Mon. Sep 16th, 2024

Hari Tempe Nasional, Bagaimana Kabar Pengajuannya Sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang sangat dekat dengan masyarakat. Pemerintah juga telah mencanangkan Hari Suhu Nasional untuk diperingati setiap tanggal 12 Juni 2024.

Tempe sedang dalam proses diajukan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB). Prosesnya dimulai pada tahun 2014, kata Khoirul Anwar, ketua tim teknis dari tim yang diusulkan.

Tim ini bekerja sama dengan pakar komunitas, budaya, dan gizi hingga dokumen tersebut diserahkan dan diharapkan selesai pada tahun 2025. Pengajuan tersebut merupakan inisiatif dari Persatuan Ahli Gizi dan Pangan (Pargizi Pangan Indonesia) dan Forum Temp Indonesia ( FTI).

“Tapi kalau kita usulkan, tidak bisa hanya organisasi saja, harus melibatkan pemangku kepentingan. Makanya kita libatkan pemerintah daerah agar semua bisa diundang,” kata Khoirul kepada tim gaya hidup Liputan6 com. Rabu (12/6/2024). 

Khoirul juga mengatakan, tempe merupakan makanan pertama yang diajukan untuk diseleksi ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) dan akhirnya ke UNESCO. Selain tempe, ada enam usulan pusaka lain seperti jamu, resi, dan kolintang.

“Makanan ini satu-satunya yang baru mulai diajukan, karena permohonan Warisan Budaya Takbenda (ICH) UNESCO itu seperti batik dan lain-lain, makanya kita mulai makanannya agar ada yang diakui UNESCO. Dia . kata Liputan6. gaya hidup tim com. 

Setelah mengundang berbagai pemangku kepentingan seperti PERGIZI PANGAN Indonesia, FTI, Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI), dan pemangku kepentingan lainnya, akhirnya terbentuklah tim pengusul. Kemudian tim pengusul bersama-sama menyerahkan dokumen yang telah dikumpulkan tersebut ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, akan dilakukan proses seleksi atau nominasi. Dalam proses ini, tim pengusul akan mengenalkan hal-hal tentang tempe, seperti sejarah dan bahan-bahannya.

Jika dokumen sudah lengkap dan memenuhi persyaratan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menetapkan tempe sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) untuk diserahkan ke UNESCO. Pada tahun 2024, dokumen permohonan TAMP telah selesai dan lolos seleksi ChemDikbudristek yang kini telah mencapai UNESCO.

Khoirul mengatakan, setelah penetapan, akan ada sertifikat yang dilengkapi keterangan lain seperti nama budaya, sejarahnya, dan keterangan lainnya. “Kami berharap UNESCO mengambil keputusan yang baik pada tahun 2025,” kata Khoirul.

Proses panjang setelah tahun 2014 ini tentunya banyak tantangan dalam proses hingga penyerahannya, terutama dalam hal pengumpulan dokumen. Khoirul mengatakan, dari sekian banyak kebudayaan Indonesia, rata-rata diwariskan namun terbatas pada dokumen tertulis.

Jadi kita akan telusuri lebih jauh. Kulturnya ada, tapi dokumennya tidak ada. Sehingga seringkali ketika kita mendokumentasikan harus meneliti dan menggambar untuk membuktikan bahwa suhu itu sudah ada sejak lama, jelas Khoirul.

Setelah melakukan pencarian sekitar 2-3 tahun, akhirnya mereka menemukan dokumen “Serat Santheni” di Balai Cagar Budaya Jawa Tengah. Serat Santhini adalah kumpulan legenda, tradisi, dan ajaran Indonesia abad ke-17 yang diterbitkan pada tahun 1815 di bawah pengawasan Raja Pakubuwono V dari Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

Dokumen Serat Santhini ini konon merupakan salah satu catatan terlengkap tentang aktivitas masyarakat pada tahun tersebut, termasuk penyebutan kata “temp”. “Nah, masakan tahun ini banyak sekali, termasuk jenis makanan yang berbahan dasar tempe. Artinya ada yang namanya tempe dari tahun itu,” jelasnya. 

 

Banyak makanan tradisional berbahan dasar kedelai yang berasal dari Tiongkok. Sebut saja tahu, kecap, tauko. Berbeda dengan makanan tersebut, tempe bukan berasal dari Tiongkok, melainkan diyakini berasal dari Indonesia. Belum jelas kapan candi ini pertama kali dibuat.

Namun konon makanan tradisional ini sudah dikenal berabad-abad lamanya dalam budaya masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Mengutip saluran Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com pada Rabu 12 Juni 2024, naskah Serrat Santhini menemukan bahwa masyarakat Jawa sudah mengenal “temp” pada abad ke-17.

Kata tempe disebutkan dalam jai santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan masakan yang disebut kadhale tempe srudengan. Masyarakat Jawa zaman dahulu mempunyai makanan olahan berwarna putih yang terbuat dari tepung sag yang dikenal dengan nama tumpi. Makanan ini bentuknya seperti tempe segar yang juga berwarna putih. Bisa jadi dari sinilah kata “temp” berasal.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *