Tue. Sep 24th, 2024

FPCI Serahkan Rekomendasi dan Isu Prioritas Perubahan Iklim ke TKN Prabowo-Gibran, Dorong Pemerintah Baru Atasi Krisis Iklim

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) memberikan masukan kebijakan dan isu-isu penting terkait perubahan iklim kepada Tim Kampanye Nasional (TKN) Presiden terpilih Republik Indonesia, Prabowo Subianto.

Pemaparannya dilakukan pada Indonesia Net-Zero Summit (INZS) 2024 oleh FPCI.

“Ini hasil diskusi informal dan hasil perdebatan selama tiga hari, tiga kali debat dan diskusi dan ini persetujuan yang kami minta kepada pemerintah,” kata pendiri FPCI Dino Patti Djalal saat menyampaikan usulan tersebut kepada Presiden Dewan. dari Galicia Persatuan Promosi Nasional Prabowo Gibran Burhanuddin Abdullah pada acara INZS 2024 di Jakarta, Sabtu (24/8/2024).

Beberapa poin yang disampaikan dalam usulan tersebut: Menjamin pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen sesuai rencana nasional Meningkatkan fokus pada NDC Kedua dengan target penurunan yang tinggi pada tahun 2030, dan undang-undang net zero pada tahun 2050 yang menghubungkan alokasi APBN terhadap pengembangan energi terbarukan dan pengalihan subsidi energi dari biaya atau harga menjadi biaya subsidi langsung untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan transisi energi. hal ini mengganggu penggunaan lahan untuk kawasan hutan lindung dan tidak mengubah lahan mangrove atau lahan domba. Pembentukan konferensi terkait iklim, yang mengoordinasikan kebijakan iklim di berbagai industri dan organisasi.

Abdullah mengapresiasi saran yang diberikan FPCI. Ia mengatakan, isu perubahan iklim sudah menjadi prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran.

Harapannya ke depan akan ada organisasi yang bisa menyelesaikan masalah iklim dengan lebih baik karena pemerintahan Prabowo Subianto dalam proyek-proyeknya akan fokus pada iklim dan saya kira proyek itu maju, katanya.

Abdullah juga sepakat bahwa krisis iklim merupakan masalah global yang harus diselesaikan bersama.

Generasi muda, tua seperti saya, pemerintah, perusahaan, masyarakat sipil, kita harus bersatu untuk menyelesaikan masalah ini, ujarnya.

 

72 organisasi terlibat dalam pembuatan kebijakan, termasuk masyarakat sipil, organisasi penelitian dan komunitas pemuda yang bekerja di bidang perubahan iklim dan energi.

Ide pembuatan kebijakan tersebut bermula dari kekhawatiran terhadap dampak krisis iklim dan harapan dapat mendukung implementasi kebijakan dan agenda luar negeri yang lebih stabil, ambisius, adil dan seimbang bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Dalam pandangan kami, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah yang lebih ambisius dan mendesak untuk mengatasi krisis iklim,” kata penasihat kebijakan tersebut.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *