Fri. Sep 27th, 2024

Gelaran Hari Tari Sedunia di Surakarta Upaya Buat Menghubungkan Kembali Masyarakat Modern dengan Akar Budayanya

matthewgenovesesongstudies.com, Batavia World Dance Day atau Hari Tari Internasional diperingati setiap tanggal 29 April. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, 8,2 persen masyarakat Indonesia menonton tarian.

Oleh karena itu, dalam rangka memperingati dan merayakan Ading Mangkunegaran ke-267 dan Hari Sedunia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI melalui Direktur Kebudayaan bersinergi dengan Pura Mangkunegaran menggelar trilogi tari dalam rangka memperingati Tari Dunia Pada Bulan April. 27 Tahun 2024 di Surakarta, Jawa Tengah. Turut diperingati pada Adeging Mangkunegaran ke-267 adalah konstitusi atau pembentukan Mangkunegaran.

“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus diamanahkan untuk memperkuat jati diri bangsa melalui kebudayaan, menjadikan Indonesia sebagai pusat unggulan seni budaya di tingkat global. Termasuk di dalamnya seni tari tradisional, dimana setiap gerakannya mempunyai makna yang mewakili bangsa. warisan masa lalu dan juga cerminan kehidupan modern,” jelas direktur kebudayaan Hilmar Farid dalam surat yang diterima matthewgenovesesongstudies.com, Senin (29/04/2024).

“Oleh karena itu, melalui rangkaian acara yang bekerja sama dengan Pura Mangkunegaran, kami tidak hanya menonjolkan keindahan tari, namun juga berupaya menghubungkan masyarakat masa kini dengan akar budayanya yang dalam,” lanjut kami.

Dirken Kebudayaan dan Pura Mangkunegaran tidak hanya berperan sebagai pelindung warisan budaya, tetapi juga sebagai dua pilar kekuatan yang mendukung pertumbuhan dan pelestarian budaya di Indonesia.

“Salah satu lembaga adat kerajaan yang ada di Kota Surakarta, Pura Mangkunegaran terus berupaya agar kebudayaan tidak hanya sekedar peninggalan masa lalu. Guna melestarikan kebudayaan di tengah perubahan zaman, berbagai upaya pengembangan dilakukan. Kerjasama dengan berbagai pihak” kata Pemimpin Pura Mangkunegaran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA ) Mangkunegara

“Kami senang bisa bekerjasama dengan Ditbud dan berharap bisa lebih baik lagi bagi masyarakat, seniman, tokoh budaya dan semua pihak. Di sini Mangkunegaran tidak hanya memikirkan kami, kami ingin memberikan efek yang lebih luas.” dilanjutkan

 

 

 

Hari Tari Sedunia mengawali trilogi di Candi Sukuh, tempat yang kaya akan misteri kesuburan. Acara berlanjut di Puro Mangkunegaran yang merupakan simbol warisan keluarga dan budaya. Pertunjukan tari Bedhaya Senapaten Diradameta kaya akan nilai spiritual dan sejarah. Trilogi ini digelar dalam rangka perayaan Acara Menari 24 Jam Institut Seni Indonesia (ISI) Solo yang menandakan vitalitas lahirnya dan keberlangsungan generasi.

Paduan suara trilogi ini terdiri dari tiga prinsip yang saling menguatkan satu sama lain dan bergantian, menghadirkan misteri yang mendalam dan kekayaan nilai budaya untuk merayakan kekayaan, yang disusun sebagai berikut:

1. Sanggar dan Tari Solah Bowo di Candi Sukuh :

Di tempat yang kaya akan misteri kesuburan, sanggar yang dikurasi oleh Melati Suryodarmo ini mengangkat tema kesuburan melalui tarian. Peserta didorong untuk mempertajam keterampilan fisik mereka dan menciptakan identitas budaya, memperkuat hubungan mereka dengan warisan mereka.

2. Pertunjukan Tari Bedhaya Senapaten Diradameta di Pura Mangkunegaran :

Sebagai simbol rumah dan warisan, Bedhaya Senapaten Diradameta kembali menjadi tarian lucu. Tarian ini menggambarkan kemenangan pada Pertempuran Rembang tahun 1756, dengan tujuh orang laki-laki membawa pedang dan busur sebagai simbol kepahlawanan.

Potensi yang dimiliki tarian ini menginspirasi Rama Soeprapto selaku kurator untuk menciptakan ruang baru di masa depan dengan meminta tiga koreografer profesional untuk mengembangkan seni tari kontemporer. Lokasi berbeda ketiga koreografer ini (Arco Renz, Rianto dan Danang Pamungkas) menampilkan proses inovasi tari.

Trilogi yang kaya ini diharapkan mampu menghubungkan masyarakat kontemporer dengan akar budayanya melalui perayaan seni tari yang mendalam dan bermakna, yang mengekspresikan kekuatan tradisi dalam konteks kontemporer.

 

Acara yang dipimpin oleh Eko Supriyanto yang berlangsung selama 24 jam di ISI Surakarta ini melambangkan kelahiran dan energi berkelanjutan. Penari dan koreografer mengeksplorasi batas kreativitas dalam lingkungan modern.

Malam menjelang Sabtu, 27 April 2024, puluhan seniman tari nasional dan kepala kebudayaan menggelar dialog mengenai perkembangan kebudayaan di Indonesia. Melalui dialog, kolaborasi, dan pertukaran budaya yang berkesinambungan, diharapkan seni tari tidak hanya dikenal luas, namun juga dihargai sebagai bagian penting dari warisan budaya dunia. Tak hanya itu Hilmar juga berharap agar seni tari dapat tumbuh dan berkelanjutan, perlu adanya manajemen yang lebih baik dari pihak lembaga.

“Organisasi ini diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan ekosistem tari di Indonesia, menciptakan wadah yang lebih luas bagi para seniman untuk bereksperimen, berinovasi, dan berkolaborasi,” kata Hilmar, menyadari pentingnya individu aktivis dalam memajukan dan memelihara budaya tari. .

“Selanjutnya inisiatif ini memberikan formula sukses bagi generasi mendatang, mendorong mereka untuk terus berinovasi dan memantapkan seni tari. Kami siap memfasilitasinya,” tutupnya.

 

 

Mengenai sejarah Hari Tari Sedunia disebutkan bahwa pada tahun 1982 Komite Tari ITI mencanangkan perayaan yang diperingati setiap tahun pada tanggal 29 April, hari ulang tahun John-Georges Noverre (1727-1810), pencipta balet modern. Tujuannya adalah untuk merayakan tari, untuk menikmati universalitas bentuk seni ini dan untuk melintasi hambatan politik, budaya dan etnis.

Apalagi orang dengan bahasa universal: paduan suara. “Setiap tahun, pesan dari koreografer atau penari terkemuka dikirim ke seluruh dunia. Penulis pesan dipilih oleh Komite Tari Internasional ITI dan Dewan Eksekutif ITI. Pesan tersebut diterjemahkan ke berbagai bahasa dan disebarkan secara global,” ujarnya. kata dalam pernyataannya pada Hari Tari Sedunia pada Senin.

Tahun ini yang menjadi pemberitaan termasuk Marianela Nunez, penari asal Argentina. Terbaca, datuk yang menjalani pelatihan pertamanya di Instituto Superiore de Arte del Teatro Colón ini lahir pada 23 Maret 1982 di San Martin, Argentina, dan berkembang menjadi penari balet terkemuka dunia.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *