Fri. Sep 20th, 2024

Hubungan Antara Orangtua dan Anak Kerap Terhambat, Psikolog Jelaskan 4 Pola Asuh

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Hubungan orang tua dan anak, termasuk remaja, kerap menemui kendala. Menurut Direktur Pengembangan Perdamaian Pemuda BKKBN Edi Setiyawan, permasalahan komunikasi seringkali disebabkan oleh perbedaan generasi.

“Karena beda generasi, kendala komunikasi sering terjadi,” kata Edie dalam siaran persnya, Sabtu (16/3/2024).

Ia mencontohkan, permasalahan orang tua dalam membimbing remaja menuju akademis dan pendidikan seks menjadi faktor yang membantu membentuk karakter remaja.

Oleh karena itu, para orang tua yang memiliki anak remaja perlu membekali diri dengan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi permasalahan tersebut, ujarnya.

Agar orang tua mampu menyikapi putra-putrinya, sebaiknya ibu dan ayah mewaspadai empat jenis pola asuh tersebut.

Menurut psikolog Johanna Rosalina K, empat tipe pola asuh tersebut antara lain: Authoritative (kehangatan, tanggung jawab, kontrol, determinasi tinggi) Indulgence (memanjakan, hangat tapi tidak mengontrol) Indifference (tidak ada kontrol dan dingin) Authoritarian (kontrol dan determinasi tinggi, tapi) . dingin).

Johana mengatakan, role model yang buruk dari orang tua dapat menimbulkan kepribadian negatif pada anak.

“Mari kita belajar menjadi orang tua yang berwibawa, begitulah pola asuh anak kita.” Bersifat demokratis dengan mengajak anak aktif berdiskusi, mendengarkan dan menanggapi. “

“Jangan menjadi orang tua yang ceroboh dan cuek, jangan hanya bersikap otoriter, karena itu akan berdampak buruk dan merugikan anak, dan nantinya anak akan membalas,” jelas Johanna.

Pada dasarnya, lanjut Johana, prinsip menjadikan remaja bertanggung jawab: mengajarkan mereka konsep diri yang positif dan bagaimana bertanggung jawab. Bantu remaja mandiri memecahkan masalah mereka. Netralkan argumen dengan tenang.

“Cara orang tua berbicara kepada anaknya menjadi suara hati anak. Misalnya, ketika orang tua berbicara dengan nada tinggi, anak akan merasa tidak diinginkan dalam pikirannya karena orang tua marah dan tidak puas dengan prestasi anaknya.” – kata Johanna. Selain itu juga akan membentuk pola pengasuhan diri anak yang rendah, pemalu, penakut dan minder.

Sebaliknya jika orang tua memberikan dukungan kepada anaknya dan memberikan afirmasi positif terhadap prestasi anaknya, maka hal ini akan membangun rasa percaya diri anak yang akan berdampak pada prestasi anak di masa depan.

Hambatan komunikasi pada orang tua dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti: Terlalu kritis dalam membanding-bandingkan anak, tidak mendengarkan cerita anak.

Pandangan tambahan dari masa muda, q.v. Valery Keziya, S.Pharm memberikan pendapatnya.

“Saat remaja menjelaskan kepada orang tuanya, seringkali mereka mengabaikannya,” ujarnya dalam keterangan yang sama.

Masalah lainnya adalah pelecehan, baik verbal, fisik, atau psikologis.

Kezia kerap mengeluh kepada teman-temannya bahwa hubungan emosional antara teman dan orang tuanya rendah.

“Mereka satu rumah, tapi komunikasinya kurang baik. Kezia mengatakan, “Karena orang tua sibuk dengan pekerjaan, ada sikap apatis sehingga banyak perasaan yang tersimpan dan ini berujung pada komunikasi yang buruk.

Saat berkomunikasi dengan orang tua, katanya, apa yang dibutuhkan anak didengarkan tanpa menghakimi.

“Generasi saya, khususnya milenial dan gen Z, mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda-beda sehingga kita tidak tahu cara berkomunikasi dengan orang tua. Terkadang orang tua tidak mengetahui trauma anak,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya, remaja juga harus diberikan tempat yang aman dan nyaman untuk mengungkapkan perasaannya jika berbeda pendapat dengan orang tuanya, serta orang tua harus menjaga privasi anak, pungkas Kezia.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *