Thu. Sep 19th, 2024

Bursa Saham Asia Menguat Jelang Pertemuan Bank Sentral

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pasar saham Asia-Pasifik menguat pada Senin (18/03/2024) menjelang beberapa data ekonomi dari China. Selain itu, investor juga mencermati pertemuan bank sentral minggu ini.

Mengutip CNBC, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve Bank (Fed) akan memulai pertemuan pada Selasa pekan ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga antara 5,25% dan 5,5%.

Di Asia, bank sentral Australia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga sebesar 4,35% pada pertemuannya pada hari Selasa pekan ini. suku bunga. Sementara itu, jajak pendapat Reuters memperkirakan Bank of Japan akan meninggalkan kebijakan suku bunga negatif dan menaikkan suku bunga dari -0,1% menjadi 0%. Di Eropa, Bank of England diperkirakan akan mempertahankan suku bunga utamanya pada 5,25 persen.

Indeks ASX 200 Australia turun 0,19% di awal perdagangan. Sedangkan di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 1,34 persen. dan memimpin di Asia. Indeks Topix naik 1,21 persen.

Indeks Hang Seng berjangka diperdagangkan pada level 16,752, lebih kuat dibandingkan penutupan perdagangan terakhir di level 16,720.89.

Sementara itu, Tiongkok akan merilis data ekonomi pada hari Senin pekan ini, termasuk penjualan ritel bulan Februari, produksi industri, dan pengangguran perkotaan.

Di Wall Street, ketiga indeks saham acuan melemah akibat kenaikan inflasi dan menjelang rapat The Fed. S&P 500 turun 0,65 persen, Dow Jones turun 0,49 persen, dan Nasdaq turun 0,96 persen.

Diberitakan sebelumnya, saham-saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada tahun 2024 pada hari Jumat, 15 Maret. Harga produsen AS naik 0,6% lebih cepat dari perkiraan pada bulan Februari.

Tidak termasuk harga pangan dan energi, indeks harga produsen inti (CPI) naik 0,3% pada bulan Februari, dikutip oleh CNBC. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebelumnya memperkirakan inflasi umum akan mencapai 0,3 persen dan inflasi dasar mencapai 0,2 persen.

Sementara itu, Indeks Hang Seng melemah 1,5% dipimpin oleh sektor kesehatan dan teknologi. Indeks CSI 300 naik 0,22 persen menjadi 3.569,99 poin. Indeks Hang Seng naik 1,7% untuk minggu ini.

Di sisi lain, bank sentral Tiongkok mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 2,5%.

Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 0,26% menjadi 38.707,64 poin. Sedangkan indeks Topix naik 0,3 persen menjadi 2.670,8.

Perubahan indeks saham Jepang terjadi setelah Menteri Keuangan Jepang menyatakan Jepang tidak lagi mengalami deflasi, yang sangat berbeda dengan posisi sebelumnya.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,91 persen. menjadi 2.666,84 poin. Sedangkan indeks Kosdaq turun 0,8 persen menjadi 880,46 poin. Di Australia, indeks ASX 200 turun 0,56 persen menjadi 7,670.3, mencapai level terendah dalam dua minggu.

Diberitakan sebelumnya, Bursa Efek Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mengalami tekanan pada perdagangan tahun 2024 pada Jumat 15 Maret. S&P 500 jatuh pada hari Jumat, mencatat koreksi mingguan kedua berturut-turut, karena saham-saham teknologi berada di bawah tekanan. Kekhawatiran inflasi terus menjadi perhatian utama menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve (Fed) minggu depan.

Dikutip CNBC, S&P 500 turun 0,65 persen pada akhir perdagangan Wall Street, Sabtu (16/3/2024). menjadi 5.117,09 poin. Dow kehilangan 190,89 poin atau 0,49 persen menjadi 38.714,77. Indeks Nasdaq turun 0,96 persen. hingga 15.973,17 poin.

Selama sepekan di Wall Street, indeks S&P 500 turun 0,13%. Dow Jones turun 0,02 persen dan Nasdaq turun 0,7 persen.

Saham-saham teknologi cenderung melemah. Saham Amazon dan Microsoft turun lebih dari 2%. Saham Alphabet, induk perusahaan Apple dan Google, juga melemah. Saham Nvidia melemah karena pelaku pasar khawatir terhadap valuasi sahamnya. Namun, saham Nvidia naik 0,4 persen dalam sepekan.

Investor juga tetap berhati-hati setelah banyak data awal pekan ini. Pada bulan Februari, indeks harga produsen, yang merupakan ukuran inflasi pelaku pasar, naik lebih dari perkiraan para ekonom. Data tersebut membantu mengangkat imbal hasil Treasury AS 10-tahun sebesar 22 basis poin pada minggu ini.

Hal ini karena investor bertanya-tanya apakah data ekonomi terbaru akan terlalu kuat bagi Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneternya. Fed akan memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari pada tahun 2024 pada 19 Maret

Menurut ahli strategi suku bunga dan mata uang Macquarie Global, Thierry Wizman, data ekonomi terbaru dapat menimbulkan pertanyaan tentang apakah The Fed yakin inflasi telah cukup dingin untuk mulai menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini dan dapat menaikkan suku bunga dalam jangka panjang.

“Saya pikir masalah lain di sini bukan hanya dot plot pada tahun 2024 dan 2025, tetapi masalah lain yang sedang dipikirkan oleh The Fed. Jadi ini bisa menjadi tanda bahwa mereka berpendapat suku bunga jangka panjang harus lebih tinggi,” kata Wisman. .

Namun, menurut alat FedWatch CME, The Fed memiliki kemungkinan 99 persen bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan kebijakan minggu depan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *