Fri. Sep 20th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Google Chrome menjadi salah satu browser terpopuler di dunia, karena mudah digunakan dan memiliki berbagai fitur yang dapat diinstal.

Karena saking populernya, wajar jika Google Chrome selalu menjadi incaran para hacker atau penyebar malware untuk memanfaatkan celah keamanan pada browser.

Meski demikian, raksasa mesin pencari tersebut tidak mau tinggal diam dan terus memperbarui celah keamanan agar data penggunanya tetap aman dan tidak dicuri oleh hacker.

Oleh karena itu, Google memberikan pembaruan keamanan Chrome untuk pengguna bisnis. Bernama Chrome Enterprise Premium, browser berbayar ini akan hadir dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi.

Ini memperkenalkan Chrome Enterprise Premium, di mana pengguna dapat memilih opsi Core (gratis) dan Premium (berbayar) seharga USD 6 atau Rp 96.000 per bulan.

Mengutip Android Police, Senin (15/4/2024), Google menghadirkan produk berorientasi bisnis ini sebagai browser yang mampu memberikan perlindungan data aman bagi pengguna saat online.

Lalu apa perbedaan fitur berbayar dan gratis di Google Chrome Enterprise Premium? Versi berbayar dikatakan memiliki fitur pencegahan kehilangan data dan pemindai malware yang mendalam.

Sementara itu, layanan Google Chrome Enterprise Core tidak memiliki kemampuan ini dan banyak lainnya. Namun, versi gratisnya tetap menawarkan perlindungan komprehensif terhadap phishing dan malware.

Meskipun ada dua layanan baru, Google tidak melupakan pengguna reguler Chrome. Baru-baru ini, perusahaan mulai menguji fitur keamanan baru.

Dengan fitur baru Google Chrome, pengguna memiliki kontrol lebih besar terhadap situs yang dapat diakses dengan mouse dan keyboard.

Ini mungkin tampak seperti hal kecil, namun fitur baru di Google Chrome ini sangat membantu dalam membatasi akses peretas terhadap informasi sensitif pengguna.

Google dilaporkan akan menghapus ‘miliaran data’ yang dikumpulkan secara jahat dari pengguna Chrome Incognito.

Perusahaan akan lebih transparan mengenai pengumpulan data dan akan mempertahankan pengaturan yang memblokir cookie pihak ketiga di Chrome secara default selama lima tahun ke depan.

Langkah Google ini terkait dengan gugatan class action terhadap perusahaan tersebut atas pelacakan Chrome terhadap pengguna Incognito.

Dijadwalkan pada tahun 2020, seperti dilansir The Wall Street Journal, kasus tersebut menuntut Google membayar kompensasi sebesar 5 miliar dolar atau sekitar Rp 79,6 triliun.

Gugatan tersebut menuduh Google menyesatkan pengguna Chrome dengan mode Penyamaran. Perusahaan mengatakan telah memberi tahu pelanggan bahwa informasi mereka bersifat pribadi, meskipun perusahaan memantau aktivitas mereka.

Google membela tindakannya dengan mengatakan pihaknya memperingatkan pengguna Chrome bahwa “Mode penyamaran tidak berarti ‘tidak terlihat'” dan bahwa situs web masih dapat melihat aktivitas mereka.

Mengutip Engadget, Selasa (2/4/2024), gugatan awalnya meminta kompensasi sebesar USD 5.000 (sekitar Rp 79,6 juta) per pengguna atas dugaan pelanggaran terkait penyadapan federal dan hukum privasi California.

Google mencoba melawan kasus ini, namun gagal. Pada tahun 2021, Hakim Lucy Koh memutuskan bahwa perusahaan “tidak memberi tahu” pengguna bahwa mereka mengumpulkan informasi saat mode Penyamaran aktif.

Kasus tersebut mencakup email, yang pada akhir tahun 2022 mengungkapkan banyak kekhawatiran perusahaan tentang praktik privasi Incognito.

Pada tahun 2019, Chief Marketing Officer Google Lorraine Twohill menyarankan kepada CEO Sundar Photosi bahwa “pribadi” adalah kata yang salah untuk mode Penyamaran di Google Chrome karena dapat memperburuk kesalahpahaman.

Dulu, Google menghadirkan pendekatan AI dalam proses pembelajaran guru dan siswa. Dengan teknologi AI ini, Google ingin meningkatkan fitur untuk menciptakan pendidikan yang inklusif dan aman.

Dalam blog perusahaan, Google menyebutkan ada banyak cara untuk memudahkan siswa dan guru mengakses sesi belajar dan mengajar melalui Google.

Pengguna kini dapat mengekstrak teks dari PDF menggunakan Optical Character Recognition (OCR) di ChromeOS.

Mode membaca di browser Google Chrome juga mendapatkan fitur-fitur baru yang penting, seperti kemampuan untuk menyorot teks, membaca teks dengan keras, dan voice-to-speech yang lebih intuitif. Aspek-aspek tersebut akan membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap sastra.

Selain itu, blog tersebut menyebutkan bahwa Google menambahkan 30 bahasa lagi ke bagian Closed Captioning (CC) di Google Meet yang dapat menerjemahkan percakapan menjadi teks.

Tuan rumah dapat menempatkan beberapa ubin video secara bersamaan di layar utama untuk semua peserta rapat.

Fitur baru Google Chrome ini membantu, seperti yang Anda sarankan dengan penerjemah bahasa isyarat.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *