Thu. Oct 3rd, 2024

Jumlah Investor Saham di Indonesia Lampaui 6 Juta SID

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Tren investor pasar modal masih dalam tren meningkat. Per 25 September 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor saham lebih dari 6 juta Individual Investor Identification (SID) atau tepatnya 6.001.573 SID. Sepanjang tahun ini, BEI menambah lebih dari 744 ribu investor baru.

Peningkatan jumlah investor ini tidak lepas dari kontribusi dan kerja sama yang dilakukan Self-Regulatory Organization (OJK) yang didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berbagai aktor, seperti sosialisasi investasi di pasar modal. Anggota Bursa, Perusahaan Tercatat dan komunitas pasar modal lainnya.

Sejak Januari hingga Agustus 2024, BEI telah melaksanakan lebih dari 17.083 kegiatan edukasi pasar modal di seluruh Indonesia yang menjangkau lebih dari 19,1 juta peserta.

Hingga Agustus 2024, kepemilikan saham BEI masih didominasi oleh investor lokal dengan persentase sebesar 51,5%, dibandingkan kepemilikan investor asing sebesar 48,5%. Kepemilikan oleh investor individu juga masih dominan yaitu sebesar 53,3%, dengan rincian kepemilikan investor institusi sebesar 38,3% dan investor individu sebesar 15%, dibandingkan kepemilikan investor institusi sebesar 46,6%.

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan kondisi pertumbuhan investor modal menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia masih relatif kuat, bahkan di tengah situasi perekonomian global dan domestik yang tidak menentu.

“Investor ritel masih tetap memegang sahamnya, sementara investor mainstream dalam negeri masih mendominasi, baik dari segi kepemilikan maupun transaksi,” kata Iman. dalam keterangan resmi, Jumat (27/9/2024).

Ia mengatakan, berkat kerja sama dan dukungan seluruh pemangku kepentingan, kinerja pasar modal Indonesia akan terus terjaga di masa depan.

“BEI terus menggali potensi baru dari sisi produk, pasokan, dan peningkatan jumlah investor,” tambah Iman.

 

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menambahkan BEI selalu berkomitmen untuk terus mengembangkan pasar modal Indonesia.

“Salah satu pilar utama pengembangan ini adalah edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas, salah satunya melalui Sekolah Pasar Modal (SPM), Galeri Investasi (GI) BEI dan Kampanye #AkuInvestorSaham yang berhasil menarik jutaan investor baru. investor,” kata Jeffrey.

Melalui program SPM, BEI terus memberikan edukasi pasar modal tradisional. Program ini terbuka untuk semua kalangan dan terbagi dalam berbagai jenis yaitu SPM konvensional (luring dan online), SPM Syariah, dan SPM organisasi dan komunitas.

Selain itu, BEI juga memperluas akses dunia investasi melalui pendirian GI BEI yang telah bekerjasama dengan berbagai universitas dan Anggota Bursa di seluruh Indonesia.

Jeffrey menambahkan, GI BEI merupakan strategi kami untuk mendekatkan dunia pasar modal kepada akademisi, generasi muda, dan masyarakat. Dimana EIB ingin menanamkan budaya investasi sejak dini, sekaligus mendorong regenerasi investor yang cerdas dan melek investasi. Saat ini BEI memiliki 927 BEI-GI yang tersebar di seluruh Indonesia. Kampanye #AkuInvestorSaham merupakan bagian penting dari strategi BEI untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, khususnya di kalangan investor lokal.

“Regenerasi investor di pasar modal kita menunjukkan angka yang sangat baik, dimana sekitar 79% tercatat sebagai investor berusia di bawah 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda semakin melek finansial dan berinvestasi, dan hal ini diharapkan dapat menjadi landasan yang kuat. untuk masa depan investor pasar modal dan perekonomian Indonesia,” kata Jeffrey.

Seiring dengan terus berkembangnya berbagai inisiatif, EIB optimis pertumbuhan jumlah investor saham di Indonesia akan semakin pesat, seiring dengan meningkatnya literasi keuangan masyarakat.

Sebelumnya, jumlah investor di pasar modal Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan positif. Pada 9 Agustus 2024, jumlah investor pasar modal mencapai 13,45 juta SID.

Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat menjelaskan jumlah tersebut meningkat 11 persen dibandingkan posisi penutupan tahun lalu sebesar SID 12,17 juta.

“Sesuai komposisinya, investor lokal menguasai 99,71 persen dan sisanya 0,29 persen adalah investor asing,” jelas Samsul dalam jumpa pers HUT ke-47 Pasar Modal, Senin (8/12/2024).

Berdasarkan jumlah tersebut, investor pada saham dan surat berharga lainnya berjumlah 5,87 juta orang, reksadana sebanyak 12,68 juta orang, dan Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 1,13 juta orang. Total SID juga meningkat sebesar 8 persen dari 16,43 juta pada tahun 2023 menjadi 17,72 juta pada tahun 2024 (termasuk SID Pasar Modal dan S-MULTIVEST Investor SID).

Total aset yang tercatat di KSEI meningkat 49 persen (ytd) dari Rp7,74 triliun pada 2023 menjadi Rp8,23 triliun per 9 Agustus 2024. Peningkatan total aset yang terdaftar di KSEI sejalan dengan peningkatan IHSG dan kapitalisasi pasar.

“Terjadi peningkatan dana kelolaan (AUM) dana yang terdaftar di KSEI sampai Juli 2024 menjadi Rp 804,24 miliar atau 10,46 persen,” kata Samsul. Pemerintah Investor Perorangan

Berdasarkan data demografi per 9 Agustus 2024, investor perorangan di Indonesia didominasi oleh laki-laki sebesar 61,84%, berusia di bawah 30 tahun sebesar 54,96%, swasta, pegawai pemerintah dan guru sebesar 31,44%, berpendidikan SMA sebesar 45,75%, dan 44%, 94 mendapat 10-100 Rp. juta per tahun

Dari sisi komposisi real estat, investor lokal Indonesia masih mendominasi sebesar 99,71 persen, dengan pembagian 99,63 persen pada investor saham dan 99,91 persen pada dana investasi. Sementara dari sisi investor, jumlah investor lokal lebih banyak dibandingkan investor asing yang berjumlah 13,41 juta orang.

Sebelumnya, investor asing sudah mulai kembali masuk ke pasar modal Indonesia. Peneliti institusi Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy mengatakan asing sudah mencatatkan penjualan bersih pada semester pertama tahun ini, namun tampaknya ada pembelian bersih pada Juli.

Dalam sambutannya, aliran dana asing yang masuk atau keluar ke IHSG tercatat sekitar Rp 3 triliun pada Juli 2024. Sementara itu, saham Rp 6 miliar atau 6 miliar saham luar biasa senilai Rp 1,7 miliar dan saham non 6 miliar senilai Rp 1,3 miliar. . .

Saham-saham yang masuk dalam Fabulous 6 antara lain BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, BBNI dan ASII.

Namun yang perlu dicermati, BBRI masih memiliki outflow sebesar Rp1 miliar, namun tidak sebesar bulan-bulan sebelumnya yakni Rp2 miliar hingga Rp3 miliar. Sedangkan BBCA inflow-nya relatif besar. Rp3 miliar,” kata Isfhan, Jumat (8/8/2024).

 

 

Isfhan menilai investor asing masih cukup selektif. Sebagai perbandingan, BMRI hanya mencatatkan Rp400 miliar dan TLKM hanya Rp600 miliar. Sedangkan outflow dari BBNI dan ASII masing-masing sebesar Rp900 miliar dan Rp400 miliar.

“Jadi asing kembali masuk ke pasar Indonesia, tapi lebih selektif. Mereka melihat BCA sebagai permainan defensif, bulan Juli masuk sangat terkonsentrasi Rp 3 miliar. Meski valuasinya masih cukup mahal, asing lebih memilih masuk. sebagai permainan defensif, artinya tidak akan turun banyak ketika pasar sedang bergejolak,” kata Isfhan.

Sedangkan untuk 6 saham non-fab tidak mengalami pergerakan signifikan. Misalnya saja ICBP dan ANTM yang masing-masing masih mencatatkan outflow sebesar Rp 100 miliar.

Sedangkan AMRT dan BRIS memiliki pendapatan Rp 100 miliar. UNTR kemudian mencatatkan inflow sebesar Rp 200 miliar. Baik BFIN maupun CTRA memiliki pendapatan kurang dari Rp 100 miliar.

“Saat ini investor asing nampaknya masih menunggu dan mengamati. Meskipun latar belakang makro Indonesia cukup baik, faktor eksternal sedang mengkaji ulang ekuitas,” kata Isfhan.

Beberapa sentimen eksternal yang paling penting adalah ketidakpastian perekonomian AS yang menunggu data tingkat pengangguran pada akhir Agustus atau awal September. Dalam kondisi ini, Sinarmas Sekuritas mempertahankan saham BBRI dan BBNI sebagai opsi terbaik.

Meski kinerja BBNI masih tertekan dibandingkan bank besar lainnya, menurut Isfhan, rasio keuangan lain di luar profitabilitas juga perlu diperhatikan.

“Meski BBRI dan BBNI sama-sama mengalami outflow yang tinggi, NIM BNI mengalami penurunan, namun di sisi lain, jika menjaga kualitas aset dan beban profesional, maka bisa terjadi turnaround. Jika tidak, kami yakin BNI akan mampu tumbuh cukup positif kali ini. tahun.”, katanya.

“Dan BRI, kami melihat tindakan yang dilakukan manajemen di awal tahun, dimana kenaikan cost of credit relatif terjaga di kuartal II,” tambah Isfhan. “Selain itu, opsi utama lainnya adalah TLKM, ICBP dan AMRT,” imbuhnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *