Sat. Sep 21st, 2024

Jemaah Haji 2024 Meninggal Capai 1.301, Tertinggi Ketiga Setelah Tragedi Mina 2015 dan 1990

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Menteri Kesehatan Arab Saudi Fahd bin Abdurrahman Al-Jalajel melaporkan pada Minggu (23 Juni 2024) bahwa 1.301 jamaah akan meninggal pada tahun 2024.

Menurut AP News, 83 persen jamaah haji yang meninggal adalah jamaah haji ilegal atau tidak memiliki izin.

Tingginya angka kematian tersebut disebabkan cuaca panas yang berkisar antara 46 hingga 49 derajat Celcius sehingga menyebabkan banyak jemaah haji yang muntah-muntah hingga pingsan. Khususnya pada hari ke-2 dan ke-3 haji.

Dari 1.301 orang yang tewas, 660 di antaranya berasal dari Mesir, 165 dari india, 98 dari India, dan puluhan dari Yordania, Tunisia, Maroko, Aljazair, dan Malaysia.

Gereja-gereja asal Mesir dilaporkan didominasi oleh gereja ilegal yang berjumlah 629 jemaat. Menteri mengatakan proses identifikasi tertunda karena banyak jamaah yang meninggal tidak memiliki dokumen identitas dan dimakamkan di Mekah tanpa rincian lebih lanjut.

Tahun 2024 diproyeksikan menjadi angka kematian jamaah haji tertinggi ketiga sepanjang sejarah haji. 

Meskipun pemerintah Saudi telah menghabiskan miliaran dolar untuk meningkatkan infrastruktur pengelolaan massa dan langkah-langkah keamanan bagi jamaah.

Namun, banyaknya jamaah haji membuat keamanan mereka masih menjadi tantangan besar.

Sebelumnya juga terdapat tahun dengan jumlah jamaah haji yang tinggi, yakni pada tahun 1990 yang menewaskan 1.426 orang.

Peristiwa yang terjadi pada 2 Juli 1990 itu disebabkan oleh aksi saling berteriak dan menginjak-injak di terowongan Haratul Lisan di Mina.

Dari korban tersebut, 631 orang berasal dari Indonesia.

Tragedi bermula ketika pihak gereja, baik yang hendak mengejar juri maupun yang pulang kampung, menyeberang ke dalam satu terowongan yang menghubungkan Python dan Haratul Lisan. Situasi menjadi semakin kacau dan dilanda kepanikan, oksigen sedikit dan konsentrasi terkonsentrasi.

Panas matahari yang mencapai 44 derajat memperburuk keadaan. Gereja, khususnya orang lanjut usia dan orang sakit, tidak mampu menahan panas dan tekanan.

Saksi mata mengatakan pergerakan orang-orang di dalam terowongan terhenti tiba-tiba ketika peziarah lain dari luar terus mencari perlindungan dari panas. Sehingga terowongan yang tadinya hanya mampu menampung 1.000 jamaah, kini bisa menampung hingga 5.000 jamaah.

Kekurangan oksigen menyebabkan banyak gereja lemah dan mati. “Orang-orang yang berada di dalam terowongan berkerumun, bahkan ada yang terinjak-injak,” kata seorang saksi kepada New York Times pada 3 Juli 1990.

Peristiwa yang disebut-sebut paling mematikan dalam sejarah ibadah haji ini terjadi pada 24 September 2015 di Mina, Arab Saudi. Sekitar 2.400 orang dievakuasi hanya dalam 10 menit.

Tragedi itu terjadi saat jutaan jemaah haji sedang melaksanakan Festival Batu. Di Jalan 204, situasi memburuk dan banyak korban jiwa.

Pada pukul 09.00 waktu setempat, Jalan 204 dipadati massa peziarah dalam jumlah besar. Situasi semakin parah ketika masyarakat didorong dari Jalur 223 yang seharusnya kosong, ke Jalur 204.

Akibatnya, lalu lintas utama di Mina ditutup total sehingga jamaah haji tidak bisa mengakses Jembatan Jamarat. Massa yang lebih banyak terjebak di dalam gereja dan tidak bisa bergerak.

Tanpa video dan terbatasnya ingatan para korban, satu-satunya yang pasti adalah orang-orang yang berada di kerumunan itu tidak punya peluang untuk melarikan diri.

Meningkatnya tekanan massa menyebabkan banyak gereja runtuh. Situasi semakin parah ketika terjadi “efek domino” yang menyebabkan tumpukan gereja mencapai 10 orang.

Sebagian besar kematian jamaah haji kemungkinan besar disebabkan oleh sesak napas saat mereka dicekik di tengah kerumunan. Beberapa saksi bahkan melaporkan melihat mayat-mayat gereja yang hancur berkeping-keping.

Ada juga insiden terpisah di mana derek jatuh di masjid Mekah pada tahun yang sama dan menewaskan 111 orang.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *