Mon. Sep 16th, 2024

Ingin Tingkatkan Performa Kendaraan? Jangan Salah Pilih Busi Jika Tak Mau Mesin Rusak

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Busi merupakan bagian kecil di bagian atas kepala silinder yang menghasilkan arus listrik untuk campuran listrik dan bahan bakar di ruang bakar mesin pembakaran bahan bakar. Dengan kata lain, busi merupakan elemen yang bertugas mengubah energi kimia pada bensin menjadi energi untuk menggerakkan mesin.

Bagian-bagian kecil yang penting ini berperan penting dalam menjaga performa mesin, sehingga sebaiknya Anda memperhatikan pilihan pemasangannya di mobil Anda. Apalagi jika Anda berencana melakukan upgrade mesin.

Berbagi tips memilih busi yang tepat, Aftermarket Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia (NGK), Diko Oktaviano mengatakan hal berikut: 1. Jangan menyimpang dari ketentuan pabrikan.

OEM (Original Equipment Produsen) telah merancang mobilnya dengan cermat agar mudah digunakan, termasuk hingga ke busi. Tentu saja, pabrikan, melalui para insinyur dan tenaga penjualannya, telah memutuskan apa yang baik dan cocok untuk lalu lintas. Oleh karena itu, penting untuk memilih busi berdasarkan rekomendasi pabrikan.

“Jadi dalam satu tahun pabrikan sudah punya produk yang akan dirilis beberapa tahun ke depan, dan kita diberitahu apa yang akan mereka rilis ke depan,” jelas Diko.

“Jangan pakai busi motor OEM lain. Kalau rusak tidak mau hidup, atau tidak cepat rusak,” imbuhnya.

Namun jika pemilik mobil berniat meningkatkan performa mobilnya, bukan berarti busi tidak boleh menyimpang dari setting pabrik. Banyak perbaikan yang bisa dilakukan dengan memperhatikan banyak hal, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah jenis busi sesuai panasnya.

Umumnya, setiap saluran keluar memiliki kode “panas” atau “dingin” untuk menunjukkan tingkat panasnya, atau seberapa cepat saluran keluar tersebut menghilangkan panas. Nyala api memiliki sifat yang lebih cepat memanas, sedangkan nyala api lebih lambat terbakar.

Busi jenis ini harus dipilih sesuai dengan karakteristik mesin dan rekomendasi OEM, dan setelah ditentukan dapat menentukan kenaikan panas sesuai dengan kode CPR.

Misalnya kalau OEM kita punya CPR 8, seperti NMAX, nah kalau mau coba ganti mesin, naik level ke CPR 9, tidak bisa, kata Diko.

“Karena kalau turun, percikannya kepanasan, tapi kalau naik, paling parah karbonnya (catatan), tapi tidak merusak mesin,” jawabnya.

FYI, CPR adalah kependekan dari “Code Plug Rating” yang diukur dengan angka setelahnya. Busi yang tergolong busi panas biasanya memiliki rating CPR 6 atau lebih rendah, sedangkan busi dingin memiliki rating CPR 7 atau lebih.

Namun, grup tersebut akan kembali bergantung pada jenisnya.

Busi motor standar OEM biasanya menggunakan bahan nikel. Diko mengatakan busi nikel standar kurang cocok untuk pekerjaan atas karena bahannya mudah meleleh.

Jadi, jika ingin memodifikasi untuk menambah mesin, seperti cc alias kapasitas silinder, pengguna disarankan memilih fungsi stopkontak khusus.

“Misalnya modifikasi 150 ke 300 cc, jangan pakai nikel lagi, produknya cepat meleleh,” singkatnya.

“Kalau teman-teman butuh AC lebih, jangan pakai nikel. Karena kita sudah menawarkan platina dan iridium. Jadi, secara teori, kita rancang untuk melindungi mesin yang sudah panas lewat model itu,” kata Dick.

Dalam hal ini, bagi pengguna mobil yang masih membutuhkan performa, NGK memiliki pilihan netral selain iridium yang dikenal kehandalannya dalam mengatasi performa mesin yang tinggi.

Opsi upgrade businya adalah NGK G-Power yang lebih irit. Generator ini tersedia untuk pengoperasian sehari-hari yang optimal.

“NGK G-Power memiliki elektroda tengah berbahan platina dengan diameter 0,6 mm sehingga penyalaan lebih fokus dan presisi. Kemudian elektroda ground berbentuk trapesium meredam nyala api,” ujar Citra Aji Sanjaya, Business Manager PT Niterra Mobility Indonesia.

FYI, busi nikel OEM biasanya memiliki diameter lebih besar yaitu 2,0 mm dengan elektroda ground berbentuk persegi. Dengan serangan dari G-Power, perluasan inti listrik menjadi lebih cepat dan fokus.

Secara keseluruhan, G-Power diklaim memiliki standar yang lebih baik dibandingkan OEM untuk performa mesin. Menurut dynotest, tenaga, torsi, dan efisiensi bahan bakar terbukti meningkat dengan penggunaan G-Power.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *