Mon. Sep 16th, 2024

Kasus Suplemen Kesehatan Mengandung Benikoji Jepang Picu Kematian 5 Orang, 114 Pasien Dirawat di Rumah Sakit

matthewgenovesesongstudies.com, Tokyo – Lima orang meninggal dalam seminggu sejak serangkaian suplemen kesehatan Jepang mulai ditarik kembali karena efek negatif setelah dikonsumsi. Sementara itu, lebih dari 100 orang tercatat dirawat di rumah sakit pada Jumat (29/3/2024).

Laporan VOA Indonesia yang dikutip Sabtu (30 Maret 2024) menyebutkan Kobayashi Pharmaceutical Co. Perusahaan Osaka mendapat kecaman karena tidak segera melaporkan masalah yang ditemukan secara internal pada awal Januari. Pengumuman publik pertama dibuat hanya pada tanggal 22 Maret.

Pejabat perusahaan mengatakan 114 orang dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi produk tersebut, termasuk bantuan Benikoji Choleste, yang mengandung bahan yang disebut benikoji, sejenis jamur merah. Awal pekan ini, jumlah korban tewas dilaporkan bertambah dua orang.

Beberapa orang mengalami masalah ginjal setelah mengonsumsi suplemen, namun penyebab pastinya masih diselidiki di laboratorium pemerintah, menurut produsennya.

“Kami sangat menyesal,” kata Akihiro Kobayashi, CEO Kobayashi Pharmaceutical Co. ujarnya kepada wartawan, Jumat (29/3), sambil membungkuk panjang untuk menekankan permintaan maaf, bersama tiga petinggi perusahaan lainnya.

Akihiro Kobayashi menyampaikan belasungkawa kepada korban meninggal dan sakit serta keluarga mereka. Dia juga meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan terhadap seluruh industri makanan kesehatan dan para dokter, serta menambahkan bahwa perusahaan sedang berupaya untuk segera menyelesaikan masalah tersebut.

Produk perusahaan ditarik dari pasaran, bersama puluhan produk lain yang mengandung benikoj, termasuk pasta miso, kerupuk, dan saus cuka.

Kementerian Kesehatan Jepang menerbitkan daftar di situs resminya yang berisi semua produk yang ditarik kembali, termasuk banyak produk yang menggunakan benikoj sebagai pewarna makanan.

Kementerian memperingatkan bahwa jumlah korban tewas bisa terus meningkat. Suplemen dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter, dan ada pula yang dapat dibeli atau dikonsumsi sebelum penarikan, bahkan oleh wisatawan yang tidak menyadari risiko kesehatannya.

Kobayashi Pharmaceutical telah menjual produk benikoji selama bertahun-tahun, dengan satu juta paket terjual dalam tiga tahun fiskal terakhir, namun masalah muncul dengan suplemen yang dibuat pada tahun 2023.

Kobayashi Pharmaceutical mengatakan pihaknya memproduksi 18,5 ton benikoj tahun lalu.

Beberapa analis menyalahkan inisiatif deregulasi baru-baru ini yang menyederhanakan dan mempercepat persetujuan produk kesehatan sehingga memacu pertumbuhan ekonomi.

Di masa lalu, insiden terkait narkoba pernah terjadi di India. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan terhadap penggunaan dua sirup obat batuk anak-anak India, Ambronol dan Dok-1 Max. Langkah ini diambil setelah banyaknya kematian di Uzbekistan.

Seperti dilansir BBC, Kamis (1/12/2023), WHO menyebut dua obat batuk buatan Marion Biotech “di bawah standar” dan perusahaan tidak bisa menjamin keamanannya.

Peringatan WHO ini muncul beberapa minggu setelah Uzbekistan mengatakan 18 anak meninggal setelah mengonsumsi sirup obat batuk buatan perusahaan tersebut.

Marion Biotech dan pihak berwenang India belum memberikan komentar mengenai masalah ini.

Setelah kematian dilaporkan di Uzbekistan, Kementerian Kesehatan India menghentikan produksi perusahaan tersebut.

Minggu ini, departemen keamanan pangan di negara bagian utara Uttar Pradesh – tempat Marion Biotech bermarkas – juga menangguhkan izin produksi perusahaan tersebut.

Dalam peringatan yang dikeluarkan pada hari Kamis, WHO mengatakan analisis sirup obat batuk untuk anak-anak Ambronol dan Dok-1 Max oleh laboratorium kendali mutu Kementerian Kesehatan Uzbekistan menemukan tingkat dua polutan yang tidak dapat diterima, yaitu dietilen glikol dan/atau etilen glikol. . Keduanya bisa mematikan bila dikonsumsi.

“Kedua produk ini dapat dilisensikan di negara lain di kawasan. Dan juga dapat didistribusikan melalui pasar informal ke negara atau kawasan lain,” kata WHO.

WHO menambahkan bahwa kedua produk tersebut berada di bawah standar “berbahaya dan penggunaannya, terutama pada anak-anak, dapat menyebabkan cedera serius atau kematian”.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *