Fri. Sep 20th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Elon Musk dan Social Media X baru-baru ini digugat oleh mantan CEO Twitter dan sejumlah eksekutif media sosial.

Elon Musk dan

Mantan CEO Twitter Parag Agrawal, mantan CFO Ned Segal, mantan penasihat umum Vijay Gade, dan mantan penasihat umum Sean Edgett menggugat Elon Musk dan X.

Tuntutan hukum tersebut bermula dari kekacauan yang terjadi seputar pengambilalihan perusahaan oleh CEO Tesla pada Oktober 2022.

Sebagai langkah awal pembelian, Elon Musk langsung memecat para eksekutif platform media sosial Twitter.

Berdasarkan gugatan tersebut, CEO SpaceX memiliki “dendam khusus” terhadap para eksekutif Twitter, yang menurutnya memainkan peran penting dalam menunda akuisisi Twitter.

Gara-gara mereka, Elon Musk beberapa kali menolak membeli Twitter. Berdasarkan gugatan tersebut, Agrawal berhak mendapat pesangon sebesar $57,4 juta.

Sementara itu, mantan CFO media sosial Ned Segal menerima $44,5 juta, Judd $20 juta, dan Edget $6,8 juta dengan total $128 juta.

Gugatan tersebut mengutip halaman dari otobiografi Elon Musk yang ditulis oleh Walter Isaacson.

Buku tersebut menjelaskan bahwa Elon bergegas untuk menyelesaikan kesepakatan sehari lebih awal sehingga dia dapat memecat para eksekutif Twitter.

“Untuk alasan sesaat sebelum pemberian opsi saham final,” tulis Walter dalam bukunya. Menurut dia, Elon mengatakan manuver hukum tersebut menghalanginya untuk memberikan dana sebesar 200 juta dolar.

Gugatan tersebut menuduh bahwa Musk gagal membayar pesangon kepada para eksekutif, percaya bahwa peraturan tersebut tidak berlaku baginya, dan menggunakan kekayaan dan kekuasaannya untuk menindas siapa pun yang tidak setuju dengannya.

“Elon Musk memutuskan tidak mau membayar pesangon kepada penggugat dan memecat mereka begitu saja tanpa alasan, lalu memberikan alasan dan mempekerjakan pekerja di berbagai perusahaannya untuk melaksanakan keputusannya.”

Hingga berita ini diturunkan, X belum berkomentar atau menanggapi gugatan tersebut. Ini bukan kali pertama Elon Musk dan X digugat.

Gugatan terpisah sebelumnya menuduh bahwa Twitter berhutang pesangon lebih dari $500 juta kepada mantan karyawannya.

Di sisi lain, Elon Musk kembali menjadi sorotan banyak pihak karena kali ini ia menggugat OpenAI dan kini mencari untung sendiri.

Elon Musk, yang juga salah satu pendiri OpenAI, dilaporkan telah mengajukan gugatan terhadap perusahaan yang ia bantu dirikan dan CEO perusahaan saat ini, Sam Altman.

Bos media sosial X mengatakan OpenAI melanggar statusnya sebagai organisasi nirlaba dan perjanjian kontrak intinya untuk memajukan AI demi kepentingan umat manusia.

Tidak hanya itu, OpenAI telah dituduh sebagai “anak perusahaan sumber tertutup secara de facto” dari Microsoft karena perusahaan tersebut menginvestasikan $13 miliar dan memiliki 49 persen saham.

Tiba-tiba, tuduhan ini menarik perhatian para petinggi perusahaan, sehingga membuat ChatGPT terbakar. OpenAI pun dengan tegas menolak tuduhan CEO Tesla tersebut.

Perusahaan menyatakan sangat tidak setuju dengan klaim tersebut, seperti dikutip Gizchina, Senin (3/4/2024).

Mereka juga menekankan bahwa perusahaan telah membuat kemajuan signifikan dalam misinya, meskipun ada pernyataan dari presiden SpaceX.

Perusahaan juga membantah tuduhan mengambil keuntungan dengan mengorbankan tujuan awal pembuatan OpenAI.

Menurut memo internal perusahaan AI kepada karyawannya, OpenAI “sangat tidak setuju” dengan klaim Elon.

Bloomberg melaporkan bahwa Jason Kwon, kepala strategi OpenAI, membantah pernyataan Elon bahwa OpenAI adalah “anak perusahaan de facto” dari Microsoft.

Kwon juga berkata: “Misi perusahaan adalah memastikan bahwa semua orang mendapat manfaat dari AGI (Artificial General Intelligence) dan OpenAI bersifat independen dan bersaing langsung dengan raksasa teknologi ini.

Sebagai catatan, seperti dilansir Engadget, Sabtu (3/2/2024), Microsoft menggunakan teknologi OpenAI untuk mendukung alat AI generatif seperti Copilot.

Berdasarkan gugatan tersebut, di bawah dewan direksi OpenAI saat ini, mereka diduga mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan umum buatan (AGI) untuk memaksimalkan keuntungan Microsoft, bukan untuk kepentingan kemanusiaan.

“Ini adalah pengkhianatan terhadap perjanjian pendirian,” demikian bunyi gugatan Elon Musk terhadap OpenAI.

Gugatan tersebut mendefinisikan kecerdasan umum buatan sebagai mesin yang memiliki kecerdasan yang dapat melakukan berbagai tugas seperti manusia.

Elon Musk mengklaim dalam gugatannya bahwa GPT-4, yang diduga berpikir lebih baik daripada orang kebanyakan, setara dengan Artificial General Intelligence (AGI), yang merupakan algoritma sebenarnya dari Microsoft.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *