Fri. Sep 20th, 2024

Gara-Gara Ini, Indonesia Harus Putar Otak Impor Pangan

matthewgenovesesongstudies.com, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian DKI Jakarta, Airlangga Hartarto mengatakan, isu perubahan iklim sangat berdampak pada Indonesia, khususnya produksi pangan. 

Airlangga menjelaskan, Indonesia harus mengimpor pangan karena produksi pangan Indonesia mengalami penurunan signifikan pada tahun lalu. 

“Impor pangan tahun lalu 3,6 juta, tahun ini kuotanya bisa mencapai 3 juta,” kata Airlangga dalam Rakernas: Percepatan dan Kajian Lanjut PSN, Selasa (14/5/2024). 

Airlangga menambahkan, perekonomian Indonesia masih memiliki ketahanan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh tekanan dan volatil. Selain itu, ketegangan geopolitik global juga mempengaruhi harga komoditas.

“Kami melihat ketegangan geopolitik global, baik perang di Ukraina maupun situasi di Gaza, masih belum usai. Ketegangan tersebut tentunya membuat harga komoditas berubah dan tentunya yang sangat strategis bagi Indonesia adalah fluktuasi harga komoditas, baik pangan maupun pangan. dan energi,” jelasnya. 

Tekanan geopolitik

Meskipun terdapat tekanan geopolitik dan ketidakpastian perekonomian global, perekonomian Indonesia tetap tumbuh dengan baik. Pada triwulan I tahun 2024, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen. Airlangga mengatakan ini merupakan salah satu pertumbuhan tertinggi yang pernah tercatat. Selain itu, rating lembaga tersebut terhadap perekonomian Indonesia juga sangat baik.

Tingkat inflasi Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didominasi oleh Pulau Jawa dengan pertumbuhan sebesar 57,70 persen. 

“Namun pertumbuhan di wilayah timur cukup tinggi. Misalnya, Maluku Papua 12,15%, Sulawesi 6,35%, dan Kalimantan 6,17%. “Semuanya berbasis mineral dan batu bara di Indonesia bagian timur,” jelasnya. 

Menurut dia, pertumbuhan tersebut sejalan dengan apa yang dilakukan pemerintah untuk mendorong hilirisasi. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan beras harus diimpor untuk menjaga harga beras tetap stabil di tingkat konsumen. Dia menyatakan, realisasi impor beras melalui Perum Bulog kurang dari 5 persen dari total kebutuhan beras dalam negeri.

Hal itu disampaikan Jokowi saat mengunjungi Kompleks Gudang Bulog Laende di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Senin (13/5/2024), seperti dikutip Antara.

“Kita tidak perlu impor lima persen. Ada yang dari Vietnam, Thailand, ada yang dari mana Pak? Kamboja, Pakistan, harus impor dari sana. Jumlah penduduk kita sekarang 280 juta, jadi semuanya tidak mudah,” kata Jokowi. dikutip Antara.

Dalam kunjungan tersebut, Jokowi memastikan ketersediaan dan stabilitas pasokan pangan nasional, serta penyaluran bantuan cadangan pangan kepada keluarga penerima manfaat. Selain itu, Jokowi memastikan beras sebanyak 10 kg akan disalurkan kepada keluarga penerima manfaat setiap bulannya hingga Juni 2024.

 Program tersebut diperkirakan akan diperpanjang hingga Desember tergantung ketersediaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jokowi mengatakan, program bantuan beras merupakan respon pemerintah terhadap kenaikan harga beras akibat inflasi pangan global.

Namun perlu diketahui, ada negara lain yang mengalami kenaikan harga beras hingga 50 persen di Indonesia. Sementara itu, Jokowi mengatakan menjaga harga beras di Indonesia bukanlah hal yang mudah sehingga kesejahteraan petani dan harga yang terjangkau bagi konsumen harus diperhatikan.

 

“Kita tidak mudah mengendalikan harga beras. Kalau naik pasti masyarakat, perempuan pasti (protes), tapi petani senang, karena harganya naik lho. Tapi harganya alt. , Bisa kita tekan, banyak impor, biar harganya lebih murah, tapi petani “ini rugi”, kata Jokowi.

Oleh karena itu, pembagian 10 kg beras ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat yang terkena dampak kenaikan harga tersebut. Sejauh ini, data terakhir awal Mei 2024, impor beras mencapai 1,3 juta ton dari total kuota 3,6 juta ton.

Berdasarkan prakiraan neraca pangan nasional Januari-Desember 2024 yang disusun Badan Pangan Nasional (Bapanas), kebutuhan beras Indonesia akan mencapai 31,2 juta ton pada tahun 2024, kata Perum Bulog. Artinya, beras Indonesia saat ini masih diimpor dan impor beras Indonesia hanya sebesar 4,1 persen dari total kebutuhan Indonesia.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krishnamurthy sebelumnya mengatakan stok beras cadangan pemerintah (CBP) di seluruh gudang Bulog hingga saat ini mencapai 1,63 juta ton. Ia juga menyebutkan stok beras ini merupakan stok beras tertinggi dalam 4 tahun terakhir.

Saat ini stok bulog mencapai 1,63 juta ton, tertinggi dalam 4 tahun terakhir, kata Bayu kepada media di Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).

Bayu mengatakan, stok beras tersebut berasal dari alokasi impor dan pembelian lokal. Namun dia tidak menyebutkan berapa jumlah beras yang diimpor ke gudang Bulog.

Alhamdulillah, baik dari pengelolaan pembelian di luar negeri maupun usaha keras teman-teman di daerah, jelasnya. Perekrutan lokal

Sementara itu, pembelian dalam negeri per 2 Mei 2014 kira-kira setara dengan 560.000 ton gabah. Angka serapan gabah ini setara dengan 273.000 ton beras. 

“Beras CBP dan beras komersil kami kelola dengan baik sesuai kebutuhan, yang penting stoknya didapat dulu,” jelas Bayu.

Bayu menyatakan, berkat kemenangan tersebut, penyaluran bantuan pangan beras 10 kg tahap kedua ke stok beras CBP dapat diselesaikan.

Bantuan Beras ditujukan untuk penyaluran 660.000 ton beras selama tiga bulan berturut-turut dengan sasaran 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *