Sun. Sep 22nd, 2024

Kaspersky: Aktivitas Kejahatan Siber di Telegram Melonjak 53 Persen pada 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Telegram saat ini sedang menjadi perbincangan karena layanannya kerap digunakan untuk aktivitas ilegal. Tim Kaspersky Digital Footprint Intelligence juga menganalisis saluran bayangan Telegram.

Faktanya, temuan mereka mengungkap tren yang meresahkan di Telegram. Misalnya, penjahat dunia maya semakin banyak menggunakan Telegram sebagai platform untuk aktivitas pasar bawah tanah.

Dalam pernyataan Kaspersky yang dikutip Senin (1/7/2024), penjahat dunia maya juga aktif menjalankan saluran dan kelompok Telegram yang didedikasikan untuk membahas skema penipuan, mendistribusikan database yang bocor, dan jual beli berbagai layanan kriminal. Seperti pencairan dana, pemalsuan dokumen, layanan serangan DDoS dan masih banyak lagi.

Data Kaspersky Digital Footprint Intelligence menyebutkan jumlah unggahan tersebut meningkat sebesar 53 persen pada Mei-Juni 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Analis Kaspersky Digital Footprint Intelligence Alexei Bannikov mengatakan meningkatnya minat komunitas penjahat dunia maya terhadap Telegram didorong oleh beberapa faktor.

Pertama, aplikasi perpesanan ini sangat populer. Menurut pendiri Telegram Pavel Durov, penontonnya kini mencapai 900 juta per bulan.

Kedua, Telegram memasarkan dirinya sebagai aplikasi perpesanan paling aman dan independen. Telegram dilaporkan tidak mengumpulkan data apa pun dari pengguna, sehingga ada rasa aman dan impunitas bagi pelaku ancaman.

Ketiga, membuat komunitas di Telegram relatif mudah. ​​Jika digabungkan dengan faktor lain, memungkinkan berbagai saluran, termasuk saluran kejahatan dunia maya, dengan cepat mengumpulkan audiens, kata Alexei.

Sementara itu, penjahat dunia maya yang beroperasi di Telegram umumnya menunjukkan kecanggihan dan keterampilan teknis yang lebih rendah dibandingkan mereka yang berada di web gelap.

Hal ini disebabkan rendahnya hambatan masuknya komunitas bayangan Telegram. Selain itu, Telegram tidak memiliki reputasi seperti yang ditemukan di banyak forum di web gelap. Oleh karena itu, banyak penipu Telegram yang cenderung menipu anggota komunitas lainnya.

Alexei menambahkan bahwa ada tren lain bahwa Telegram hadir sebagai platform di mana berbagai peretas membuat pernyataan dan mengekspresikan pandangan mereka.

“Karena basis pengguna yang luas dan distribusi konten yang cepat melalui saluran Telegram, peretas menganggap platform tersebut sebagai alat yang mudah digunakan untuk melancarkan serangan DDoS dan metode destruktif lainnya terhadap infrastruktur yang ditargetkan,” katanya.

Selain itu, para peretas mengira mereka dapat melepaskan data yang dicuri dari organisasi yang diserang ke domain publik menggunakan saluran bayangan Telegram.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Ari Setiadi membenarkan pihaknya telah mengirimkan surat peringatan pertama dan kedua ke aplikasi Telegram. Peringatan konten perjudian online.

Namun Telegram tidak menanggapi peringatan Pemerintah sehingga Kementerian Komunikasi dan Informatika akan mengirimkan surat peringatan ketiga sebagai peringatan terakhir.

Menteri Budi dilansir Antara, seperti ditulis Kamis (20/6/2024), jika Telegram mengabaikannya, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan menutup aplikasi tersebut.

Wacana pemblokiran beberapa platform media sosial kini ramai diperbincangkan di masyarakat. Pemblokiran akan dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika karena beberapa media sosial diduga berkontribusi terhadap konten perjudian online dan pornografi.

Setelah masalah pemblokiran Twitter atau

Kebijakan pemblokiran aplikasi sebenarnya bukan hal baru karena sudah pernah diterapkan pada akun media sosial penyebar kecurangan pemilu dan pemblokiran situs judi online.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *