Thu. Sep 19th, 2024

Calon Pengantin yang Peroleh Pemeriksaan Kesehatan Hanya 39,7 Persen, BKKBN: Padahal Penting untuk Cegah Stunting

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Definisi calon pasangan usia subur (PUS) yang mendapat pemeriksaan kesehatan masih jauh dari yang diinginkan.

Padahal, pemeriksaan kesehatan calon pengantin (catin) menjadi salah satu kunci keberhasilan menghindari guncangan.

Berdasarkan hasil survei tahun 2023, identifikasi tes pasangan usia lahir (PUS) yang mendapat cek dalam perkawinan hanya 39,7 persen dari 80 persen, kata Wakil Keluarga. Kemakmuran dan Pemberdayaan Keluarga, Nopian Andusti mewakili Direktur Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, dalam jumpa pers, Selasa (2/4/2024).

Dukungan efektif untuk pengantin baru dan pasangan menikah sangat penting dalam mengurangi kebingungan. Pasalnya, kecacatan sebaiknya dihindari sebelum hamil atau tiga bulan sebelum menikah.

Tiga bulan dirasa cukup untuk bisa mempersiapkan dan menyesuaikan kondisi calon ibu menjelang kehamilan. Persiapan sebelum hamil dapat membantu seorang ibu tetap sehat dan melahirkan bayi yang sehat.

Demikian diungkapkan ahli gizi Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada, Ancelma Rayi Sari Pranasti. Menurutnya, rantai kelumpuhan itu harus diputus dengan pengendalian pangan sejak kecil.

“Jika remaja putri nanti menjadi ibu (menghadapi masalah gizi buruk dan anemia), bisa saja mereka melahirkan anak yang kekurangan gizi dan anemia. Ancelma menjelaskan: “Hidup ini sangat sulit.

Ancelma juga menjelaskan alasan perlunya pendidikan gizi dan dukungan keluarga sebelum menikah.

“Mengapa pengajaran gizi dan dukungan keluarga dimulai dari catin? Karena kita berupaya menghilangkan catin, agar remaja gizi buruk dan anemia tidak melahirkan anak cacat,” ujarnya.

Tak lupa, ia memberikan instruksi kepada Kelompok Pendukung Keluarga (TPK) agar kucing mengonsumsi makanan yang bervariasi sesuai pedoman Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan. Apa yang ada di piring saya adalah berusaha memenuhi kebutuhan dan makanan baik besar maupun kecil.

“Kurangi, misalnya jangan hanya makan bayam lebih dari satu kali, hemat telur. Cara paling mudah untuk mengetahui cukup makanan adalah dengan mengonsumsi tiga jenis makanan berbeda dalam sehari, misalnya sayuran hijau dan jeruk (bayam dan wortel).

“Ada buah berwarna kuning seperti pisang, daun merah seperti tomat.” Oleh karena itu, seringkali buah dan sayuran yang berbeda memiliki nilai gizi yang berbeda pula. Jadi bisa saling membantu,” kata Ancelma.

Dalam sambutan yang sama, pakar kedokteran RSA Universitas Gadjah Mada, Esti Utami Risanto, mengingatkan pentingnya makanan sehat di seluruh tahapan kehidupan seorang wanita. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa muda, ibu hamil, hingga ibu menyusui.

“Pola makan yang sehat akan melindungi ketersediaan pangan yang bergizi, aman dan terjangkau. Pangan bergizi sangat penting bagi kelangsungan hidup dan kualitas hidup perempuan,” kata Esti.

Ia melanjutkan, pola makan seorang ibu berkaitan dengan pola makan, kesehatan, tumbuh kembang anak.

“Seringkali, jika makanan ibu baik, peluang anak untuk bernapas menjadi lebih kecil dan ibu dapat memberi anak makanan yang baik,” katanya.

Sebaliknya, jika pola makan ibu kurang sebelum hamil, maka ibu mungkin akan kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisinya selama hamil.

Belum lagi kekurangan gizi saat menyusui karena kebutuhan ibu lebih besar dibandingkan saat hamil.

Pola makan yang sehat bagi ibu hamil sangatlah penting karena pola makan yang baik sebelum atau selama kehamilan dapat membantu membangun nutrisi yang cukup untuk mendukung kehamilan.

“Selama masa pubertas, penting bagi anak perempuan untuk memenuhi potensi, kebutuhan fisik dan gizi serta mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Jadi sejak kecil, pola makan seorang gadis harus baik, tumbuh kembangnya harus baik. “Jadilah remaja yang sehat, jadilah ibu hamil yang sehat dan hamil,” pesannya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *