Fri. Sep 20th, 2024

India Gelar Pemilu yang Disebut Terbesar Sedunia, Narendra Modi Bakal Menjabat Periode Ketiga?

, New Delhi – Pada hari Jumat, 19 April 2024, pemilihan umum dunia dimulai. Di India, sekitar 970 juta orang dapat memilih dalam pemilu India dalam tujuh tahap pemungutan suara yang dimulai pada tanggal 19 April dan berlangsung selama enam minggu.

Menurut DW Indonesia dari Komisi Pemilihan Umum ECI, Minggu (21/4/2024), diketahui bahwa India mencatatkan angka partisipasi yang tinggi sepanjang masa. Pada tahun 2019, sebanyak 66 persen pemilih menggunakan kartu suara.

Selama enam minggu, pemungutan suara tiruan dilakukan berdasarkan negara-negara yang ditentukan oleh ECI berdasarkan jumlah penduduk atau risiko politik, seperti gangguan atau potensi masalah keamanan.

Pemungutan suara pemilu 2024 akan dilaksanakan pada periode terakhir pada 1 Juni dan ringkasan seluruh surat suara akan diumumkan pada 4 Juni. Untuk mencapai mayoritas di parlemen, sebuah partai politik atau koalisi harus memperoleh 272 kursi di parlemen.

Tahun ini, Komisi Pemilihan Umum telah memasang lebih dari 1,25 juta surat suara dan 5,5 juta mesin pemungutan suara elektronik, EVM, yang telah dipasang di 28 negara bagian dan sembilan wilayah persatuan di India.

India telah menggunakan metode pemungutan suara digital yang aman sejak tahun 1999. Pada tahun 2014, ECI mulai menggunakan printer yang dapat langsung mencetak salinan surat suara yang telah ditandatangani ke dalam kotak suara.

Pada pemilu 2019, partai politik dan kandidat menghabiskan sekitar $8,7 miliar selama masa kampanye. Pada pemilu kali ini, Center for Media Studies di New Delhi memperkirakan belanja kampanye akan meningkat menjadi $14,4 miliar atau sekitar Rp233 triliun.

Pemilu terbesar di dunia?

Menurut informasi resmi, India memiliki 497 juta pemilih laki-laki dan 471 juta pemilih perempuan. Sekitar 20 juta pemilih berusia antara 18 dan 29 tahun akan memilih untuk pertama kalinya pada tahun 2024. Menurut sensus tahun 2022, hingga 50 persen penduduk India berusia di bawah 25 tahun.

“Pemilih muda merasakan tren yang berbeda dan, yang menarik, mereka tidak hanya memilih partai, tapi juga tokoh,” kata politisi BJP Narasimha Rao kepada DW. “Bagi mereka, citra kandidat lebih penting dibandingkan generasi tua,” jelas Syeda Hameed, aktivis perempuan di India.

Perdana Menteri Narendra Modi diketahui menginginkan masa jabatan ketiga. Untuk melakukan hal ini, mereka harus mempertahankan mayoritas kursi di Lok Sabha, majelis rendah India yang beranggotakan 543 orang.

Perjuangan kerakyatan ini melibatkan enam partai politik nasional, 57 partai lokal di tingkat publik, dan sebanyak 2.597 partai kecil yang dapat dipilih namun belum lolos pengukuhan KPU.

Namun persaingan paling ketat akan terjadi antara dua partai terbesar di India, yakni Partai Bharatiya Jannata, BJP, yang saat ini berkuasa, dan partai oposisi, Kongres Nasional India, INC.

Tahun ini INC berdiri dengan 28 divisi dan beberapa divisi lokal di bawah “Masyarakat Nasional untuk Pembangunan Inklusif India” atau disingkat INDIA. Kemitraan ini sangat penting, mengingat dominasi BJP di kancah politik. Partai Hindu saat ini menguasai 17 dari 28 negara bagian dan wilayah persatuan di India.

Menurut serangkaian jajak pendapat, Modi dan partainya BJP diperkirakan akan kembali menjadi kekuatan terbesar pada pemilu 2024. Popularitasnya sebagian besar didasarkan pada kebijakan pro-Hindu, yang mewakili sekitar 80 persen populasi.

Di bawah pemerintahan Modi, India juga mengalami pertumbuhan ekonomi pesat yang stabil sekitar tujuh persen dan puncaknya sebesar sembilan belas persen pada tahun 2021. Modi berjanji bahwa India akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun 2029. Target ini sejalan dengan perkiraan para analis dan ekonom. ‘ ekspektasi pertumbuhan untuk India. .

Pada pemilu 2019, BJP mencatatkan kemenangan telak dengan mayoritas 333 kursi dan koalisi dengan total 353 kursi atau hampir mencapai dua pertiga super mayoritas anggota parlemen. Partai Kongres, sebaliknya, hanya memenangkan 52 kursi dan membentuk koalisi 91 kursi.

Kini, dengan kemungkinan perpanjangan masa jabatannya selama lima tahun lagi, kritik terhadap kebijakan BJP semakin vokal.

Sejak Modi berkuasa, India mengalami penurunan demokrasi dan sekularisme, menurut beberapa pakar dan organisasi internasional. Ketertarikan BJP terhadap organisasi ultra-nasionalis Hindu yang diilhami oleh gagasan fasisme Eropa semakin meningkatkan kontroversi dengan minoritas Muslim. Oleh karena itu, krisis telah muncul.

Syeda Hameed, seorang aktris wanita di India, khawatir kemenangan BJP akan menjadi cara untuk melanggengkan amandemen konstitusi. “Niatnya telah diumumkan secara terbuka bahwa India akan menjadi negara teokrasi jika BJP mengubah konstitusi sesuai dengan mayoritas mayoritas parlemen yang mereka pegang,” katanya kepada DW.

“Kekhawatiran besar kami adalah perubahan konstitusi akan memperburuk iklim penindasan di India,” tambah Hameed.

Partai oposisi juga membahas demokrasi di era Modi selama kampanye pemilu. Namun, permasalahan terbesar yang menghantui popularitas partai yang berkuasa terus melemahkan dan berkisar pada tingginya angka pengangguran dan inflasi.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *