Mon. Sep 16th, 2024

Jangan Sepelekan Pneumonia, Pembunuh Diam-Diam Anak di Bawah Lima Tahun

matthewgenovesesongstudies.com, 2019 Jakarta Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pneumonia menyebabkan kematian sekitar 740 ribu anak di bawah usia lima tahun. Gejala penyakit yang mirip dengan penyakit pernafasan lainnya menyebabkan orang tua mengabaikan kondisi anak.

Konsultan Dokter Anak, Spesialis Pernapasan Profesor Dr. “Hal ini sering kali terabaikan sehingga penting bagi orang tua untuk mengenali berbagai gejala awal dan faktor risiko pneumonia. Dampaknya bisa berujung pada kematian, itulah sebabnya pneumonia disebut sebagai silent killer,” kata Cissy. Kartasasmita.

Lebih lanjut, Cissy menjelaskan, pneumonia terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur yang menyebabkan peradangan pada paru-paru. Kondisi ini membuat anak sulit bernapas, demam, batuk berlendir bening atau berwarna kuning, hijau, atau bercampur darah.

Salah satu virus penyebab pneumonia adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV). Dengan pneumonia akibat virus, Cissy menemukan bahwa biasanya tidak menimbulkan gejala serius, namun membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Data dari empat penelitian lokal terpisah juga menunjukkan bahwa RSV merupakan virus yang muncul setiap tahun. Kasus tertinggi terjadi pada minggu ke-48 (awal Desember) hingga minggu ke-16 (akhir Maret).

Infeksi RSV lebih parah pada anak-anak dengan kondisi tertentu

Bayi dengan kondisi tertentu berisiko serius terkena infeksi RSV. Kelompok tersebut adalah bayi prematur, bayi dengan kelainan bawaan seperti cacat jantung bawaan, bayi dengan BPD (Brochopulmonary Dysplasia), dan bayi dengan CP (Cerebral Palsy).

Diperkirakan 2,02% bayi prematur berisiko tinggi terkena infeksi RSV. Risiko kematian pada bayi prematur tinggi, dan meski angka kematian akibat Covid-19 pada anak “hanya” 0,4%, namun angka tersebut mencapai 3%.

Artinya, bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi tertular RSV. Sedangkan Indonesia memiliki angka kelahiran prematur yang tinggi, yaitu sekitar 10 persen, kata Cissy.

 

Penularan pneumonia bisa terjadi melalui droplet orang lain yang batuk, bersin, atau meludah.

Kalau bicara pencegahan, bisa dilakukan melalui pola hidup bersih dan sehat. Di antaranya mencuci tangan pakai sabun, memastikan sirkulasi udara di dalam rumah, mengurangi paparan polusi udara, dan memberikan antibodi monoklonal pada bayi, terutama bayi prematur.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah merekomendasikan perlindungan bayi dengan antibodi monoklonal RSV.

Untuk mencegah atau mengurangi keparahan pneumonia, pastikan anak Anda mendapat vaksinasi lengkap.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan kita semua untuk meningkatkan upaya menjaga kesehatan bayi prematur, mengedukasi mereka tentang pencegahan pneumonia, dan memperkuat sistem kekebalan bayi dengan vaksinasi tepat waktu. kata Cissy.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *