Thu. Sep 19th, 2024

Fenomena War Takjil Nonis, Bukti Kerukunan Umat Beragama di Indonesia seperti Tercantum di Al-Quran

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Saat bulan Ramadhan, istilah ‘Jaghre Takjeel’ populer di media sosial. Meski disebut perang, tren ini bukan berarti perang. Alih-alih berkonotasi negatif, takjil perang lebih mengedepankan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Seperti diketahui, setiap memasuki bulan suci Ramadhan, sebagian warga mencoba peruntungan berbuka puasa dengan berjualan takjil atau rambu. Padahal, beragam makanan lezat dan terjangkau ini tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam yang berpuasa, namun juga bagi non-Muslim atau non-Muslim.

Tren ini banyak diparodikan di TikTok, termasuk oleh para TikToker populer. Hal ini menyenangkan tersendiri dan turut berkontribusi terhadap rasa keharmonisan di Indonesia.

“Di mana-mana terjadi adu takjil antara orang yang berpuasa dengan non-Muslim dan saya bersumpah saya tidak tahu mengapa tren adu takjil ini menenangkan hati dan membuat kita semakin dekat satu sama lain. Kebetulan saya juga. Bekerja di lingkungan yang setidaknya lima persen stafnya beragama Islam, namun jika menyangkut Takjeel, mereka benar-benar menjadi yang terdepan.”

Fenomena perang Takjeel Nunes menjadi pertanda bahwa kerukunan antar umat beragama di Indonesia masih terjalin dengan baik. Sebab Alquran mengajarkan betapa pentingnya hidup damai dengan pemeluk agama lain.

Mengenai kerukunan antar umat beragama, Allah berfirman dalam surat al-Mu’lamiena ayat 8 bahwa dalam surat ini umat Islam diperintahkan untuk memperlakukan non-Muslim dengan baik.   

Semoga Allah tidak melarang orang-orang yang tidak membunuh jiwanya dan mengampuninya.  

Yaitu.:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan adil kepada orang-orang yang tidak berselisih denganmu tentang agama dan tidak mengusirmu dari negaramu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.” .  

Dengan ayat ini, Allah SWT melarang umat Islam bersikap adil dan berdamai dengan orang-orang kafir.

Sebaliknya, Islam mengedepankan kehidupan sosial yang baik dan perlakuan adil terhadap semua orang, apa pun keyakinan agamanya, tulis aktivis kajian Islam Ustad Zainuddin Labis, NU Online, Rabu, 27 Maret 2024.

Islam menekankan pentingnya bekerja sama dalam kehidupan, yang memerlukan kerja sama untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan sejahtera.  

Bersikap baik dan adil kepada non-Muslim langsung diamalkan oleh Rasulullah SAW.

Tercatat dalam sejarah, Rasulullah SAW selalu memperlakukan tetangganya dengan baik, bahkan tetangganya yang non-Muslim sekalipun.

Rasulullah selalu menyapa mereka dengan ramah, membantu orang miskin dan terkadang berdamai dengan non-Muslim. Sebagaimana sabda Imam Bukhari dalam hadis berikut:

Hadits Yusuf bin Isa Hadits Abu Mu’awiyah × Aisha radhiyallahu ‘anhu berkata: Semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian ُ مَ بِنَسِيَةٍ  

Yaitu.:

Dari Yusuf bin Isa, dari Abu Muawiyah, dari Ibrahim, dari Amash, dari Aswad, dari Aisyah, yang berkata: Rasulullah SAW alangkah baiknya, suatu ketika Membeli makanan dari seorang Yahudi. secara bertahap dan dia membuat baju besinya.” (HR Al-Bukhari).  

Kerukunan antar umat beragama di Indonesia kini tercermin dalam Perang Takjeel. Menurut Zainuddin, keindahan Jang Takjeel terletak pada toleransi yang ada.

“Kami melihat orang-orang dari latar belakang berbeda saling membantu, berbagi, dan menikmati makanan bersama.”

Beliau mengatakan: “Ini adalah bukti bahwa perbedaan bukanlah halangan dalam perjalanan persatuan dan membina hubungan baik.”  

Perjuangan merupakan sebuah tren positif yang patut diapresiasi. Zainuddin menutupnya dengan mengatakan, semangat persatuan dan toleransi yang ada menjadi pengingat bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu dan membangun bangsa yang lebih harmonis.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *