Fri. Sep 20th, 2024

Jumlah Investor Pasar Modal Tembus 13,4 Juta

matthewgenovesesongstudies.com, Batavia Pasar modal Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan positif. Hingga 9 Agustus 2024, jumlah investor di pasar uang mencapai 13,45 juta SID.

Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat menjelaskan angka tersebut meningkat 11 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar 12,17 juta SID,” jelas Samsul dalam konferensi pers ke-47 Hari Jadi Pasar Modal, Senin (12/8/2024).

Dari jumlah tersebut, obligasi dan surat berharga lainnya sebanyak 5,87 juta, reksadana sebanyak 12,68 juta, dan Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 1,13 juta. Total SID juga meningkat sebesar 8 persen dari 16,43 juta pada tahun 2023 menjadi 17,72 juta pada tahun 2024 (termasuk SID Modal Pasar dan SID Investor MULTIVUS S).

Total aset tercatat di KSEI meningkat 49 persen (ytd) dari Rp7,74 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp8,23+ triliun per 9 Agustus 2024. Peningkatan total aset tercatat di KSEI meningkat seiring pertumbuhan IHSG dan investasi di pasar.

Selain itu, pertumbuhan dana kelolaan (AUM) reksa dana yang terdaftar di KSEI hingga Juli 2024 sebesar Rp 804,24 triliun atau sebesar 10,46 persen, kata Samsul. Pemerintah Investor Perorangan

Berdasarkan data demografi per 9 Agustus 2024, investor perorangan di Indonesia 61,84 persen dimiliki oleh masyarakat, 54,96 persen berusia di bawah 30 tahun, 31,44 persen wiraswasta, PNS dan guru, 45,75 persen berpendidikan tinggi, dan 44,94 persen berpenghasilan. Rp. 10-100 juta setahun.

Berdasarkan komposisi kepemilikannya, investor lokal di Indonesia masih mendominasi sebesar 99,71 persen, masing-masing 99,63 persen pada investasi, dan 99,91 persen pada reksa dana. Sedangkan menurut catatan investor, jumlah penduduk lokal lebih banyak dibandingkan investor asing yang berjumlah 13,41 juta orang.

 

Investor asing tampaknya kembali memasuki pasar besar di Indonesia. Peneliti Sinarmas Sekuritas Research Institute Isfhan Helmy mengatakan pada semester I tahun ini luar negeri mencatat surplus, namun pada Juli terlihat ada aksi beli.

Berdasarkan datanya, dana asing yang masuk atau keluar di IHSG tercatat sekitar Rp 3 triliun pada Juli 2024. Sedangkan enam saham besar atau 6 saham mendapat arus masuk Rp 1,7 triliun dan palsu Rp 1,3 triliun. .

6 yang legendaris itu antara lain BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, BBNI dan ASII.

Namun yang perlu diperhatikan, BBRI masih memiliki dana sebesar Rp1 triliun, namun tidak sebesar beberapa bulan lalu yang sebesar Rp2 triliun hingga Rp3 triliun. 3 triliun.” Isfhan pada Jumat (/8/2024) ujarnya.

Isfhan melihat pengunjung asing masih selektif. Dibandingkan BMRI, yang tercatat hanya inflow Rp 400 miliar dan TLKM Rp 600 miliar. Pada periode tersebut, arus keluar BBNI dan ASII masing-masing sebesar Rp 900 miliar dan Rp 400 miliar.

Jadi asing masuk lagi ke pasar Indonesia, tapi lebih selektif. Mereka melihat BCA sebagai permainan defensif, mereka masuk Rp3 triliun di bulan Juli. Meski valuasinya masih mahal, asing lebih suka masuk karena permainannya defensif, yang mana itu adalah hal yang sangat defensif. Artinya tidak terlalu banyak saat pasar berfluktuasi, ” kata Isfhan.

Sementara itu, tidak ada pergerakan signifikan pada beberapa saham yang tidak mengejutkan. Misalnya, ICBP dan ANTM masing-masing membukukan outflow sebesar Rp 100 miliar.

Sedangkan AMRT dan BRS masing-masing memiliki pendapatan Rp 100 miliar. Kemudian UNTR disebut-sebut masuk Rp 200 miliar. Baik BFIN maupun CTRA masing-masing memiliki pendapatan di bawah Rp 100 miliar.

“Saat ini sepertinya investor asing masih wait and see. Meski prospek Indonesia bagus banget, tapi faktor asing membuat mereka mempertimbangkan kembali ekuitas,” kata Isfhan.

Beberapa sentimen asing yang dibicarakan antara lain ketidakpastian perekonomian AS yang mengakhiri perselisihan pada akhir Agustus atau awal September. Dalam situasi ini, Sinarmas Sekuritas memperjuangkan partai BBRI dan BBNI seperti pada pemilu puncak.

Meski kinerja BBNI masih tertekan dibandingkan bank besar lainnya menurut Isfhan, namun aspek finansial lain selain laba juga perlu diperhatikan.

“Walaupun BBRI dan BBNI sedang menghadapi kendala yang sangat besar, namun NIM BNI memang sedang turun, namun jika tidak bisa menjaga kualitas barang dan biaya tenaga kerja maka bisa terjadi pembalikan. Menurut kami dalam beberapa aspek, BNI masih bisa tumbuh dengan baik. .

“Dan di BRI kita melihat capaian pemerintahan di awal tahun, sedangkan kenaikan biaya utang tetap terjaga dengan baik di semester kedua,” tambah Isfhan. “Selain itu, prioritas lainnya adalah TLKM, ICBP dan AMRT,” imbuhnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *