Sat. Sep 28th, 2024

Hotel-Hotel di Malaysia Terancam Diboikot karena Jam Check-in dan Chek-out Dianggap Tidak Masuk Akal

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Warga Malaysia melalui media sosial mengungkapkan ketidaksenangannya atas kebijakan yang diterapkan beberapa hotel yang baru-baru ini mengubah waktu check-in dan check-out. Menurut sejumlah pengguna di X, First Twitter, dan TikTok, banyak hotel yang mengubah waktu check-out dari pukul 14.00 menjadi 16.00.

Sementara waktu check-in diperpanjang dari pukul 12.00 menjadi 11.00 sesuai New Straits Times pada Jumat (27/9/2024). Dia menyalahkan kebijakan yang mendorong wisatawan domestik untuk pergi ke luar negeri dibandingkan mengeluarkan uang untuk perjalanan dalam negeri.

Tak sedikit warganet Malaysia yang mendesak Kementerian Luar Negeri, Pariwisata, Seni dan Budaya negara tersebut untuk mengusut isu tersebut jika harus mendukung upaya peningkatan pariwisata di Tanah Air. “Haruskah kementerian turun tangan dalam masalah ini terkait waktu check-in dan check-out atau haruskah hotel kecil kita menerapkan kebijakan ini?” Inilah yang dikatakan pengguna X dalam tweet populer.

Tanda-tanda ini disertai dengan jendela waktu check-in dan check-out hotel dari agen perjalanan online. Gambar yang dimaksud menunjukkan waktu check-out pukul 16.00, namun waktu check-out ditetapkan pukul 12.00.

Pengguna lain mengatakan bahwa sebagian besar apartemen dan hotel memiliki waktu check-out pada pukul 11 ​​pagi. Itu sebabnya para pelancong, terutama orang tua yang memiliki bayi seperti dia, khawatir akan terburu-buru check-out ke luar rumah.

Cerita lain

 

Seorang pengguna TikTok mengatakan proses check-in dan waktu check-out tidak tepat. Sebab, wisatawan mempunyai waktu kurang dari 24 jam untuk menikmati tempat tinggalnya.

“Tak heran kalau banyak orang yang suka ke Thailand. Hotel-hotel di sana lebih indah, lebih bagus, dan lebih murah. Hotel-hotel di sana biasanya menggunakan waktu check-in jam 14.00 dan check-out jam 12 siang,” ujarnya.

Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya memantau masalah ini sambil memeriksa hotel-hotel di negara tersebut. Ia mengaku mencermati untuk memastikan investor memberikan penjelasan.

Departemen tersebut juga menyambut baik informasi lebih lanjut dari masyarakat mengenai masalah ini, yang dapat dikirim melalui email ke [email protected]. Kementerian juga telah mengimbau masyarakat untuk membaca dan memahami syarat dan ketentuan yang ditetapkan pihak hotel sebelum melakukan reservasi.

Pernyataan tersebut dikritik oleh media Malaysia dan disebut “tidak ada solusi”. “Kalau pernyataan departemen hanya untuk membaca syarat dan ketentuan hotel, kita sudah melakukan itu, kenapa kita tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat?” Seperti yang dikatakan salah satu pengulas.

Baru-baru ini dikabarkan sekitar 100 ribu wisatawan asal Malaysia memanfaatkan libur panjang pekan yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan negara tersebut untuk bersantai di Thailand selatan. Perjalanan tersebut memberikan kontribusi lebih dari 1 miliar baht (sekitar Rp 466 miliar) bagi perekonomian lokal.

Terkait kontroversi tersebut, Asosiasi Hotel Bisnis dan Anggaran Malaysia (MyBHA) menyampaikan pernyataan dari presidennya, Dr Sri Ganesh Michiel, lapor World of Buzz. Ganesh menjelaskan, belum ada undang-undang atau peraturan yang mengatur hotel atau operator akomodasi lainnya di Malaysia mengenai jam check-in dan check-out.

Aturan dan kebijakan internal, termasuk waktu check-in dan check-out, dapat ditentukan oleh masing-masing akomodasi, katanya. Selain itu, banyak keadaan yang tidak dapat dihindari yang dapat menyebabkan keterlambatan pemeriksaan, tambah Ganesh.

“Meskipun waktu check-in biasanya jam 14.00, terkadang hotel terlambat atau terlambat pada jam 16.00 karena beberapa masalah seperti kamar penuh atau kekurangan staf, namun jika hotel penuh, pembersihannya lebih lama. . Kamar, yang menunda check-in,” jelasnya.

Malaysia sendiri diperkirakan akan memiliki jumlah wisatawan asing tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2023. Menurut data yang dihimpun departemen pariwisata negara kawasan itu, Negeri Jiran menerima 26,1 juta wisatawan asing antara Januari hingga November 2023.

Menurut VN Express, Thailand menduduki peringkat kedua dengan 24,6 juta wisatawan per Rabu 20 Desember 2023 pada periode yang sama. Disusul Singapura dengan 12,4 juta wisatawan dan Vietnam dengan 11,2 juta wisatawan asing. Sementara Indonesia, Filipina, dan Kamboja mencatat kurang dari 10 juta wisatawan asing pada waktu berbeda.

Pada akhir November 2023, Filipina hanya mencatat 4,6 juta wisatawan asing, sedangkan Indonesia dan Kamboja masing-masing menyambut 9,5 juta dan 4,4 juta pada Oktober 2023. Tahun lalu, negara-negara Asia Tenggara berlomba-lomba menarik wisatawan asing dengan kebijakan perjalanan yang fleksibel.

Mulai 1 Desember 2023, Malaysia akan menerapkan kebijakan bebas visa selama 30 hari bagi warga negara Tiongkok dan India, serupa dengan Thailand. Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Malaysia Datuk Seri Tiong King Sing berharap pariwisata akan meningkat setelah penerapan kebijakan tersebut, lapor Star.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *