matthewgenovesesongstudies.com, JAKARTA – Perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina berdampak pada kehidupan warga Gaza. Banyak anak menjadi yatim piatu dan banyak orang tua yang kehilangan anaknya. Mereka juga mati kelaparan dan kedinginan.
Jadi, alih-alih menjawab ingin melarikan diri dari perang, seorang anak laki-laki bernama Wasim, dari Gaza utara, malah menjawab sebaliknya.
“Kami berharap mati, saya ingin mati karena kami tidak punya apa-apa untuk dimakan atau diminum,” tulis Wasim di akun Instagram @hema.alkhalili pada 10 Mei. Dalam video yang diposting pada Jumat 2024, ia menambahkan, “Saya lelah hidup karena perang.”
“Perang telah menghancurkan kami dan menghancurkan rumah kami,” kata yang lain.
Reaksi anak-anak mencerminkan rasa frustrasi yang mereka alami. Orang lain lari untuk menghindari kematian, tetapi sangat menginginkannya.
Dalam video tersebut, anak-anak dari Gaza utara terlihat berkumpul di pantai untuk membawa makanan dan minuman pulang ke rumah. Mereka bekerja sama untuk mengambil bantuan dari pantai. Video tersebut menuai simpati di kalangan netizen. Banyak orang yang kaget mendengar respon anak-anak di Gaza.
“Hati saya hancur mendengar seorang anak berkata bahwa dia lebih memilih mati daripada hidup” Bagaimana umat manusia bisa terus menyaksikan ini dan hidup… Marah sekali. Saya sangat marah dan menangis melihat anak malang ini berbicara,” kata pemilik akun @itz.lanapen di kolom komentar.
Mengumpulkan paket bantuan di pantai anak-anak di Gaza utara tidaklah mudah. Dalam video lain yang diposting oleh @hema.alkhalili, 2024, 12 Mei pada hari Minggu Dia mewawancarai orang-orang yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan bantuan.
Seorang anak mengatakan dia hampir tenggelam ketika mencoba mendapatkan kotak P3K. “Saya datang ke sini untuk meminta bantuan, tapi saya jatuh ke laut.” “Kami masuk dan hampir tenggelam,” katanya. Namun seorang Samaria yang baik hati datang dan menyelamatkan saya,” kata remaja muda itu.
“Tiba-tiba tercekik, Saya tidak bisa berenang dan air pasang datang,” kata remaja lainnya.
Saat diwawancarai, mereka mengatakan bahwa mereka sudah kurang lebih tujuh bulan tidak menerima pasokan makanan. Ketika bantuan ini muncul, Mereka segera mengambilnya.
“Masyarakat pergi ke laut untuk mengambil kotak. Semoga Tuhan memberi pahala kepada mereka, Tuhan cukup bagiku, Dialah yang paling baik mengatur segala urusan,” kata orang yang menyerang kotak bantuan itu.
Kepala Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRVA) Philip Lazzarini mengatakan pada Minggu, 5 Mei 2024, bahwa Israel terus menolak bantuan PBB ke Gaza dalam upaya menghindari kelaparan.
“Dalam dua minggu terakhir saja, tercatat 10 insiden penangkapan staf PBB, termasuk penembakan, pengancaman, pengusiran, ancaman dengan senjata, memaksa konvoi bergerak dalam kegelapan atau membubarkan mereka,” tulis Lazzarini, dikutip dari Global Liputan6 saluran .com, X alias Twitter.
Menghentikan penyeberangan yang dilalui bantuan kemanusiaan; Lazarini meminta Hamas dan kelompok bersenjata lainnya untuk menghindari pengalihan bantuan dan memastikan bantuan tersebut sampai kepada mereka yang membutuhkan.
Senin, menurut CNA. 6 Mei Hamas mengaku bertanggung jawab atas serangan hari Minggu, yang menutup jalur utama bantuan kemanusiaan ke Kerem Shalom di Gaza pada hari Senin. Meskipun tidak ada kelaparan yang diumumkan secara resmi, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NBC News pada hari Minggu bahwa berdasarkan kengerian yang terjadi di lapangan, terdapat kelaparan besar di wilayah utara. ) wilayah berlanjut ke selatan.
Penduduk di Jalur Gaza utara mengatakan bahwa anak-anak tidak mendapat makanan selama berhari-hari karena pasokan bantuan menjadi sulit diakses. Akibatnya, sebagian masyarakat setempat terpaksa menggiling gandum menjadi tepung untuk bertahan hidup sebagai pakan ternak, namun persediaan biji-bijian dikatakan semakin menipis.
Dikatakan bahwa sekitar 300.000 orang yang tinggal di wilayah utara kekurangan pasokan, banyak di antaranya berisiko kelaparan. 2024, Pada Minggu, 11 Februari, BBC melaporkan masyarakat telah menggali tanah untuk mengakses pipa air yang digunakan untuk minum dan mencuci.
Mahmoud Shalabi, seorang pekerja medis setempat di Beit Lahia, mengatakan orang-orang menggiling biji-bijian yang digunakan untuk pakan ternak menjadi tepung, namun persediaan biji-bijian hampir habis.
“Orang tidak melihatnya di pasar,” katanya. “Saat ini, perangkat tersebut belum tersedia di Gaza utara dan Kota Gaza,” tambah Mahmoud.