Sat. Sep 21st, 2024

Cerita Inspiratif Rahmawati Menyulap ‘Gudang Buku’ Jadi Perpustakaan Keren di Aceh

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Data terakhir Perpustakaan Nasional (2023) menyebutkan DI Yogyakarta menjadi provinsi di Indonesia yang penduduknya paling suka membaca dengan skor 73,27. Dari skor tersebut terlihat bahwa warga DI Yogyakarta membaca buku kurang lebih 5-6 kali dalam seminggu, dengan rata-rata waktu membaca 2 jam 9 menit per hari, dan jumlah buku yang dibaca rata-rata 5-6 buku per hari. Tiga. bulan. 

Sedangkan tingkat minat baca terendah di Indonesia adalah provinsi Papua dengan skor 60,58. Lalu dimana letak provinsi Aceh? Pada tahun 2023, dari 33 provinsi di Indonesia, tingkat minat baca masyarakat Aceh menduduki peringkat ke-16 dengan skor 66,64. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat minat membaca masyarakat Aceh berada pada kategori sedang.

Pustakawan Aceh Rahmawati membantah minat membaca masyarakat, khususnya siswa sekolah dan madrasah, di Aceh rendah. Menurut Rahmawati, persoalannya bukan kemampuan membaca yang buruk, tapi kemampuan membaca.

“Contohnya kita lihat kalau baca WA mereka senang, tapi kalau baca buku malah rugi. Apakah bacaan yang mereka baca berkualitas? Bukan hanya sekedar ngobrol-ngobrol,” kata Rahmawati, lulusan Ilmu Perpustakaan IAIN Ar . . -Raniry Banda Aceh.

Sebagai pustakawan MAN 4 Aceh Besar, Rahmawati memahami bahwa kemajuan teknologi informasi yang pesat bukanlah halangan untuk meningkatkan minat membaca siswa. Faktanya, semua orang bisa memanfaatkan media sosial, misalnya untuk menyebarkan informasi bermanfaat. Jadi kemajuan teknologi bukanlah sesuatu yang bisa mengurangi minat membaca, justru kemajuan teknologi tanpa dibarengi dengan tingkat membaca yang tinggi, manusia akan membiarkan dirinya terbawa oleh arus negatif kemajuan tersebut, atau bisa saja kewalahan karenanya.

“Ali bin Abi Thalib berkata, didiklah anakmu sesuai perkembangan zaman,” ujarnya. 

Dari ungkapan tersebut, Rahmawati meyakini kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk membangun masyarakat melek huruf melalui berbagai inovasi. Seperti yang telah dilakukan, pihaknya memberikan layanan perpustakaan yang modern dan inovatif kepada siswa MAN 4 Aceh Besar.

“Sebelum saya bekerja di MAN 4, perpustakaan itu tidak layak disebut perpustakaan. Malah bisa dibilang gudang buku, tumpukan buku, jadi minat bacanya kurang, saya lihat dari statistik. dari buku tersebut. Saya mulai bekerja di MAN 4 pada tahun 2020. “Setelah diperiksa, perpustakaan itu seperti gudang. Ibarat mahasiswa mau datang, sedangkan perpustakaan ibarat gudang,” kata Rahmawati.

Dari keresahan tersebut Rahmawati mencoba memulai inovasinya dengan memberikan proyek perpustakaan yang modern namun tidak berlebihan, sederhana namun mengandung inovasi. Yang terpenting baginya adalah bagaimana orang yang belum pernah ke perpustakaan ingin pergi ke perpustakaan.

“Itu hal yang sederhana, tapi luar biasa,” ujarnya.

Berbagai inovasi telah dilakukan

Cara pertama untuk melakukannya adalah dengan mengatur pengelolaan perpustakaan sesuai standar dan mengotomatiskannya. Kemudian kumpulkan bahan bacaan yang sudah tidak relevan lagi, termasuk yang rusak dan usang, agar koleksinya berkurang drastis. Dari berkurangnya koleksi tersebut, Rahmawati mengusulkan agar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan meminta bahan bacaan baru.

“Alhamdulillah kita punya 1.000 judul. Setelah itu saya juga memberikan donasi dari alumni. Setiap mahasiswa yang lulus menyumbang, sebelumnya tidak ada yang seperti ini,” ujarnya.

Perpustakaan MAN 4 Aceh Besar yang dulunya merupakan toko buku bekas kini menjadi tempat yang nyaman.  Perjuangan Rahmawati tidak berhenti sampai disitu saja, ia kemudian meningkatkan layanan perpustakaan, dari sebelumnya layanan manual, kini menggunakan otomasi perpustakaan dan mengembangkan layanan digital.

“Saya tidak bisa sendiri, saya harus koordinasi dengan kepala madrasah, karena di perpustakaan disediakan wifi, komputer disediakan dan akhirnya disediakan. Alhamdulillah. Ini akan selesai di tahun 2021,” ujarnya. . .

Maka Rahmawati melakukan sedikit penelitian berdasarkan pertanyaan: mengapa minat membaca siswa rendah? “Ternyata di madrasah kita tidak sempat ke perpustakaan. Kunjungan ke perpustakaan hanya 15 menit, siswa lebih memilih kantin. Setelah itu saya berinovasi lagi dengan membuat kantin di perpustakaan,” ujarnya. tertawa

Meski tidak hanya ditambah dengan makanan ringan biasa dan air mineral, saya yakin inovasi ini sedikit banyak dapat mempengaruhi siswa untuk datang ke perpustakaan, meski ada larangan makan dan minum di perpustakaan, untuk menarik minat siswa, kata Rahmawati. 

“Setelah jam berkunjung perpustakaan juga ditambah, sepulang sekolah saya buka kembali. Saya namakan perpustakaan klinik. dikatakan .

 

Klinik Perpustakaan Rahmawati buka dua kali dalam seminggu. Namun sebelum pembukaan ia juga sudah mendatangi orang tuanya, karena klinik perpustakaan buka di luar jam belajar. Dari situ ia membuka klub membaca bahkan berhasil menghasilkan karya berupa antologi tulisan.

“Saya rasa saya mampu melakukan inovasi-inovasi yang secara signifikan meningkatkan minat membaca siswa dan minat siswa mengunjungi perpustakaan,” ujarnya.

Berkat kerja kerasnya, Perpustakaan Rahmawati berhasil meraih juara 3 tingkat provinsi pada kompetisi perpustakaan. Tak hanya itu, Rahmawati sendiri juga berhasil meraih Juara 3 dalam ajang unik Pustakawan Nasional 2024 yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional.

“Alhamdulillah, saya bangga menjadi pustakawan. Jika saya bermimpi menjadi dokter dan tidak terwujud, dengan menjadi pustakawan saya bisa membimbing murid-murid saya menjadi dokter,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *