Fri. Sep 20th, 2024

ICW Sebut Desa Menjadi Sektor Paling Banyak Dikorupsi Sepanjang 2023

By admin Jun7,2024 #ICW #Korupsi

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut sektor yang paling korup adalah desa. Hal ini berdasarkan hasil pantauan ICW terhadap tren kepatuhan kasus korupsi tahun 2023. 

“Dari sepuluh besar, sektor desa paling banyak yakni 187,” kata Peneliti ICW Diky Anindya, Senin (20/05/2024).

Sementara di urutan kedua, sektor yang paling banyak melakukan korupsi adalah pemerintah yakni 109 pasal. 

103 pekerjaan lainnya berada di sektor utilitas. Kemudian dari bangku cadangan dengan total 65 entri.

“Sejumlah sektor masih sering menduduki peringkat pertama sebagai bidang yang sering ditangani aparat penegak hukum,” ujarnya.

Diky mengatakan, ada 21 sektor yang akan dipantau ICW pada tahun 2023.

Menurut dia, kasus korupsi di sektor desa masih tergolong kecil. Meski begitu, hal tersebut tetap tidak bisa dianggap enteng. 

“Ini harus dilihat sebagai fenomena gunung es,” katanya.

Kemudian Revisi Undang-Undang (RUU) juga dinilai tidak bisa menjadi pemicu untuk mengakhiri korupsi di sektor desa. Oleh karena itu ICW meminta pemerintah memberikan solusi yang pasti.

“ICW mendorong perbaikan mekanisme pengelolaan dana desa dan pemerintah melalui Kemenkes PDTT harus mengaktifkan kembali Pokja DD untuk memantau dan mengevaluasi pengelolaan dana desa,” tutupnya.

Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis pernyataan tentang tren penindakan kasus korupsi pada tahun 2023. Ratusan kasus disebut terjadi pada tahun 2023.

Laporan tersebut menyebutkan akan terdapat 791 kasus korupsi pada tahun 2023 dengan potensi kerugian negara sebesar Rp 28,4 triliun. Di sana, angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

 Berdasarkan hasil pemantauan kasus korupsi tahun 2023, ICW menemukan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kata Peneliti ICW Diky Anandya, Senin (20/5/2024).

Artinya, terdapat 791 kasus korupsi dengan 1.695 orang yang ditetapkan sebagai tersangka oleh penegak hukum, lanjutnya.

Ia mengatakan, jumlah kasus korupsi yang dikeluarkannya setiap tahunnya meningkat sejak 2019. Kemudian sebanyak 271 kasus, sejak 2020 sebanyak 444 kasus.

Apalagi tahun 2021 sebanyak 533 kasus, kemudian tahun 2022 sebanyak 579 kasus.

Dari hasil analisis ICW, ada dua penyebab meningkatnya kasus korupsi dari tahun ke tahun.

“Pertama, belum optimalnya strategi pemerintah dalam pemberantasan korupsi melalui upaya yang dilakukan oleh aparatur peradilannya. Kedua, strategi pencegahan korupsi dapat dikatakan belum berjalan maksimal,” ujarnya.

 

Diky menjelaskan, data tersebut dihimpun dari tabulasi informasi kasus tindak pidana korupsi yang masuk tahap penyidikan dan terdapat informasi umum mengenai penanganan perkara, baik yang dilakukan oleh kejaksaan, kepolisian, maupun KPK.

Informasi umum kemudian merujuk pada informasi yang memuat uraian perkara, nama tersangka atau setidak-tidaknya inisialnya, latar belakang profesi atau jabatan tersangka, serta potensi besarnya kerugian negara, suap, pungutan liar. , dan nilai aset yang disamarkan melalui pencucian uang.

Tabulasi data kasus korupsi dilakukan di setiap kabupaten/kota di 38 provinsi di Indonesia dan di tingkat nasional. Data diperoleh dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

 

Sumber utama berasal dari informasi manajemen kasus yang dipublikasikan di situs web resmi penegak hukum.

Sedangkan sumber sekunder berasal dari informasi yang diperoleh melalui pemberitaan media online baik tingkat nasional maupun daerah.

Tabulasi data masing-masing kasus korupsi akan dilakukan sepanjang tahun 2023 atau lebih tepatnya pada 1 Januari hingga 31 Desember 2023.

 

Wartawan: Nur Habibie/Merdeka

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *