Wed. Oct 9th, 2024

Cerita Novita Hardini yang Mengecap Pahit dan Menakar Manisnya Hidup

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta “Ayahku mengajariku nilai-nilai kehidupan, dia membentukku menjadi diriku yang sekarang.” Demikian penuturan Novita Hardini, istri Bupati Trengalek Mohamad Noor Arifin sekaligus ibu tiga anak, saat ditanya soal pesan yang disampaikan ayahnya.

Ya, Novita merupakan anak bungsu dari 11 bersaudara. Novita kecil tinggal bersama orang tua angkatnya, dimana ayahnya bekerja sebagai perwira TNI. Pola asuh orang tua Novita itulah yang membentuk karakter dan kepribadiannya seperti sekarang ini.

Meski ayahnya seorang perwira TNI, namun Novita menjalani kehidupannya sebagai jalan tol. Wanita berusia 33 tahun ini memang memiliki kehidupan yang sulit, namun ia tetap harus bertahan.

“Ini tidak mudah dan sedikit rumit dengan banyaknya situasi di mana Anda harus menghadapi konflik yang berbeda-beda. Saya diajak menginap di rumah teman ibu saya, rumah tanpa tembok, dalam kamar untuk 15 orang selama tiga bulan. Novita yang “hidup” saat duduk di bangku kelas 2 SD: “Setiap malam pukul 17.00 hingga 13.00 saya harus membantu teman ibu saya yang berjualan ke pedagang kaki lima di jalan.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Novita merasa lebih dekat dengan penderitaan orang-orang yang hidup di garis kemiskinan.

“Saya bertanya mengapa saya ada di sini. Tapi saya jadi tahu kehidupan orang-orang yang hidup dalam kemiskinan di sekitar sini. Saya pikir itu memberi saya motivasi yang kuat. Saya ingin bisa membantu orang suatu hari nanti. Membuat seorang ayah tertawa karena perbuatannya. putri. Ia memilih jalan kesetiaan.

Jika berbicara tentang introvert, banyak orang yang menganggap bahwa mereka adalah orang yang sulit sukses karena kesulitan dalam bersosialisasi. Meski demikian, Novita sadar betul bahwa tantangan menjadi seorang introvert tidak serta merta membuatnya nyaman.

Sekali lagi, berkat didikan keluarga, Novita mampu menjadi pribadi yang mampu mengelola bakatnya. Baginya, tumbuh dalam keluarga berpendidikan militer bukan berarti otoritarianisme. Keduanya justru mengajarkan kita bagaimana menjalani hidup disiplin, memahami hukum dan lebih menjaga tubuh, serta tentunya membentuk diri melalui ilmu pengetahuan.

“Karena saya seorang introvert, saya dulu merasa terintimidasi jika berbicara dengan orang lain. Belajar berbicara memerlukan usaha dan tidak mudah. Saya terus-menerus melatih keterampilan pidato saya. Berbicara pada Forum Pemberdayaan Perempuan baru-baru ini di Taiwan, perempuan tersebut berkata:

Ya, apa yang dilakukan Novita memang berat baginya. Mau tidak mau, mau tidak mau, Novita harus melakukannya karena mengikuti prinsip kuat yang diajarkan ayahnya. Diakuinya, ayahnya selalu mengingatkannya untuk menjadi perempuan yang memiliki nilai-nilai, bahwa ia harus berdaya tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.

“Saya ingat ayah saya berkata: “Seorang wanita bisa menghargai dirinya sendiri, dia bisa menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita, dia bisa menjaga kehormatan keluarga sebagai masyarakat Muslim, sebagai masyarakat Indonesia. Jika kita tidak tahu cara membahagiakan diri sendiri, kita tidak bisa membahagiakan banyak orang.”

Novita percaya bahwa setiap orang pasti mempunyai mimpi. Impian atau ambisi dapat terwujud melalui kerja keras dan kerja cerdas. Berbicara kepada Tim Phimela Annisa Vulan, Novita mengungkapkan mimpinya menjadi kasir minimarket.

“Saya pernah bercita-cita menjadi kasir minimarket. Buat saya seru, cepat main di komputer, ada mesin otomatis, ada kertasnya, ada mesin scanning. “Saya menganggapnya sangat menarik,” katanya. 

Alih-alih menjadi kasir di minimarket, Novita kini bisa terjun lebih dari itu. Berbekal pengetahuan finansial mulai dari gelar sarjana hingga magister serta pengalaman masyarakat lain yang hidup dalam kemiskinan.

Meski mimpinya tak jadi kenyataan, Novita langsung mewujudkannya. Berbekal latar belakang ekonomi dari jenjang sarjana hingga pasca sarjana serta pengalaman orang-orang yang berada di garis kemiskinan, perempuan kelahiran Surabaya ini benar-benar berjuang untuk menjadi lebih baik. 

Baginya, pendidikan adalah modal utama yang memampukan dirinya dan lingkungan disekitarnya. Jadi bagaimana dengan karir seumur hidupnya sebagai seorang ibu? Apakah kamu memperhatikan? Tentu saja tidak.

Diakuinya, menjadi ibu rumah tangga adalah “impian saya yang teratas” karena ini adalah pekerjaan yang layak. Di setiap kesempatan, ia kerap berbagi momen bersama ketiga anaknya.

“Saya merasa hidup saya sia-sia. Mengapa saya harus hidup hanya untuk mendapatkan hak saya? Saya selalu ingin memberikan dampak positif pada kehidupan masyarakat, terutama perempuan. “Karena masih banyak hal yang harus diperjuangkan perempuan, terutama dalam mencapai kesetaraan.”

 

(*)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *