Fri. Sep 27th, 2024

Kebiasaan Cuci Tangan Turunkan Angka Ketidakhadiran Siswa di Sekolah hingga 50 Persen

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Mencuci tangan pakai sabun merupakan perilaku sehat yang patut dipraktikkan siswa di sekolah.

Menurut penelitian, kebiasaan rutin mencuci tangan pakai sabun mampu menurunkan angka ketidakhadiran sekolah secara signifikan hingga 50 persen.

Selain itu, penyediaan air minum yang aman bagi sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dan secara tidak langsung meningkatkan kualitas akademik mereka.

“Fasilitas cuaca di sekolah yang tahan iklim dan inklusif mempunyai dampak besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, menjamin martabat, keselamatan dan kesejahteraan mereka, sehingga meningkatkan kualitas bersekolah dan efisiensi mereka,” kata Kepala WASH Anak. Departemen PBB. Foundation (UNICEF) Indonesia, Kannan Nadar dalam siaran persnya dikutip Kamis (29/2/2024).

Selain itu, lanjut Kannan, sanitasi yang baik di sekolah mendorong anak berperilaku baik dan menjadi agen perubahan bagi teman sebaya, keluarga, dan masyarakat luas.

Lingkungan sekolah yang sehat mendorong budaya belajar, perilaku hormat, dan interaksi positif. Oleh karena itu, pemberdayaan anak mempunyai peranan penting dalam pembangunan Indonesia di masa depan.

Selain itu, akses terhadap air, sanitasi dan kebersihan (WASH) memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan berbagai sektor.

Mulai dari pelayanan kesehatan, perekonomian dan pendidikan. Khususnya di bidang pendidikan, memastikan siswa memiliki akses terhadap WASH di sekolah merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan dalam membangun sekolah sehat.

Dalam keterangan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Prasekolah, Dasar, dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ivan Syagryl meminta semua pihak turut serta dalam pembangunan sekolah sehat.

“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong dan terus mendorong setiap orang yang terlibat dalam sistem pendidikan untuk mengubah perilakunya agar hidup bersih dan sehat,” kata Ivan.

Pada tahun 2022, lanjut Ivan, sekitar 11,43 persen sekolah di semua tingkatan di Indonesia akan memiliki toilet terpisah dan fungsional.

Angka ini masih jauh dari target seluruh anak menerima 100 persen layanan WASH pada tahun 2030.

Pencapaian target cakupan WASH 100 persen memerlukan rencana strategis yang dapat dilaksanakan lintas kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya sebagai mitra pembangunan.

Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan Peta Jalan Higiene Sekolah Tahun 2024-2030. Panduan ini disajikan sebagai kerangka perencanaan penerapan sanitasi di sekolah pada akhir tahun 2030.

Dalam menciptakan akses sanitasi di sekolah, lanjut Ivan, diperlukan peran serta berbagai pemangku kepentingan.

“Kami berharap dengan Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini, seluruh pengambil kebijakan dapat terlibat dalam inisiatif berbasis data untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) atau Sustainable Development Goals tahun 2030 terkait ketersediaan toilet di sekolah,” kata Ivan. .

Hal ini sejalan dengan yang tertulis dalam dokumen Buku 1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Republik Belarus (USSR) tahun 2015-2019.

Khususnya terkait dengan Agenda Pembangunan Nasional yang menekankan pada kerjasama dan koordinasi antar organisasi program dan kegiatan. Hal ini mencakup penerapan sanitasi di sekolah dan pesantren sebagai strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembiayaan infrastruktur air minum dan sanitasi.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *