Sun. Sep 8th, 2024

Hamas: Tidak Ada Perundingan Gencatan Senjata Selama Israel Serang Gaza

matthewgenovesesongstudies.com, Gaza – Hamas mengatakan kepada mediator bahwa mereka akan memboikot perundingan gencatan senjata jika Israel terus melanjutkan pengepungannya di Jalur Gaza.

“Gerakan Hamas dan faksi-faksi Palestina tidak akan berpartisipasi dalam kebijakan agresi, pembunuhan, pengepungan, kelaparan dan genosida terhadap rakyat kami dengan terus melakukan negosiasi,” kata Hamas dalam pernyataannya, Kamis (30/5/2024). Middle East Eye, Jumat (31/5).

“Hari ini kami telah menjelaskan kepada para mediator posisi kami bahwa jika pendudukan menghentikan perang dan agresi terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, kami siap mencapai penyelesaian penuh yang mencakup perjanjian pertukaran yang komprehensif.

Pengumuman Hamas ini disampaikan beberapa hari setelah Israel menyatakan siap melanjutkan perang di Gaza selama tujuh bulan ke depan dan merebut Koridor Philadelphia, jalur strategis antara Jalur Gaza dan Mesir.

Sebelumnya, Middle East Eye melaporkan bahwa Hamas telah mengakhiri pembicaraan gencatan senjata dengan Israel kecuali mereka menarik diri dari Rafah dan membuka penyeberangan Rafah.

Pembicaraan gencatan senjata terhenti sejak 6 Mei, ketika Hamas menyetujui proposal Mesir dan Qatar. Israel menolak usulan tersebut dan malam itu melancarkan invasi ke Rafah, sebuah kota yang menampung sekitar 1,5 juta warga Palestina.

Nasib perundingan tersebut menjadi bahan perdebatan setelah CNN melaporkan bahwa seorang pejabat intelijen Mesir diam-diam telah mengubah ketentuan proposal tersebut, mengejutkan para perunding termasuk Amerika Serikat (AS) dan memaksa Israel untuk meninggalkan perjanjian tersebut.

Namun, Middle East Eye melaporkan pada hari Kamis bahwa Direktur CIA Bill Burns, yang memimpin mediasi AS, menyetujui proposal tersebut, yang diterima oleh Hamas sebelum diajukan kepada pejabat Israel.

Pembicaraan gencatan senjata seharusnya dilanjutkan pada pekan ini, namun pembantaian Israel pada Minggu (26/5) di sebuah kamp pengungsi di Rafah, yang menyebabkan sedikitnya 45 orang tewas, mengubah posisi Hamas.

Serangan Israel terjadi hanya dua hari setelah Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Israel untuk mengakhiri serangannya terhadap Rafah.

Menurut berbagai sumber yang dekat dengan Hamas, kelompok tersebut ingin Amerika Serikat menekan Israel agar menyetujui kesepakatan yang akan mengarah pada pertukaran sandera dan gencatan senjata.

Kelompok ini juga menunjukkan “fleksibilitas” mengenai pemerintahan masa depan Jalur Gaza, kata sumber Palestina yang mengetahui kebijakan Hamas kepada Middle East Eye. Sumber yang sama mencatat bahwa tuntutan utama kelompok tersebut adalah agar pemerintahan pascaperang diputuskan oleh faksi-faksi Palestina dan tidak dipaksakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, baik AS maupun Israel.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *