Thu. Sep 19th, 2024

Hore, Kunjungan Malam ke Observatorium Bosscha Kembali Dibuka untuk Umum Usai Vakum 4 Tahun

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Bosan hanya mengunjungi website? Bagaimana jika Anda memasukkan Observatorium Bosch sebagai destinasi wisata edukasi bersama keluarga?

Observatorium yang merayakan ulang tahun keseratusnya pada Januari 2023 ini telah melanjutkan jadwal kunjungan malamnya setelah jeda selama empat tahun akibat pandemi Covid-19. Dilansir dari Antara, Minggu (23/6/2024), Peneliti Observatorium Bosscha ITB Yatani Yulianti menjelaskan, kunjungan malam hari terjadi pada tanggal tertentu selama Juni-Agustus 2024.

“Kami ingin memperkenalkan Anda tentang cara kerja astronomi di observatorium dengan memberikan Anda pengalaman mengamati langit malam, serta memperkenalkan Anda pada Observatorium Bosch,” kata Yatani.

Pada kunjungan malam hari, lanjut Yatani, pengunjung akan diajak mengamati benda-benda langit melalui teleskop di bawah bimbingan tim astronom observatorium. Para astronom juga akan berbicara tentang benda langit dan fenomena astronomi lainnya. 

“Oleh karena itu, tujuan utamanya adalah memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk mengamati langit malam melalui teleskop Observatorium Bosch,” tambahnya.

Kuota pengunjung semalam dibatasi 100 orang per kunjungan, katanya. Harga tiket masuknya sebesar Rp 50 ribu per orang.

Yatani mengucapkan selamat atas antusias masyarakat yang mencari tiket kunjungan semalam ke Observatorium Mitzpe Bosh. Dia mengatakan tiket untuk kunjungan malam bulan ini terjual habis dalam waktu sekitar satu menit.

“Kami sangat senang karena animo masyarakat terhadap Observatorium Bosch tetap tinggi, namun tentunya dibutuhkan lebih banyak sumber daya manusia untuk memberikan pengalaman berkesan melalui program yang berkualitas,” ujarnya.

“Bulan Juni kami buka tanggal 14 dan 21, 11, 12, 18, dan 19 Juli. Sedangkan bulan-bulan berikutnya tanggal 8, 9, 15, dan 16,” ujarnya. Namunni.

Tanggal ditentukan dengan mempertimbangkan kemungkinan hari cerah. Hal ini untuk memaksimalkan peluang keberhasilan pengamatan menjelang musim kemarau. Bagi yang ingin mengamati keindahan langit malam dari observatorium dapat mendaftar dengan mengunjungi website Boscha.itb.ac.id.

Selain kunjungan semalam, pengunjung juga dapat mengunjungi observatorium di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada siang hari sebagai bagian dari program kunjungan sehari berpemandu. Melalui program ini, masyarakat dapat menjelajahi halaman dan bangunan Observatorium Bosch untuk mengetahui kekayaan sejarah observatorium tersebut sebagai pusat penting aktivitas ilmiah astronomi modern di Indonesia.

Acara tersebut kembali digelar secara rutin mulai Juni 2023 setelah sempat ditutup untuk umum karena situasi pandemi. Program ini hanya tersedia setiap hari Sabtu dan dibagi menjadi dua sesi: 08.30 – 10.00 WIB dan 10.30 – 12.00 WIB.

Mengutip postingan di akun Instagram resmi Observatorium Bosch tertanggal 7 Oktober 2021, observatorium tersebut merupakan salah satu situs warisan budaya nasional. Hal ini ditetapkan pertama kali berdasarkan keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM 51/OT.007/MKP/2004/ tentang pengakuan Observatorium Bushi sebagai situs cagar budaya.

Sebagai tempat pendidikan tinggi dan penelitian astronomi, Mitzpe Bosha memiliki sejarah yang sangat panjang dan terus memberikan kontribusi terhadap perkembangan dunia astronomi internasional. Selain itu, perannya dalam mencerdaskan bangsa melalui program pekerjaan umum menjadikan Observatorium Bosch juga memiliki nilai sosial yang besar.

Menurut Yatani Yulianti, peneliti Bushes Observatory, pengakuan Observatorium Bushes sebagai situs cagar budaya bukan hanya sebagai bentuk pengakuan akan pentingnya keberadaan fisik Observatorium Bushes, namun juga peran observatorium ini bagi masyarakat. perkembangan ilmu pengetahuan yang memerlukan pemeliharaan dan dukungan terus-menerus. “Hal ini juga memberikan keleluasaan bagi Observatorium Bosch untuk menjalankan visi dan misinya,” lanjutnya.

Namun status ini disertai dengan kewajiban untuk mempertahankannya. Selain menjaga kondisi fisik bangunan dan perangkat ilmiahnya, menjaga kondisi lingkungan juga tidak kalah pentingnya. Sebab, fungsi tempat tersebut semakin terancam oleh polusi cahaya, sampah, dan air.

 

Menurut saluran regional matthewgenovesesongstudies.com, sejarah panjang Observatorium Bosch dimulai pada tahun 1920 dengan berdirinya Nederlands Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV). Organisasi ini diprakarsai dan dipimpin oleh K. A. R. Boss untuk mengumpulkan sumber daya, ide, dan mempersiapkan pembuatan objek untuk pengamatan astronomi.

Pada tanggal 1 Januari 1923, Observatorium Bosch dibuka dan memelopori astronomi modern di Asia Tenggara, menjadikan astrofisika bintang sebagai topik penelitian utamanya, berkontribusi terhadap terobosan dalam ilmu fisika global di awal abad ke-20. Teleskop refraktor ganda Zeiss disumbangkan kepada K.A.R. Dari Bosch hingga Observatorium Bosch pada tahun 1928, menjadikannya observatorium terbesar ketiga dan termodern di Belahan Bumi Selatan pada saat itu.

Saat ini Observatorium Bosch di lingkungan Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung menjalankan amanah Tridharma perguruan tinggi dalam bidang penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. Kajian tersebut meliputi pengamatan Bulan, Matahari, Tata Surya, bintang, dan galaksi Bima Sakti.

Dalam hal pendidikan, Bosscha mendukung program sarjana, pascasarjana dan PhD di bidang astronomi dan juga mempromosikan penelitian untuk tugas pascasarjana, disertasi, dll untuk mahasiswa ITB dan non-ITB.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *