Fri. Sep 20th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Panas atau panas sedang melanda negara Asia. Juga di Thailand, panasnya menewaskan 30 orang.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gelombang panas yang dapat berlangsung berhari-hari dapat menimbulkan dampak serius bagi masyarakat, termasuk meningkatkan jumlah kematian terkait panas.

Meskipun sengatan panas (heatstroke) dianggap sebagai salah satu bencana alam yang paling berbahaya, namun sering kali diabaikan karena korban jiwa dan kerusakan yang diakibatkannya tidak selalu terlihat jelas.

Data menunjukkan bahwa antara tahun 1998 dan 2017, lebih dari 166.000 orang meninggal akibat sengatan panas, termasuk lebih dari 70.000 orang ketika gelombang panas melanda Eropa pada tahun 2003.

“Jumlah orang yang terpapar panas meningkat akibat perubahan iklim. Secara global, frekuensi, durasi, dan suhu kejadian panas ekstrem tampaknya semakin meningkat. Antara tahun 2000 dan 2016, jumlah 1,25 miliar orang terkena gelombang panas, menurut ke situs resmi PBB, pada Jumat, 3 Mei 2024.

Hal ini sejalan dengan pakar kesehatan dan keselamatan global Dickie Budiman: “Badai yang lebih panjang, lebih kuat, dan lebih sering diperkirakan akan terjadi di banyak belahan dunia sebagai akibat dari perubahan iklim.”

Dalam keterangan tertulisnya, Dickey mengatakan kepada Life matthewgenovesesongstudies.com, “Dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan planet ini bisa sangat menghancurkan.”

WHO juga mengatakan dampak panas tidak hanya terjadi di perkotaan, namun juga di pedesaan.

Meskipun dampak suhu ekstrem mungkin paling besar terjadi di wilayah perkotaan, kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat non-perkotaan juga mungkin sangat terganggu selama dan setelah peristiwa panas ekstrem akibat efek pulau panas perkotaan (urban heat island).

Kelembapan dapat mengganggu layanan kesehatan darurat dan meningkatkan tekanan air, listrik, dan transportasi, sehingga menyebabkan pemadaman listrik.

Ketahanan pangan dan penghidupan juga dapat terganggu ketika masyarakat kehilangan hasil panen atau ternak akibat panas ekstrem.

Dickey mengatakan, langkah-langkah yang harus dilakukan di tingkat global, nasional, dan lokal dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem adalah: Mengurangi emisi gas rumah kaca melalui kebijakan energi Kebersihan Deforestasi (deforestasi di negara lain) Peningkatan perlindungan lingkungan Adaptasi Iklim terhadap perubahan iklim memperkuat program kesehatan masyarakat dan meningkatkan pengawasan penyakit dan peringatan dini.

Dickey menambahkan, negara tropis seperti Indonesia sedang menghadapi dampak perubahan iklim. Hal ini karena daerah tropis mungkin lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan curah hujan.

Risiko tersebut antara lain peningkatan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, serta peningkatan penyakit menular seperti malaria dan demam berdarah.

Untuk mengurangi masalah ini, Indonesia harus mengambil langkah-langkah berikut: Pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik Membangun infrastruktur yang tahan terhadap bencana Meningkatkan kapasitas sistem kesehatan dalam menghadapi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.

Untuk mengurangi dampak panas ekstrem, diperlukan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi, antara lain: Meningkatkan sistem peringatan dini Membangun infrastruktur tahan panas Mendidik masyarakat tentang strategi pencegahan dan adaptasi perubahan iklim.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *