanja modal yang dialokasikan untuk meningkatkan kapasitas produksi.

“Volume modal kami tahun ini Rp 2,9 triliun untuk membuka logistik, artinya cadangan PTBA yang sangat besar di tambang itu akan dijual melalui ekspansi kapasitas,” kata Farida dalam konferensi pers menjelaskan operasional perseroan, Jumat (8/3). 2024).

Belanja modal tahun ini juga diperuntukkan untuk kebutuhan operasional dan anak perusahaan perseroan. Tahun ini, perseroan melakukan perencanaan dengan mengikuti perkembangan terkini pasar dan mengandalkan berbagai faktor dinamis.

“Pada tahun 2024, target PTBA adalah produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, penjualan sebesar 43,1 juta ton, dan pengangkutan sebesar 33,7 juta ton,” kata Presiden PT Bukit Asam Tbk, Arsal Ismail.

PT Bukit Asam Tbk telah memulai pembangunan fasilitas penanganan batubara baru untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan batubara melalui jalur kereta api Tanjung Enim – Keramasan. Ditandai dengan prosesi peletakan batu pertama yang dilaksanakan di Tanjung Enim pada 30 Desember 2023.

Pembangunan fasilitas ini merupakan bagian dari kerja sama PTBA dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI untuk mengembangkan angkutan batu bara jalur Tanjung Enim – Keramasan berkapasitas 20 juta ton per tahun.

Sarana dan prasarana angkutan kereta api disiapkan oleh PT KAI, sedangkan fasilitas dermaga Keramasan disiapkan oleh PT Kereta Api Logistik (Kalog).

Sebelumnya diberitakan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan produksi batu bara pada 2024 sebesar 41,3 juta ton. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail mengatakan, perencanaan perseroan pada tahun ini dilakukan dengan memantau perkembangan pasar terkini dan berdasarkan berbagai faktor dinamis.

“Pada tahun 2024, target PTBA adalah produksi batubara sebesar 41,3 juta ton, penjualan sebesar 43,1 juta ton, dan pengangkutan sebesar 33,7 juta ton,” kata Arsal dalam jumpa pers, Jumat, mengenai hasil perseroan tahun buku 2023 (8/3/2024). . ).

Sebagai perbandingan, perseroan berhasil meningkatkan kinerjanya sepanjang tahun 2023. Pada periode tersebut, total produksi batu bara PTBA mencapai 41,9 juta ton. Capaian tersebut meningkat 13 persen dibandingkan realisasi produksi tahun 2022 yang mencapai 37,1 juta ton.

“Keberhasilan produksi ini berhasil melampaui target sebesar 41 juta ton pada tahun 2023,” kata Arsal.

Peningkatan produksi ini diikuti dengan peningkatan penjualan batu bara menjadi 37,0 juta ton pada tahun 2023, naik 17 persen year-on-year. Omset ekspor perseroan sebesar 15,6 juta ton, meningkat 25 persen dibandingkan tahun 2022.

Pada saat yang sama, penjualan domestik tercatat sebesar 21,4 juta ton, atau meningkat secara tahunan sebesar 12 persen (y/y). Tantangan yang dihadapi perseroan pada tahun ini adalah koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Harga rata-rata batu bara ICI-3 mengalami penyesuaian sekitar 34 persen dari US$127,8 per ton pada tahun 2022 menjadi US$84,8 per ton pada tahun 2023.

Pada saat yang sama, harga barang-barang naik. Ini termasuk kompensasi royalti, angkutan kereta api, dan jasa pertambangan.

Oleh karena itu, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar domestik dan peluang ekspor guna mempertahankan kinerja yang baik. Perusahaan juga terus mengedepankan cost Leadership di setiap area perusahaan. efisiensi dengan baik,” tambah Arsal.

Selain itu, perseroan berharap pembentukan Mitra Badan Pengelola (MIP) dapat terwujud secepatnya dan berdampak baik terhadap kinerja keuangan PTBA.

Diberitakan sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan kinerja perseroan tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan meraup laba Rp38,49 triliun. Pendapatan ini turun 9,75 persen dari tahun 2022 sebesar Rp42,65.

Meski pendapatan menurun, namun nilai pendapatan justru meningkat menjadi Rp 29,22 triliun pada tahun 2023 dari Rp 24,68 triliun pada tahun 2022. Dengan demikian, total laba perseroan tahun 2023 turun signifikan, yakni 49,03 persen dari total pendapatan tahun 2022 yang tercatat Rp17. 97 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/05/2024), perseroan melaporkan beban umum dan administrasi sebesar Rp 1,94 triliun pada 2023. Rp656,36 miliar dan pendapatan lainnya Rp638,4 miliar.

Pada periode tersebut, perseroan juga menghasilkan pendapatan keuangan sebesar Rp584,34 miliar, beban keuangan sebesar Rp204,04 miliar, dan laba bersih sebagian entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp571,3 miliar.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan menghasilkan laba periode berjalan sebesar Rp6,1 triliun yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun 2023. Laba tersebut turun 51,42 persen dibandingkan laba 2022 sebesar Rp 12,57 triliun.

Aset perseroan turun menjadi Rp38,77 triliun pada akhir tahun 2023 dari Rp45,36 triliun pada tahun 2022. Liabilitas meningkat dari Rp16,44 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp16,44 triliun pada tahun 2022. Pada saat yang sama, Rp menurun dari 2120000000000-23 miliar pada tahun 2022 menjadi 023 triliun pada tahun 2022.

Digitalisasi dulu dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Seluruh aktivitas operasional mulai dari produksi, penambangan, hingga pelabuhan dapat dipantau secara real time melalui ponsel menggunakan in-house super app CISEA (Corporate Information System and Enterprise Application).

“Kami menjalankan bisnis secara modern, profesional, dan andal dengan menggunakan teknologi digital yang canggih. Perkembangan teknologi dan digitalisasi merupakan langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akurasi. Juga untuk mengurangi risiko human error,” kata PT Bukit Asam Tbk. . (PTBA) Direktur Utama Arsal Ismail dalam keterangan resmi, Selasa (20/02/2024).

Aplikasi CISEA mengintegrasikan beberapa sistem secara bersamaan. Untuk operasional penambangan, CISEA memiliki Peta Operasi (MAPO), Radar Stabilitas Lereng dan Sistem Operasi Tambang.

Lokasi peralatan penambangan dan kinerja operator dapat dilacak menggunakan MAPO yang terintegrasi dengan sistem manajemen armada dan pelacakan GPS. Untuk menjamin keselamatan penambangan, radar stabilitas lereng dapat mendeteksi perubahan atau pergerakan lereng permukaan dari waktu ke waktu.

Sistem Operasi Tambang melacak proses mulai dari perencanaan produksi dan transportasi, pelaksanaan produksi hingga biaya batubara dan penggunaan bahan bakar tambang.

CISEA kemudian memiliki Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA), Cargo Tracking System, Automatic Train Loading Station (ATLS) untuk operasional transportasi. SCADA secara otomatis mengontrol peralatan pertambangan seperti konveyor sabuk.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *