Fri. Sep 20th, 2024

Festival Maek 2024, Mencari Asal Mula Peradaban Dunia

matthewgenovesesongstudies.com, Padang – Festival Mak 2024 resmi dimulai. Ribuan orang menduduki Lapangan Sepak Bola Jorong Koto Gadang, Nagri Mak, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten 50 Kota.

Festival arkeologi terbesar di Sumbar ini dibuka pada Rabu (17/7/2024) oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbar, Superdi.

Setelah 40 tahun, penelitian dan eksplorasi Maeko akhirnya akan dilanjutkan. Festival Mic sendiri akan digelar selama tiga hari, Rabu hingga Sabtu, 17-20 Juli 2024.

Superdi menuturkan, dirinya mulai merencanakan festival ini satu setengah tahun lalu. Saat itu, tokoh komunitas Mike hadir dalam forum diskusi tersebut. Tujuannya adalah mewujudkan impian Mach, lahirnya peradaban dunia.

Hal ini untuk mengatasi pesimisme yang sudah lama ada di kalangan komunitas mikrofon. Karena setiap orang yang datang ke sana selalu membicarakan menhir, namun tidak memberikan penjelasan.

Supardi yang senasib dengan komunitas Mika hanya menginginkan satu hal, mimpi itu terwujud dan Seribu Menhir kota itu bisa terlihat kembali.

“Sekarang kita akan memulai dan mewujudkan seluruh harapan komunitas Mike yang berkumpul satu setengah tahun lalu,” ujarnya, Minggu (17/7/2024).

Supardi memulai perjalanan panjang ini bersama Dinas Kebudayaan Sumbar ke UGM, BRIN, UNESCO. Semua ini menjadikan Mike sebagai warisan budaya dunia.

“Saya meminta peneliti UGM untuk mengolah kembali kerangka hasil penggalian tahun 1985 itu,” ujarnya.

Mewakili gubernur, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Jeffrinal Arifin memberikan sambutan tentang pentingnya peninggalan sejarah Mike.

Dikatakannya, Tambo yang menjadi sumber utama adat istiadat kita sebagai suku Minang tidak mencantumkan angka dan tahun yang tepat. Kapan nenek moyang kita datang dan menetap di Pulau Sumatera yang tambal sulam ini?

“Konspirasi maek menhir ini bukan hanya peneliti saja, tapi kita juga masyarakat Minangkabau, nanti akan menjadi babak baru kebenaran cerita sejarah masyarakat Minangkabau,” ujarnya, Rabu (17/7/2024).

 

Di Sumatera Barat, menhir dan artefak kerangka manusia purba banyak ditemukan di Mak. Usia kerangka tersebut belum dapat ditentukan, lanjut Jefrinal. Dikonfirmasi.

“Sampel sudah dibawa ke Australia untuk dilakukan penanggalan karbon. Tapi hasilnya belum keluar. Kami berharap secepatnya kebenarannya terungkap,” kata mantan Kepala Kesbangpol itu kepada Pemprov Sumbar.

Namun menurut perkiraan saat ini, jenazah yang ditemukan Mike diperkirakan berusia 4.000 tahun. Dekat Bahtera Nuh sekitar 5000 tahun yang lalu. Artinya masyarakat sudah lama mendiami tanah Minanga.

Program ini juga mencakup kolaborasi antara akademisi, tokoh budaya, dan seniman dari dalam dan luar negeri. Hal ini merupakan kesempatan untuk membantu mempromosikan tradisi budaya di Sumatera Barat.

“Kami berharap anak-anak Nagari Makek dapat memanfaatkan program ini untuk melestarikan budayanya. Karena hingga saat ini masyarakat yang datang ke Nagari Makek tidak hanya sekedar peninggalan kuno saja, namun juga untuk melihat adat istiadat asli Nagari Makek,” ujarnya. dikatakan.

Peninggalan sejarah di Mike merupakan warisan budaya yang dilindungi undang-undang Indonesia. Pemprov Sumbar Jefrinal menyatakan berkomitmen menjaga seluruh warisan budaya yang ada, khususnya Kota Mak.

Dalam waktu sesingkat-singkatnya, Mak akan ditetapkan sebagai warisan budaya provinsi dan nasional, serta menjadi warisan budaya dunia.

“Semoga terselenggaranya acara ini dapat menjadi pengingat dan inspirasi bagi kita semua dalam berusaha mewujudkan mimpi tersebut.” Sebab warisan dunia merupakan perjalanan panjang penelitian di berbagai disiplin ilmu dan kompleksitas birokrasi. Kami berharap menhir yang menyertai WTBOS menjadi situs warisan dunia,” ujarnya.

50 pimpinan kota Safarudin yang hadir pada peresmian tersebut berjanji akan melanjutkan festival ini dalam beberapa hari mendatang.

Ifrizal Hendri Wali Nagari Mike pun dengan bercanda menerima perhatian tersebut dalam sambutannya.

“Kami komunitas Mike siap mengurangi minuman manis. Tapi senyum manis akan kita tebarkan. Kota Mike siap menjadi destinasi wisata arkeologi dunia,” ujarnya.

Donnie Eros, direktur festival, dalam sambutannya mengatakan bahwa program ini bukanlah tugas yang mudah.

Ia dan para kurator: Zulkarnaini Diran, Aprimas, Eka Marianti, Juari Abdullah, dan S. Matroni Masdision membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkannya. Dari 10 tahun yang lalu hingga saat ini.

Baginya, Lembah Mak ibarat permata tersembunyi yang menyimpan kisah-kisah hebat tentang peradaban kuno.

“Melalui penelitian yang penuh semangat dan semangat, kami berhasil mengungkap tabir misteri yang menyelimuti artefak, bangunan megah dan jejak-jejak kehidupan yang memberikan kita gambaran tentang kemakmuran masa lalu,” ujar guru besar fakultas Unand tersebut. Ilmu Budaya, Rabu (17 Juli 2024).

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Mike, yang kehangatannya menyenangkan untuk diajak bekerja sama.

Dua buku karya empat seniman juga diterbitkan di festival ini. Mereka adalah Iyut Fitra dan Yudilfan Habib yang menulis “Maek tercermin dalam puisi dan prosa”.

Juga Widi Adrianto dan Satria Putra yang membawakan, “Maek Cerita di Balik Sketsa.”

Seniman yang sudah berbulan-bulan memikirkan Prakriti Mike akan mempresentasikan karyanya dalam diskusi di hari kedua.

Mereka akan membahas berbagai hal terkait proses produksi, mulai dari proses hingga taktik dan strategi mereka ketika ingin memberikan feedback kreatif kepada Mark.

“Kami berharap buku ini tidak hanya menjadi panduan, namun juga menjadi jendela untuk membuka wawasan pengetahuan dan inspirasi bagi Anda semua,” kata Doni.

Ia juga berharap seluruh rangkaian festival Mak dapat mendukung agenda kemajuan kebudayaan khususnya di Mak.

 

Festival ini dibuka dengan penampilan ‘Mimetik Sulbi (Hikayat Batu Tegak)’ oleh duo dramaturgi S. Matron Masdisan dan Juari Abdullah dengan musik oleh Andre Junaidi.

Pertunjukan ini bertujuan untuk meniru peristiwa paling agung dalam sejarah Maeko. Batu Berdiri.

Lakon tersebut dibawakan oleh sekelompok pemuda yang membawa batu berukuran besar mirip menhir. Bersamaan dengan seorang janang (narator) yang memberikan pengenalan bahasa Minang.

Lalu para pemuda itu mamek (dipahat) batu. Dalam pertunjukan ini, koreografer Zefrindi Osman (Indonesia), Bianca Sere Pulungan (Jerman) dan Janet Ho (Australia) berkolaborasi dengan 20 anak Mike Village.

Selama 3 hari festival, berbagai topik terkait mikrofon akan dibahas.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *