Fri. Sep 20th, 2024

Flu Singapura Sama atau Beda dengan Penyakit HFMD? Begini Penjelasan Ahli

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Belakangan ini, “flu Singapura” menjadi topik yang menyita perhatian publik. Kasus penyakit yang mudah menular pada anak-anak ini semakin meningkat di Indonesia. Namun masih ada kebingungan di kalangan masyarakat mengenai apakah flu Singapura itu sama dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut.

Dokter spesialis anak spesialis kesehatan anak, infeksi, dan penyakit tropis, Hinky Hindra Irawan Satari menjelaskan, istilah flu Singapura merupakan terminologi yang salah untuk penyakit tangan dan kaki. Penyakit ini bukan disebabkan oleh virus influenza, melainkan oleh virus dari genus Enterovirus, khususnya Coxsacklevirus dan Human Enterovirus 71 (HEV 71).

“Ini terminologi yang salah untuk flu Singapura karena virus ini bukan flu dan tidak hanya terjadi di Singapura, di tempat yang berbeda dan dengan alasan yang berbeda,” kata Hinky kepada Pekan Imunisasi Dunia (WID) bersama Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin, 18 Maret 2024.

Hal serupa juga diungkapkan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso di kesempatan lain.

Menurut Piprim, nama penyakit flu Singapura tidak lagi hanya ada di Singapura karena sudah menyebar ke beberapa daerah, termasuk Indonesia.

“Kasus yang namanya flu Singapura akhir-akhir ini semakin marak. Sebenarnya flu ini (Singapura) bukan lagi milik Singapura, di Indonesia juga banyak, bisa jadi flu Jakarta dan flu lainnya, kata Piprim dalam pengarahan online. Selasa, 2 Maret 2024.

Terkait istilah flu Singapura, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Profesor Tjandra Yoga Aditama menilai hal tersebut tidak tepat.

Nama sebenarnya penyakit ini adalah penyakit mulut dan kuku tangan (HFMD) atau penyakit mulut dan kuku (PTKM) yang sering disalahartikan sebagai flu Singapura, jelas Tjandra dalam keterangan tertulis, Sabtu, 30 Maret. 2024.

Menurut Tjandro, HFMD merupakan penyakit yang sebenarnya cukup umum terjadi pada anak-anak dan bayi.

Penyakit ini memiliki masa inkubasi 3-7 hari dan ditandai dengan: Demam. Munculnya ruam (ruam kulit) dan lepuh (benjolan kecil) pada kaki, tangan, dan mukosa mulut. Pasien biasanya tidak lapar. Mual dan sakit tenggorokan.

Umumnya setelah satu atau dua hari demam, keluhan nyeri pada mulut diawali dengan lepuh dan kemudian berubah menjadi lendir. Lesi bisa terjadi di lidah, gusi, atau bagian mulut lainnya.

Tjandra mengatakan HFMD bukanlah penyakit serius dan akan sembuh dalam 7 hingga 10 hari. Sementara pengobatannya hanya bersifat suportif.

HFMD biasanya disebabkan oleh enterovirus, termasuk coxsackievirus A16, EV 71, dan echovirus.

“Dalam kasus yang sangat-sangat jarang, HFMD akibat EV 71 juga dapat menyebabkan meningitis bahkan ensefalitis. Infeksi EV 71 dimulai di saluran cerna, yang kemudian menyebabkan gangguan saraf. Selain itu, HFMD akibat coxsackievirus A16 juga dapat menyebabkan meningitis. .”

“HFMD sebenarnya cukup menular,” lanjut Tjandra. HFMD dapat menular melalui kontak langsung, cairan dari hidung dan tenggorokan, air liur, cairan lepuh atau tinja penderita.

“Masa penularan maksimal pada minggu pertama infeksi.”

Tidak ada pencegahan khusus untuk HFMD, namun risiko tertularnya dapat dikurangi dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang baik seperti mencuci tangan pakai sabun (CTPS).

“Jika stimulusnya serius, disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan terdekat,” tutupnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *