Sat. Sep 21st, 2024

Garuda Indonesia Bidik Laba pada 2024, Bagaimana Strateginya?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menargetkan kerugian perusahaan tahun ini bisa diubah menjadi keuntungan positif. Dari sisi laba bersih, peningkatan ini akan didorong oleh target pertumbuhan penjualan sebesar dua digit.

“Harus angkanya dua digit (target). Kita tahun ini pasti untung, kita pantau, tapi kalau nanti kita bisa menilai catatan metode akuntansi, itu tidak hanya berdampak pada ekuitas, tapi juga profitabilitas, ” tambahnya. kata Irfan. usai acara BUMN Dharma Santi Nyepi di TMII pada Minggu 12 Mei 2024.

PT Garuda Indonesia Tbk memiliki belanja operasional atau operasional (opex) yang akan digunakan untuk menyewa 8 armada pesawat baru selama tahun 2024. Sementara untuk Capital Expenditure (Capex), perseroan mengungkapkan belum menyiapkan kelebihan dana.

Rencananya akan menambah 8 maskapai yang bisa beroperasi secara charter, kata Irfan.

Perseroan mencatatkan peningkatan pendapatan sepanjang kuartal I 2024. GIAA mencatatkan pendapatan sebesar $711,98 juta. Pendapatan tersebut naik 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi $602,99 juta.  

Situasi ini menyebabkan kerugian GIAA berkurang 21,10% menjadi $87,03 juta. Pada kuartal I-2023, GIAA justru membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar $110,04 juta.

Perseroan juga akan melakukan beberapa aksi korporasi dan memastikan perusahaan memiliki landasan yang baik untuk lolos dari pengawasan khusus.

“Ada kode khusus monitoring, kita keluarkan kode 1 terkait penilaian greyscale. “Hal kedua yang sedang kami kerjakan adalah ekuitas negatif,” pungkas Irfan.

Penafian: Keputusan investasi apa pun adalah kebijaksanaan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. matthewgenovesesongstudies.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra menceritakan strategi perusahaan agar terhindar dari pengawasan khusus. 

Irfan mengatakan perseroan akan melakukan beberapa aksi korporasi dan memastikan perseroan memiliki landasan yang baik untuk keluar dari pengawasan khusus.

“Ada pengawasan khusus terhadap kode-kode tersebut, kode yang pertama sudah kami keluarkan terkait dengan penerapan uji coba bendera abu-abu. Yang kedua yang sedang kami kerjakan adalah negative justice,” kata Irfan kepada wartawan usai acara BUMN Dharma Santi Nyepi, Minggu TMII ( 12/5/2024 ). 

Irfan menambahkan, banyak aksi korporasi yang akan dilakukan, salah satunya Garuda Indonesia sedang membahas laporan akuntansi. 

“Nah, kalau itu terjadi, itu di luar kendali khusus. “Kami ingin melakukan intervensi dengan aksi korporasi dan fundamental perusahaan akan membaik,” ujarnya.

Dari sisi target kinerja perseroan, Irfan menargetkan pertumbuhan berkelanjutan di tahun 2024. Namun ada beberapa tantangan yang akan dihadapi perseroan ke depan, terkait nilai tukar dan harga bahan bakar jet. 

Sementara itu, Irfan mengatakan pihaknya kini sedang melakukan pembicaraan dengan Kementerian Perhubungan untuk merevisi Batas Atas Tarif (TBA). 

“Bukan berarti TBA 5 tahun dan tidak naik, berapa harganya dibandingkan 5 tahun lalu, berapa harga bahan bakar jet dibandingkan 5 tahun lalu. “Jika ini terus berlanjut, semua maskapai penerbangan akan menghadapi tantangan yang sama,” lanjutnya.

Irfan menyarankan Kementerian Perhubungan membuat TBA lebih fleksibel berdasarkan kondisi eksternal. 

“Kita tidak bisa mengendalikan nilai tukar dan harga bahan bakar jet. “Kita tidak bisa mau Pertamina turun lalu memberi diskon, bukan begitu,” tutupnya.

 

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mampu melaporkan pendapatan konsolidasi kuartal I 2024 sebesar 18,07% menjadi USD 711,98 juta. Namun meski pendapatan operasional meningkat, Garuda Indonesia masih membukukan kerugian sebesar US$86,82 juta pada Q1 2024.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan, perseroan secara grup merugi US$86,82 juta pada kuartal I 2024, turun 21,10% menjadi US$110,04 pada kuartal I 2023 juta.

Rekor menyusutnya kerugian ini menjadi landasan penting bagi kinerja Garuda Indonesia karena berada di tengah masa lesu industri penerbangan, jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (1/5/2024).

Disebutkan pula, kontribusi peningkatan pendapatan komersial pada kuartal I 2024 juga disebabkan oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 18,19% menjadi $599,01 juta.

Pendapatan dari penerbangan berjadwal menyumbang 84,13% dari total pendapatan perusahaan yang dicapai pada Q1-2024.

Selain itu, pertumbuhan penerbangan tidak berjadwal juga menunjukkan potensi yang menjanjikan dengan pertumbuhan sebesar 53,57% menjadi USD 19,67 juta. Di sisi lain, lini pendapatan lainnya juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil dengan peningkatan 11,92% menjadi $92,28 juta.

Irfan mengatakan, langkah perbaikan kinerja perseroan akan terus dibenahi dengan memperkuat fundamental kinerja perseroan, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas produksi dan margin.

“Hal ini kami lakukan dengan memperkuat portofolio bisnis, baik melalui perluasan jaringan maskapai, peningkatan trafik penumpang, optimalisasi lini pendapatan lainnya, serta penerapan cost Leadership yang berkelanjutan untuk mendorong kinerja bisnis yang semakin agile dan adaptable guna memaksimalkan potensi pendapatannya.” dia menjelaskan. 

 

Pada triwulan I tahun 2024, Grup Garuda Indonesia juga mengalami peningkatan frekuensi penerbangan secara berkelanjutan menjadi 39,7 ribu penerbangan atau tumbuh 15% dibandingkan jumlah frekuensi penerbangan pada triwulan I tahun 2023.

Pertumbuhan tersebut juga sejalan dengan komitmen menjaga tingkat keselamatan dengan fokus peningkatan pemeliharaan armada selama kuartal I tahun 2024 seiring dengan peningkatan frekuensi penerbangan.

Hal ini tidak dapat dipungkiri tercermin dari peningkatan biaya operasional yang turut berkontribusi pada optimalisasi perawatan armada Garuda Indonesia, kata Irfan.

Kinerja operasional juga menunjukkan hasil yang baik, Garuda Indonesia Group mengangkut total 5,42 juta penumpang selama kuartal I tahun 2024, meningkat 19% dibandingkan jumlah penumpang pada kuartal I tahun 2023.

Angka tersebut terdiri dari 2,42 juta penumpang Garuda Indonesia sebagai merek utama dan 3,00 juta penumpang Citilink. Trafik penumpang juga meningkat signifikan pada periode ini, dengan jumlah penumpang penerbangan internasional meningkat 47,59% dibandingkan triwulan I 2023 menjadi 536.441 penumpang.

“Peningkatan penumpang rute internasional yang signifikan merupakan prospek yang menjanjikan dan menandakan pemulihan pesat penerbangan internasional Garuda Indonesia pada tahun 2024. Kedepannya akan terus kami optimalkan dengan berbagai upaya peningkatan frekuensi penerbangan secara terukur seiring dengan pertumbuhan. permintaan pasar. jelas Irfan.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *