Fri. Sep 20th, 2024

Jokowi: Mari Kita Jadikan Hari Kartini Tidak Sekadar Seremoni

By admin Apr22,2024 #Hari Kartini #Jokowi #Kartini

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengucapkan selamat Hari Kartini kepada seluruh perempuan Indonesia. Ia berharap Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April setiap tahunnya tidak hanya sekedar upacara belaka.

“Hari Kartini merupakan peringatan perjalanan panjang perempuan dalam mencari kesetaraan. Mari kita jadikan Hari Kartini bukan sekadar upacara, tapi simbol perjuangan perempuan dalam meraih kepemimpinan dan kekuasaan yang dimilikinya,” ujarnya kepada pimpinan, Minggu (4/4). /2024).

Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia, lanjut Jokowi.

Jokowi mengunggah video gambar animasi Kartini dalam berbagai versi disertai tulisan kegelapan terbit terang dan selamat hari Kartini.

Video tersebut juga diiringi lagu berjudul Ibu Kita Kartini yang ditulis oleh WR Supratman.

Salah satu pahlawan nasional wanita yang paling berpengaruh di negeri ini adalah Raden Adjeng Kartini atau RA Kartini. Tanggal 21 April adalah hari ulang tahunnya dan diperingati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Lalu mengapa tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini setiap tahunnya? Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964.

Penetapan RA Kartini sebagai Pahlawan Nasional memperingati jasanya dalam mencapai kesetaraan gender. Dia bertekad untuk mempromosikan pola pikir dan kesetaraan dalam hal pendidikan perempuan.

Lantas seperti apa sosok RA Kartini yang lahir di Jepara pada 21 April 1879 dan menjadi salah satu pahlawan nasional paling berpengaruh di negeri ini?

Kartini merupakan anak kelima dari sebelas bersaudara. Ia lahir di Mayong, Jepara dan merupakan cucu dari Pangeran Ario Tjondronegoro, Bupati Demak. Beliau adalah seorang bupati yang memberikan pelajaran barat kepada anak-anaknya, laki-laki dan perempuan.

Beberapa tahun sebelum meninggal, Pangeran Ario Tjondronegoro berpesan kepada anak-anaknya: “Anak-anakku, kalau kamu tidak bisa mengenyam pendidikan, kamu tidak akan bersenang-senang, keturunan kita akan terpuruk, ingatlah ini.”

Dan anak-anak itu membenarkan apa yang diwariskan ayah mereka kepada mereka. Sifat ini juga dimiliki oleh Kartini dan seluruh saudaranya, mulai dari putra sulung hingga R.M. Sosroningkat, Pangeran A. Sosrobusono yang menjadi bupati di Ngawi. Demikian dikutip dari buku Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang yang diterjemahkan oleh Armijn Pane.

Kartini bisa bersekolah di ELS (Sekolah Dasar Eropa) hingga usia 12 tahun. Di sini Kartini belajar bahasa Belanda antara lain. Namun sejak usia 12 tahun ia harus tinggal di rumah karena bisa terisolasi.

Kartini bisa bersekolah di ELS (Sekolah Dasar Eropa) hingga usia 12 tahun. Di sini Kartini belajar bahasa Belanda antara lain. Namun sejak usia 12 tahun ia harus tinggal di rumah karena bisa terisolasi.

Semasa kecil, Kartini tidak hanya diasuh oleh ibunya Ngasirah, tapi juga oleh Mbok Emban Lawiyah. Dalam bersosialisasi, Kartini juga tidak pernah membeda-bedakan teman satu dengan teman lainnya. Pada tahun 1881, ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara.

Tanda-tanda perjuangan emansipasi Kartini sudah terlihat saat usianya baru enam setengah tahun. Kartini ingin bersekolah.

Bagi remaja putri Jawa saat itu, pendidikan sekolah formal dianggap tabu, tidak diperbolehkan oleh adat dan difitnah oleh masyarakat. Namun, Kartini kecil memberontak terhadap tradisi diskriminatif tersebut.

Usaha Kartini kecil tidak sia-sia. Akhirnya dia mendapat izin dari ayahnya untuk bersekolah. Di sekolah ia berinteraksi dengan anak-anak keturunan Indo-Belanda. Anak-anak Jawa nyaris tidak ada. Karena hanya anak bupati (bangsawan) yang bisa bersekolah di sekolah Belanda.

Pada tahun terakhir sekolahnya, Kartini lulus sebagai murid terbaik. Betapapun majunya pemikiran Ario Sosroningrat, sebagai bupati dan tokoh adat ia mempunyai keterbatasan dan harus menghormati adat istiadat yang berlaku di masyarakatnya.

Termasuk juga dalam menangani permasalahan anak-anaknya yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kisah Kartini mulai mengemuka di masa isolasinya. Dikutip dari buku Pramoedya Ananta Toer Panggil Saja Aku Kartini: Di ​​’penjara’ inilah Kartini merenung.

Kehidupan mudanya memaksanya untuk memahami hal-hal yang sebenarnya tidak layak untuk diperhatikannya.

Mulai dari kehidupan anak yang bebas, hingga hukuman dengan aturan yang membatasi dirinya dan memaksanya untuk tumbuh sebelum waktunya.

Namun, Kartini tidak menyerah begitu saja. Ia belajar sendirian, terisolasi, tanpa guru. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, ia mulai belajar sendiri di rumah dan menulis surat kepada sahabat pena dari Belanda.

Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku, surat kabar, dan majalah Eropa, Kartini mulai tertarik dengan kemajuan pemikiran perempuan Eropa. Keinginannya untuk memajukan perempuan adat itu muncul karena menurutnya perempuan adat memiliki status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca di surat kabar Semarang De Locomotief yang dipimpin oleh Pieter Brooshooft, dan ia juga menerima bacaan sampah (paket majalah yang dibagikan kepada pelanggan oleh toko buku). Ini termasuk majalah-majalah kebudayaan dan sains yang cukup berat, termasuk majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

Kartini kemudian menulis surat kepadanya beberapa kali dan diterbitkan di De Hollandsche Lelie. Keprihatinannya tidak hanya pada emansipasi perempuan, namun juga pada permasalahan sosial secara umum. Kartini melihat perjuangan perempuan untuk mendapatkan kebebasan, otonomi dan kesetaraan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih besar.

Di antara buku-buku yang dibaca Kartini sebelum usia dua puluh tahun adalah Max Havelaar dan Surat Cinta Multatuli.

Seiring bertambahnya usia, pemikiran Kartini pun semakin matang. Bacaannya yang sangat luas turut menambah wawasan pengetahuan Kartini dalam bidang pandangan dunia, hak asasi manusia (HAM) dan keadilan bagi semua.

Salah satu idenya adalah mendirikan sekolah bagi perempuan adat. Ayahnya bahkan menyetujui Kartini belajar menjadi guru. Namun, ketika rencananya untuk mendirikan sekolah perempuan adat hampir terwujud, ayahnya jatuh sakit parah dan rencana tersebut tidak dilaksanakan.

Bukan menjadi guru, Kartini bertekad menjadi dokter. Ayahnya setuju untuk mengajukan beasiswa ke pemerintah Hindia Belanda.

Permohonan hibah Kartini dikabulkan oleh pemerintah Belanda. Namun dia menolak hibah tersebut. Alasannya adalah dia akan menikah. Dikutip Idjah Chodijah dalam buku Rintihan Kartini, beasiswa tersebut kemudian diberikan kepada Haji Agus Salim.

Pada tahun 1903, Kartini menjadi istri RM Joyohadiningrat, seorang bupati Rembang. Kesediaan mereka menikah karena Bupati Rembang pernah belajar di Belanda dan berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan bangsa.

RM Joyohadiningrat juga mendukung cita-cita Kartini untuk memajukan masyarakat khususnya perempuan dengan memberikan pendidikan kepada remaja putri, seperti yang dilakukan Kartini di Kabupaten Jepara.

Pada tanggal 8 November 1903, Kartini resmi menjadi istri Bupati Rembang. Sekolah yang dirintisnya bersama adiknya Kardinah di Jepara kini berlanjut di Rembang.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *