Sun. Sep 22nd, 2024

Hati-Hati, Harga Bitcoin Diramal Bisa Terkoreksi ke Rp 809,3 Juta

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Standard Chartered Bank memperingatkan bahwa penurunan Bitcoin baru-baru ini di bawah USD 60.000 atau setara Rp 971,2 juta (dengan asumsi nilai tukar Rp 16.187 per USD) mungkin bisa menimbulkan kerugian yang lebih signifikan dalam waktu dekat

Jeffrey Kendrick, kepala penelitian valas dan aset digital di Standard Chartered Bank, menyatakan keprihatinannya tentang momentum harga mata uang kripto utama.

Kendrick mengatakan tembusnya level support USD 60.000 membuka kemungkinan terjadinya kisaran penurunan USD 50.000 atau Rp 809,3 juta hingga USD 52.000 atau setara Rp 841,7 juta.

Kendrick mengaitkan tekanan penurunan pada bitcoin dengan kombinasi beberapa faktor. Pertama, dia mencatat bahwa ada arus keluar lima hari berturut-turut dari dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin (ETF) AS.

Selain itu, peluncuran spot bitcoin dan ETF eter di Hong Kong mendapat respons yang tajam, sehingga menambah sentimen negatif secara keseluruhan.

Kendrick mengatakan pada Minggu (5/5/2024) di Yahoo Finance bahwa “keluarnya ETF bitcoin spot AS, dikombinasikan dengan harga rata-rata saat ini di bawah $58.000, meningkatkan risiko likuidasi untuk beberapa posisi ETF.”

Ia mencatat, lebih dari separuh posisi di ETF turun sehingga semakin memicu kemungkinan likuidasi. Kendrick juga menjelaskan faktor ekonomi yang lebih luas yang mempengaruhi dinamika harga Bitcoin.

Memburuknya ukuran likuiditas, khususnya di Amerika Serikat sejak pertengahan April, telah mempengaruhi berbagai aset, termasuk mata uang kripto. Ketika likuiditas ketat, hal ini memberikan tekanan pada aset berisiko seperti Bitcoin.

Meski sebelumnya Standard Chartered Bank menaikkan target perkiraan harga bitcoin untuk tahun 2024 dan 2025 menjadi USD 150.000 atau Rp 2,4 miliar bahkan menjadi USD 250.000 atau Rp 4,04 miliar, Kendrick menaikkan target tersebut.

Dia yakin harga mungkin memerlukan waktu untuk pulih, namun memperkirakan potensi pertumbuhan menjelang pemilihan presiden AS.

Penafian: Keputusan investasi apa pun ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. matthewgenovesesongstudies.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Sebelumnya, data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menunjukkan jumlah investor kripto di Indonesia masih terus meningkat. Pada Maret 2024, terdapat 19,75 juta investor kripto.

Jumlah tersebut meningkat sekitar 570.000 orang atau 2,97% dibandingkan Februari 2024 sebanyak 19,18 juta orang. 

Tak hanya jumlah investornya yang bertambah, nilai transaksi kripto di Indonesia meningkat signifikan pada Maret 2024. Angkanya mencapai Rp103,58 triliun, meningkat 207,5% dibandingkan Februari 2024 sebesar Rp33,69 triliun. 

Menurut Yudhono Rawis, CEO Tokocrypto, peningkatan jumlah investor dan nilai transaksi kripto di Tanah Air disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kenaikan harga Bitcoin dan meningkatnya minat masyarakat terhadap aset kripto. 

“Salah satu penyebab kuatnya kinerja pasar kripto di bulan Maret adalah pemulihan harga bitcoin yang mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa,” kata Yudhono dalam keterangan tertulis, Jumat (3/5/2024).

Seperti diketahui, harga Bitcoin mencapai titik tertinggi baru pada Maret 2024 yakni sekitar USD 74.000 atau setara Rp 1,19 miliar (dengan asumsi nilai tukar Rp 16.192 per USD). 

 

Selain itu, minat institusional terhadap ETF Bitcoin di Amerika Serikat tetap kuat, sehingga menaikkan harga BTC dan meningkatkan minat masyarakat untuk memasuki pasar dan berinvestasi dalam kripto.

Selain itu, Yudhono juga mencatat, reli harga aset kripto pada Maret lalu masih mencerminkan tingginya optimisme pasar terhadap kebijakan The Fed yang berencana memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, meski inflasi tinggi. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *