Thu. Sep 19th, 2024

Bursa AS Terbakar, Saham Nike Anjlok 7%

matthewgenovesesongstudies.com, Saham Jakarta Company di Amerika Serikat sebagian besar berakhir pada perdagangan Jumat 22 Maret 2024. Dikutip MarketScreener, Sabtu (23/3/2024), indeks Dow Jones anjlok tiga perempat persen, S&P indeks. turun lebih dari sepuluh persen dan Nasdaq naik lebih dari sepuluh persen.

Indeks semikonduktor naik tajam selama sepekan di tengah berlanjutnya optimisme terhadap perkembangan Kecerdasan Buatan (AI).

“Hal ini memberikan peluang untuk beberapa fokus dan sejujurnya, beberapa kinerja, untuk menyebar ke industri dan sektor lain di luar AI generatif,” kata Keith Buchanan, Manajer Portofolio Senior di GLOBALT Investments.

“Sekarang teknologi dan pergerakan itu, jika Anda mau, bukanlah sesuatu yang kami rasa belum cukup dihargai oleh pasar sepanjang tahun ini,” katanya.

Mengikuti perusahaan lain, saham Nike turun sekitar 7%, sehari setelah pembuat pakaian olahraga terbesar di dunia itu memperingatkan bahwa pendapatan pada paruh pertama tahun fiskal 2025 akan menyusut sebesar satu digit persentase.

Saham Lululemon Athletica juga turun hampir 16% setelah perusahaan melaporkan pendapatan dan laba tahunan di bawah ekspektasi.

Di sisi lain, saham FedEx melonjak sekitar 7,5% sehari setelah perusahaan tersebut mengalahkan ekspektasi laba kuartalan Wall Street.

Indeks Harga Gabungan (IHSG) menguat ke level 7.350 pada periode 18-22 Maret 2024. IHSG sedikit menguat selama sepekan dipimpin oleh sektor kesehatan dan bahan baku.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk yang ditulis Sabtu (22/3/2024), sektor kesehatan dan bahan baku masing-masing berkontribusi 2,98 persen dan 1,8 persen terhadap IHSG.

Pekan ini ada beberapa agenda penting, salah satunya keputusan bank sentral. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed) mempertahankan suku bunga acuan sesuai ekspektasi. Selain itu, The Fed juga merevisi panduan suku bunganya di masa depan.

Di sisi lain, bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) mengakhiri kebijakan suku bunga negatif yang dimulai pada tahun 2016. Sementara itu, Swiss National Bank disinyalir menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun.

“Kami juga melihat kabar baik dengan inflasi yang lebih rendah dari perkiraan di Inggris, dan tingkat konsensus produksi industri Tiongkok yang lebih tinggi,” tulis Ashmore.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6 persen sesuai ekspektasi. Hal ini sejalan dengan inflasi yang masih berada pada kisaran sasarannya dan nilai tukar rupiah yang stabil pada kisaran 15.500-15.800.

Dengan dirilisnya dot plot terbaru, pasar memiliki panduan yang lebih baik mengenai potensi penurunan suku bunga oleh The Fed. “Sedangkan pasar diprediksi akan menurunkan suku bunga tiga kali dalam setahun didorong oleh rata-rata dot plot. Kami melihat perubahan dari dot plot pada bulan Desember. Dimana suku bunga tahun 2025 dan 2026 diulas di atas,”

Hal ini menunjukkan bahwa The Fed bersedia menurunkan suku bunga lebih lambat. Melambatnya pertumbuhan ekonomi dan melemahnya pasar tenaga kerja memperkuat alasan untuk melakukan pemotongan.

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell terus menegaskan bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakannya dengan fokus mencapai inflasi sebesar 2 persen. Oleh karena itu, inflasi ke depan akan sangat penting dalam menentukan arah The Fed, tulis Ashmore. .

Ashmore merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi antara ekuitas dan pendapatan tetap untuk mengantisipasi suku bunga karena investor global mencari aset-aset yang lebih berisiko di pasar negara berkembang.

“Saham Indonesia tetap menarik karena meningkatnya kepercayaan terhadap kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan,” tulis Ashmore.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *