Mon. Sep 30th, 2024

Ibu Hamil Terjangkit DBD? Simak Sejumlah Cirinya

matthewgenovesesongstudies.com, Bandung – Kasus demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan masyarakat yang semakin penting di Indonesia saat ini.

Pada minggu ke-22 tahun 2024, Kementerian Kesehatan RI mencatat 119.709 kasus DBD dengan 777 kematian di 34 provinsi di Indonesia.

Angka tersebut meningkat drastis hingga tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pasien berasal dari berbagai kelompok sosial, termasuk ibu hamil. Menurut Dokter Umum dr Damara Upahite di Hello Sehat, mengenali ciri-ciri demam berdarah sedini mungkin sangatlah penting, terutama pada ibu hamil.

Pasalnya, DBD saat hamil tidak hanya membahayakan ibu, tapi juga janinnya, kata Damar dikutip Kamis, 27 Juni 2024.

Damar mengutip laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), yang menyebutkan gigitan nyamuk Aedes aegypti pada ibu hamil dapat menimbulkan gejala berikut:

– Suhu tinggi di atas 38°C yang biasanya berlangsung 3-7 hari.

– Perubahan suhu tubuh dari suhu tinggi menjadi di bawah 35°C (hipotermia) yang menyebabkan menggigil.

– Sakit perut yang agak parah.

– Nyeri pada otot dan persendian.

– Muntah terus-menerus.

– Trombosit menurun drastis – Gusi dan mimisan.

– Gejala syok, seperti gelisah, keringat dingin, dan detak jantung meningkat namun lemah.

– Muncul bintik-bintik merah pada kulit akibat keluarnya darah dari tubuh.

– Penumpukan cairan di antara dua lapisan pleura (efusi pleura atau paru basah).

– Penumpukan cairan di lambung (asites).

“Tidak semua gigitan nyamuk Aedes aegypti menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) pada ibu hamil,” kata Damar.

Damar menjelaskan, ibu hamil yang digigit nyamuk demam berdarah namun tidak mengalami kebocoran plasma biasanya hanya menderita demam berdarah. Kondisi ini biasanya memiliki gejala ringan atau tanpa gejala.

Perbedaan ciri-ciri penyakit DBD biasanya mulai terasa pada hari ke 4 hingga ke 10 setelah ibu hamil digigit nyamuk. Jika tidak diobati, ibu hamil bisa menderita komplikasi fatal akibat demam berdarah.

Demam berdarah dengue pada ibu hamil juga disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang terinfeksi virus dengue, jelas Damar.

Selain gigitan nyamuk, situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa, dalam kasus yang jarang terjadi, demam berdarah dapat ditularkan melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari orang yang sudah terinfeksi.

Ibu hamil akan berisiko lebih tinggi mengalami ciri-ciri demam berdarah di atas jika pernah menderita demam berdarah sebelumnya.

“Semakin sering seseorang menderita demam berdarah, maka semakin besar kemungkinan penyakit tersebut berkembang menjadi demam berdarah,” lanjut Damar.

Selain itu, ibu hamil juga berisiko lebih tinggi tertular demam berdarah. Pasalnya, perubahan sistem kekebalan tubuh saat hamil membuat ibu hamil lebih rentan terkena infeksi, termasuk virus demam berdarah.

Meski bisa ditemukan di semua wilayah, demam berdarah diketahui lebih sering menyerang ibu hamil di wilayah tropis seperti Indonesia.

 

Infeksi virus dengue pada ibu hamil dapat menular ke janin saat hamil, bahkan saat proses persalinan. Inilah sebabnya mengapa demam berdarah pada ibu hamil dinilai cukup berbahaya.

Jika tidak segera ditangani, demam berdarah saat hamil dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti berikut ini:

– Anak tersebut lahir mati (stillborn).

– Bayi berat lahir rendah.

– Kelahiran prematur mengakibatkan pertumbuhan organ tubuh bayi tidak sempurna.

– Keguguran, apalagi jika ibu hamil mengalami demam berdarah pada awal trimester kehamilan.

Dengan berbagai risiko tersebut, penting bagi ibu hamil untuk segera memeriksakan diri ke dokter kandungan jika menunjukkan tanda-tanda demam berdarah.

Selain itu, beberapa ciri penyakit DBD mirip dengan kondisi lain, seperti sindrom HELLP, pneumonia, emboli paru, dan pendarahan vagina, kata Damar.

Damar menegaskan, belum ada obat khusus untuk pengobatan demam berdarah pada ibu hamil. Pengobatan DBD ditujukan untuk meredakan gejala dan mencegah berkembangnya infeksi.

DBD bisa sembuh dengan sendirinya bila sistem imun tubuh berhasil melawan infeksinya.

Berikut pengobatan yang bisa dilakukan ibu hamil saat mengalami gejala demam berdarah. Secara umum, pengobatannya tidak berbeda dengan pengobatan pasien tidak hamil:

– Meningkatkan asupan air, termasuk cairan infus.

– Berikan obat pereda nyeri.

– Terapi elektrolit.

– Transfusi darah.

– Pantau tekanan darah Anda secara teratur.

– Terapi oksigen.

“Harus diingat, ibu hamil tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat. Jadi, pastikan obat yang diminum untuk meredakan demam berdarah sudah disetujui oleh dokter,” kata Damar.

 

Mengalami DBD saat hamil tentu bukan sebuah kenangan yang membahagiakan. Untungnya, ibu hamil dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk mencegah penyebaran virus demam berdarah melalui nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

– Jaga kebersihan lingkungan dan tutupi genangan air di sekitar rumah.

– Kenakan pakaian longgar berwarna terang dan tutupi lengan dan kaki Anda untuk mencegah gigitan nyamuk.

– Gunakan kelambu pada malam hari dan gunakan lotion anti nyamuk jika diperlukan. Hindari penggunaan semprotan nyamuk.

– Jaga ruangan tetap sejuk karena nyamuk menyukai tempat yang hangat dan panas. – Hindari berpergian ke tempat terjangkit DBD.

“Menjaga pola hidup sehat selama hamil juga merupakan cara yang tepat untuk mencegah penyakit DBD,” kata Damar.

Pasalnya, tubuh yang sehat memiliki sistem imun yang kuat. Dengan cara ini, risiko infeksi akan berkurang.

Selain itu, lakukan pemeriksaan ginekologi secara rutin. Meski tidak merasakan gejala gangguan pada janin, Anda tetap perlu melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin.

Tidak hanya bagi ibu hamil, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga harus diterapkan oleh seluruh kelompok masyarakat. Hal ini tidak hanya berlaku pada kasus demam berdarah saja.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *