Thu. Sep 19th, 2024

Gelar Solo Exhibition, Ryan LH Memuliakan Karat Jadi Art Foto

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Ryan LH, fotografer lulusan Fakultas Seni Media dan Rekaman ISI Yogyakarta tahun 2003, menggelar pameran tunggal bertema karat bertajuk Reflector So For So Good di Semara Gallery Jakarta pada 19 Mei hingga 4 Juni , 420.

Dalam pembukaan pameran yang dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2024, Ryan, Dr. Ismat Zainal Effendi, S.S.N., M.S.N. (kurator), dan Risman Marah (dosen ISI) menjelaskan, 50 foto karat yang dipamerkan ini diambil dengan kamera ponsel pada badan kereta lama yakni c. Tergeletak di depo kereta api bekas di Purwakarta, Jawa Barat.

“Saya meminta izin kepada PT KAI Humas untuk mengambil foto dalam waktu kurang dari sehari. Dihadapan 150 tamu, Ryan LH mengatakan, “Sebenarnya karena keterbatasan waktu, waktu untuk mengumpulkan foto untuk pameran tidak mencukupi, namun ketika saya mengajukan izin kedua, saya tidak bisa mendapatkan izin lagi.”

Sebagai referensi, di antara 150 tamu tersebut terdapat Don Hausman, Arben Rambe, Darvis Tridi, Dion Momongan dan puluhan fotografer lainnya.

 

Refleksi ini dilihat sebagai hasil pemikiran mendalam Ryan LH tentang waktu, situasi dan eksistensi bagi seni dan kehidupan.

“Karat sepertinya bisa menjadi contoh perjalanan saya di usia 50 tahun. Kita sudah mencapai usia karat,” ujarnya sambil tersenyum.

Pameran foto reflektif yang bertepatan dengan ulang tahun Ryan yang ke-50 ini menampilkan beragam tekstur karat dan lapisan warna, serta menampilkan gambar berbeda di mata yang melihatnya. Agak misterius, unik dan tidak biasa.

“Warna di sela-sela karat yang terlihat di foto adalah warna asli badan kereta yang sudah beberapa kali dicat. Kalau dikupas, terlihat semua warna itu,” kata ayah tiga anak ini.Terlampir. , bisa kuning, biru, merah,” kata ayah tiga anak ini.

 

Dalam pandangan Ismat Zainal Effendi selaku kurator, dalam pameran tunggalnya kali ini Ryan tak hanya menampilkan foto-foto berkarat yang membangkitkan gambaran berbeda dari penontonnya. Ia juga menampilkan instalasi dan karya interaktif yang relevan dengan generasi masa kini.

Dalam hal instalasi misalnya, Ryan menghadirkan kepala Bemo yang sudah berkarat tanpa tubuh yang dipajang menggunakan pecahan kaca dengan foto yang memperlihatkan bentuk matanya, dan sebidang rumput yang mengelilingi Bemo.

Kemudian pada karya interaktif, Ryan mengajak penonton untuk merespons karyanya di bidang interpretasi dalam konteks tertentu.

Khusus untuk karya interaktif, Ryan menyelenggarakan tantangan USWUT (U See What You Think), di mana pengunjung pameran diajak untuk menanggapi karya interaktif dan memberikan interpretasi pribadi.

 

 

Setiap orang yang datang ke pameran bisa menjadi peserta. Caranya adalah dengan memilih bola yang ada di dalam mangkuk. Dan di dalam bola tersebut terdapat selembar kertas yang bertuliskan salah satu dari 99 sifat Allah SWT seperti Al Awl, Al Muhi, Al Hayyu dan lain-lain.

Usai membaca tulisan di bola tersebut, penonton diajak untuk mencocokkan tulisan tersebut dengan salah satu dari 18 foto yang disajikan. Foto yang dianggap cocok untuk artikel tersebut ditandai di akun Instagram @reflectry_, @puka_id, @art.vem.tour. “

“99 peserta pertama yang mengikuti tantangan ini akan mendapatkan kenang-kenangan kreatif dari Reflektor X Puka,” kata Ryan yang menyelenggarakan pameran di bawah naungan bisnis barunya, ArtVenture.

 

 

Risman Marah, selaku dosen semasa kuliah Ryan dan kini penasihat ahlinya mengatakan, pameran tunggal ini sebenarnya menandai lompatan inovasi karya Ryan dibandingkan pameran tunggal sebelumnya bertajuk Kalvari.

“Cuma kalau Ryan mau ke (pameran) di Yogya. Ia harus berani menciptakan sebuah karya baru. “Jangan bawa karya ini ke yoga, (seniman) bisa dibantai di sana,” kata Risman yang dianggap sebagai kakek fotografer Indonesia.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *