Thu. Sep 19th, 2024

Emmanuel Macron Ungkap Syarat Jika Putin Ingin Hadir di KTT G20 Brasil

matthewgenovesesongstudies.com, Paris – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan jika Vladimir Putin ingin menghadiri KTT G20 di Brasil, ia harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pemimpin negara lain.

Dikutip dari laman berbahasa Arab, Rabu (29/3/2024), demikian kasus diplomatik Brasil dan presidennya Luiz Inacio Lula da Silva.

“Jika pertemuan seperti itu akan bermanfaat, maka pertemuan itu harus diadakan,” kata Macron, seraya memperingatkan bahwa perpecahan mengenai masalah ini akan menghalangi undangan ke Rusia.

Brasil, yang saat ini menjadi ketua kelompok G20, yang menyumbang 80 persen perekonomian dunia, dituduh melakukan perang karena menentang upaya AS untuk mengisolasi negara tersebut dan menghukum Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyi dan negara-negara Barat karena menginvasi Ukraina.

Putin melewatkan KTT G20 tahun lalu di ibu kota India, New Delhi, untuk menghindari rasa malu politik dan ancaman penangkapan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Pada September 2023, Lula mengatakan “tidak mungkin” menangkap Putin jika dia menghadiri konferensi di Rio de Janeiro.

Tak lama kemudian, dia mencabut pernyataannya dan mengatakan bahwa keputusan untuk menangkap Putin akan dibuat oleh sistem peradilan, bukan pemerintahnya.

Sementara itu, para pemimpin partai besar di Prancis mulai khawatir setelah mendengar ucapan Emmanuel Macron yang menyatakan akan terus mendukung Ukraina tanpa batas waktu.

Kekhawatiran itu diungkapkan para pimpinan partai dalam pertemuan yang digelar Kamis (7/3/2024).

Selama pertemuan dua setengah jam tersebut, para pemimpin partai mengatakan ada indikasi bahwa Macron menggunakan krisis ini untuk memperkuat posisi aliansinya menjelang pemilu Eropa musim panas mendatang.

Mantan Presiden AS Donald Trump juga terkejut dengan dukungan Eropa terhadap Ukraina. Menurutnya, jika terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat, salah satu tujuan utamanya adalah mencegah Amerika Serikat mengirimkan pasukan ke Ukraina.

Setelah Trump menyampaikan pengumumannya, Emmanuel Macron segera mendesak sekutu Ukraina untuk tidak bersikap “pengecut” dalam mendukung Kiev melawan agresi Rusia, CNA melaporkan pada Sabtu (9/3).

Beberapa pemimpin partai Perancis juga mengatakan Macron tidak boleh mengambil sikap “tanpa henti” terhadap lawan-lawan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pasalnya, mereka menilai Putin juga mengambil langkah serupa.

Pemimpin Partai Hijau, Marin Tondelier, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi di Ukraina. Itu sebabnya dia berharap Macron bisa mengambil tindakan.

Jordan Bardella, pemimpin partai radikal National Rally (RN), bahkan memohon kepada Macron untuk tidak berperang dengan Rusia.

Manuel Bompard, seorang politisi senior Perancis, juga mengatakan: “Saya datang dengan perasaan khawatir dan pergi dengan rasa khawatir.”

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *