Mon. Sep 16th, 2024

Grup Salim Incar Perusahaan Tambang Tembaga Australia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Mach Metals Australia yang dikendalikan oleh Anthoni Salim telah mengajukan penawaran senilai 393 juta dolar Australia atau sekitar 265 juta dolar AS, untuk membeli seluruh saham penambang tembaga Australia Rex Minerals.

Salim Group menggandakan investasi tembaga di tengah meningkatnya permintaan kendaraan listrik di tengah transisi energi ramah lingkungan global. Salim Grupp membeli hampir 16% saham perusahaan di awal tahun. Pada hari Senin, Salim Group membuat penawaran tunai untuk seluruh saham yang beredar dengan harga A$0,47, atau $0,32 per saham, menurut pengajuan ke Bursa Efek Australia.

Penawaran ini mewakili premi 79% dari harga perdagangan rata-rata tertimbang volume 30 hari Rex Mineral. Kesepakatan ini masih menunggu persetujuan pemegang saham dan peraturan dan diharapkan selesai pada bulan Oktober.

Menurut Forbes Kamis (11/7/2024), Rex Minerals telah mencari A$854 juta dari investor untuk mengembangkan proyek Hillside Copper-Gold, sekitar 150 kilometer dari Adelaide. Proyek ini merupakan tambang terbuka terbesar di Australia dengan sumber daya sebesar 1,9 juta ton.

“Kami sangat bersemangat untuk mengakuisisi dan mengembangkan proyek Hillside, yang sejalan dengan strategi diversifikasi portofolio aset kami. Fokus kami yang kuat pada tembaga sangat penting dalam proses transisi energi,” kata Ferdian, CEO Mach Metals. Purnamasides. Didirikan pada tahun 2015, Mach Metals Australia adalah unit dari Mach Australia Holdings, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Salim Group.

 

 

 

Pada tahun 2016, salah satu anak perusahaannya, Mach Energy Australia, membeli proyek batubara termal Mount Pleasant dari Rio Tinto. Di tambang tersebut, diperkirakan terdapat 474 juta ton cadangan termal batubara yang ditujukan untuk ekspor.

Salim Group, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, memiliki portofolio terdiversifikasi yang mencakup makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Grup ini terkenal dengan operasi makanannya, termasuk Indofood, salah satu produsen mie instan terbesar di dunia.

Salim dan keluarganya memiliki kekayaan bersih sebesar US$10,3 miliar dan menduduki peringkat kelima dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia yang dirilis Desember lalu.

Selain kegiatan pertambangan, Salim Grupp telah memperluas investasi di bidang infrastruktur. Pekan lalu, anak perusahaan grup tersebut, Metro Pacific Tollways, bekerja sama dengan dana kekayaan negara Singapura, GIC, untuk berinvestasi sebesar US$1 miliar di operator jalan tol milik negara, Jasamarga Transjawa Tol. 

 

Sebelumnya, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan Salim Group membuka Edge Data Center atau E1 Edge Data Center yang berlokasi di Ariobimo Sentral, Jakarta Selatan. 

Penyelenggaraan acara pembukaan gedung E1 ini merupakan wujud nyata komitmen dan kerja sama DCI Indonesia dan Salim Group dalam memberikan layanan data center kepada pelaku industri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. 

Data center E1 merupakan bagian dari platform DCI yang berkapasitas 18 MW dan dilengkapi kurang lebih 4.000 rak dalam struktur 11 lantai dan luas bangunan 30.000 m2. Gedung E1 akan menjadi data center Tier IV pertama di Jakarta Pusat, klasifikasi tertinggi di industri data center.

Presiden Direktur DCI Indonesia Toto Sugiri mengatakan kliennya sangat bangga dapat terus memperluas platform DCI dengan selesainya pembangunan pusat data E1. Data center E1 merupakan data center dengan klasifikasi tertinggi yaitu Tier IV pertama di Jakarta Pusat.

“E1 menawarkan fasilitas infrastruktur yang andal, berlatensi rendah, dan standar operasional tertinggi sesuai Tier IV Gold Certification of Operational Sustainability (TCOS), di mana DCI menjadi yang pertama di Asia Tenggara yang menerima sertifikasi ini,” ujarnya dalam keterangan resmi. ditulis pada Jumat (22/12/2023).

Dengan dibukanya E1, DCI berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pasar akan layanan cloud, pasar modal, kecerdasan buatan, IoT, konektivitas 5G, dan banyak lagi. Oleh karena itu, memiliki pusat data E1 dapat memenuhi permintaan infrastruktur pusat data yang dekat dengan pengguna. 

 

Hasilnya, perusahaan industri dapat merasakan manfaat luar biasa dalam hal kebutuhan penyimpanan, pemrosesan kualitas kinerja yang andal, dan pertukaran data berlatensi rendah dan berkinerja tinggi.

Lokasi E1 yang strategis di dekat IIX (Cyber​​​​​​1), Open-IX (IDC Duren Tiga) dan pusat pertukaran lainnya memungkinkan konektivitas yang cepat dan efisien untuk meningkatkan kinerja jaringan. Desain pusat data juga mencakup lebih banyak jalur optik, memastikan konektivitas yang andal dan redundan.

Axton Salim, CEO Salim Group, mengatakan pembangunan data center E1 ini merupakan realisasi kerja sama DCI dan Salim Group untuk memperkuat platform DCI yang sebelumnya sudah ada di Cibitung dan Karawang. 

“Kami bangga dapat menyelesaikan gedung E1 tepat waktu dan kami berharap dapat segera dapat membantu para pebisnis Indonesia mempercepat proses digitalisasi di Indonesia agar mampu bersaing secara global,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *