Sat. Sep 21st, 2024

Dunia Virtual Online Tetapkan Harga IPO Rp 131 per Saham

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Dunia Virtual Online Tbk (AREA) akan segera mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO).

Dalam aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 510 juta saham dengan nilai nominal Rp75 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan maksimal 20,08 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh Virtual World Online pasca IPO. Dalam peluncuran laman e-IPO, Jumat (22 Maret 2024), perseroan mematok harga penawaran akhir di Rp 131 per saham.

Dengan demikian, dari IPO tersebut, perseroan akan mendapat dana baru sebesar Rp 66,81 miliar. Sebelumnya perseroan mematok harga penawaran Rp 121 hingga Rp 131 per saham. Rencananya sekitar 64,17 persen dana IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha dalam bentuk belanja modal. Rinciannya, sekitar 50,44% digunakan untuk melengkapi Balai Data 2 dan Balai Data 3 di AREA31 Cimanggis.

Kemudian sekitar 24,78% digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya listrik dan sekitar 24,78% digunakan untuk meningkatkan kapasitas pendinginan pada area yang sama. Sisanya sebesar 35,83 persen dari dana hasil IPO akan digunakan sebagai modal kerja untuk menunjang kegiatan operasional Perseroan secara umum.

Lebih detailnya, sebagian besar akan digunakan untuk pemeliharaan peralatan teknik, mekanikal, elektrikal, dan plumbing. Sisanya akan digunakan sebagai modal kerja untuk pemeliharaan gedung.

Didirikan pada tahun 2010, perusahaan ini adalah penyedia layanan pusat data yang bersertifikat Fasilitas Peringkat 3 sesuai standar ANSI/TIA 942-B untuk cakupan arsitektur, telekomunikasi, kelistrikan, dan mekanik. Bisnis perusahaan saat ini adalah layanan penyewaan co-location, menawarkan layanan inti berupa rak co-location, kandang aman, serta ruang data, teleport, dan ruang kantor co-working.

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana mengizinkan beberapa perusahaan besar dengan aset lebih dari Rp 3 triliun untuk go public melalui penawaran umum perdana (IPO).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Gede Nyoman Yetna mengelompokkan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai perusahaan beacon atau perusahaan suar.

“Tahun ini kami menargetkan 3 mercusuar. Itu minimal dari total (target) pendaftaran 200 hingga 250 efek,” kata Nyoman kepada wartawan, Kamis (15/2/2024).

Nyoman menjelaskan, perusahaan yang masuk dalam kategori mercusuar memiliki free float atau kepemilikan saham pemerintah minimal 15 persen, belum lagi memiliki aset senilai lebih dari Rp3 triliun. Bursa sendiri terbuka untuk mengakomodasi persyaratan pencatatan saham perusahaan mercusuar.

“Kami selalu menyasar perusahaan-perusahaan yang kami anggap sebagai perusahaan mercusuar… Pada dasarnya, kami menghadapi semua perusahaan besar. ) “Efeknya 200-250,” kata Nyoman.

Sekadar informasi, per 7 Februari 2024, terdapat 7 emiten baru yang tercatat di Bursa dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 3 triliun. Sedangkan per 7 Februari 2024, terdapat 24 perusahaan yang sedang dalam proses IPO di Bursa.

Berdasarkan klasifikasi aset, terdapat 17 perusahaan yang bertanggung jawab atas perusahaan menengah dengan aset berkisar antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar. Lalu 4 perusahaan besar dengan aset di atas Rp 250 miliar. Tiga perusahaan sisanya memiliki aset kecil senilai kurang dari Rp 50 miliar.

Diberitakan sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengingatkan emiten baru untuk menyampaikan riset atau laporan prospek perseroan setelah listing di bursa.

Direktur Penilaian Perusahaan EIB Gede Nyoman Yetna mengatakan, perusahaan diminta menyampaikan laporan penelitian sebanyak dua kali, yaitu sebelum listing dan setelah listing.

Sebelum melakukan pencatatan, Bursa meminta calon emiten untuk menyampaikan laporan penelitian pada saat proses permohonan pencatatan dan menggunakannya sebagai proses penilaian di Bursa daripada mempublikasikannya ke pihak lain.

Setelah listing, bursa meminta perusahaan menyampaikan laporan penelitian sebanyak dua kali setelah listing di bursa, yakni 6 bulan dan 12 bulan setelah listing.

“Jadi, laporan penelitian itu terutama untuk kita saat penilaian. Jadi setelah itu, dalam setahun, mereka akan menerbitkan setidaknya satu laporan penelitian,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Bursa, Selasa (13/2/2024). ).

Penilaian yang dilakukan Bursa meliputi penilaian terhadap harga penawaran IPO. Meski kekuasaan untuk menentukan harga merupakan hasil diskusi dan kesepakatan antara penjamin emisi dan perusahaan, namun laporan penelitian dapat menjadi acuan apakah calon perusahaan telah menetapkan kisaran harga yang wajar atau belum.

“Tentu saja bursa tidak bisa memaksa para pihak untuk menentukan harga. Tapi dengan kisaran harga yang kami dapat, (laporan penelitian) menjadi dasar kami berdebat,” kata Nyoman.

Bursa juga telah meminta secara tertulis anggota bursa (AB) yang menjadi penjamin emisi calon emiten atau calon emiten. Perlu diketahui, ketentuan ini berlaku bagi calon emiten yang mengajukan pencatatan setelah tanggal 15 Agustus 2023.

“Perusahaan terdaftar yang wajib mematuhi ketentuan tersebut baru akan tercatat pada Januari 2024. Jadi, tidak ada perusahaan di bursa yang wajib menyampaikan laporan penelitian,” kata Nyoman.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *