Mon. Sep 16th, 2024

Cerita Arif Muarif Melihat Seniman Tarling Djana Partanain Manggung untuk Terakhir Kalinya

matthewgenovesesongstudies.com, Cirebon – Meninggalnya maestro Tarling Klasik Cirebon Djana Partanain menyisakan duka mendalam bagi banyak orang. Seniman dan pejabat setempat mengunjungi rumah duka untuk mendoakan kekuatan bagi keluarga almarhum.

Kepergian Djana Partanain untuk selamanya juga dirasakan oleh cucunya Arif Muarif. Ia mengaku ikhlas atas kepergian sang kakek di tengah persiapannya menjadi penerus Mama Djana.

“Kakek saya semangat sekali, bahkan sebelum meninggal beliau pernah tampil di gedung Bakorwil untuk memeriahkan rangkaian hari ulang tahun Cirebon. Diawali dengan latihan di rumah, kemudian tampil pada pukul 19.00 malam hingga selesai pada pukul 23.00 WIB,” kata Arif kepada media, Rabu (31/7/2024).

Diakui Arif, saat itu, Mama Djana sudah diperingatkan untuk tidak muncul hingga selesai. Namun Djana Partanain mengaku menolak dan bertekad menyelesaikan pertunjukan tersebut.

Arif sendiri mengaku kagum dengan sosok Djana Partanain yang di usia senjanya masih ingin terus berkarya. Oleh karena itu, penampilannya pada Jumat kemarin merupakan yang terakhir sebelum Mama Djana dibawa ke rumah sakit.

“Beliau selalu berpesan agar Tarling Classic tetap lestari sesuai dengan nama album besutan 2022 berjudul Tanana Kubra yang artinya tidak akan pernah hilang,” kata Arif.

Diakui Arif, sang maestro tengah bersiap merilis ulang album tarlingnya selama tur. Namun, kami belum sempat menemukan studio yang bersedia memfasilitasi digitalisasi karya sang maestro.

Namun Djana dan anggota studio Candra Kirana membuat rekamannya sendiri. Isi album yang akan dirilis ini sebagian besar terdiri dari instrumen gitar dan seruling yang didominasi pilihan melodi Kiser Djana Partanain.

“Rekamannya sendiri menggunakan alat seadanya, satu per satu suara dimasukkan kemudian menjadi alat tarling. Album yang kita rekam tahun 2022 ini belum ada nama albumnya, tapi intinya tarling tidak akan pernah hilang,” kata Arif.

Arif disebut-sebut merupakan cucu penerus Djana Partanain dalam melestarikan musik klasik Tarling Cirebon. Arif menceritakan, ia mulai jatuh cinta dengan tarling klasik Cirebon saat ia pindah SD dari Yogyakarta ke Cirebon.

Ia melihat permainan tarling milik kakeknya ini unik karena berawal dari gamelan. Sedangkan Arif mempelajari gamelan semasa bersekolah di Yogyakarta.

“Yang saya lihat dari Mama Djana, khususnya seni klasik sayang, dimulai dari Gamelan. Banyak pemain gamelan atau yang biasa memainkan gamelan wayang merasa tarling berbeda dengan gamelan. Permainan yang sama bisa berbeda kegunaannya, Mama Djana punya telah dikembangkan maka melodi yang sama bukan karena pada gamelan di ” Cirebon mengenal 3 yaitu Pelog, Slendro, Prawa. Nah Cirebon punya lagu Prawa dan ini dikembangkan lagi oleh kakek saya agar bisa memuat lagu-lagu Pakem yang lain, tapi yang dikembangkan adalah ciptaannya,” kata Arif.

Meski demikian, ia mengaku tak mau gegabah dalam menentukan masa depan Tarling Klasik di tengah perkembangan zaman. Arif sendiri mengaku menjadikan seni sebagai hobi sehingga ia bersemangat dan siap bersaing di dunia musik modern.

Arif akan terus mempelajari dan melestarikan tarling klasik, meski masih belum sehebat kakeknya. Bersama rekan sanggar Candra Kirana, ia mengaku optimistis Tarling Klasik kembali menjadi identitas Cirebon.

“Mencari cara untuk tetap berkelanjutan melalui pendidikan atau media sosial. Kami pasti akan bertransisi ke digital untuk menghadirkan tarling klasik,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *