Sat. Sep 21st, 2024

Kebijakan Moneter AS Terpengaruh Perang Israel dan Iran, Apa Itu?

matthewgenovesesongstudies.com Ekonom Jakarta dan Wakil Direktur INDEF Eco Listianto mengatakan konflik Israel-Palestina telah mengurangi harapan penurunan suku bunga di masa depan.

Khususnya melalui kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menawarkan harapan penurunan suku bunga pada tahun ini.

“Perselisihan antara Iran dan Israel memunculkan harapan akan penurunan suku bunga global secara tiba-tiba, terutama suku bunga The Fed saat ini,” kata Eco dalam seminar, Senin (22/4/2024 ada 6%).

Merefleksikan hasil survei sektor keuangan terkini, Echo menambahkan, kini terdapat peningkatan ketidakpastian mengenai penurunan suku bunga The Fed selanjutnya.

“Jika kita melihat survei terbaru sektor keuangan, terlihat bahwa apa yang sebelumnya diperkirakan akan terjadi kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Juni semakin tidak relevan. Artinya lebih tinggi. Apalagi dalam jangka panjang, untuk Fed fund rate untuk Amerika, nilai negaranya akan tetap”.

“Kalaupun pelaku pasar bilang butuh waktu lebih lama, penurunan suku bunga tidak akan terjadi secara cepat, angkanya (hasil survei) di atas 80 persen,” imbuhnya.

Pernyataan senada juga disampaikan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara yang memperkirakan The Fed tidak akan menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat. The Fed saat ini mempertahankan Suku Bunga Federal Reserve (FFR) pada level 5,25 hingga 5,5 persen.

“Sepertinya suku bunga AS tidak akan diturunkan oleh Federal Reserve AS,” kata Suhasil pada Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2024 di Jakarta.

Suahsil menjelaskan, perkiraan masih tingginya suku bunga disebabkan karena inflasi di Amerika Serikat yang dinilai masih tinggi. Oleh karena itu, menjadi pertimbangan kuat bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada 5,25 hingga 5,5 persen.

Oleh karena itu, jika beberapa bulan lalu kita memperkirakan suku bunga AS akan turun, kecil kemungkinannya hal itu akan terjadi dalam waktu dekat, tegasnya.

Menyikapi tren suku bunga tinggi, ia memperkirakan dolar AS akan menghadapi tren penguatan yang lebih kuat sehingga mendorong pelemahan rupee. Setelah itu, investasi semakin banyak mengalir ke Amerika Serikat.

“Karena akan terjadi situasi dimana suku bunga di AS terlihat masih tinggi, maka modal dunia secara global akan terus mengalir ke AS, yang berarti kita masih perlu menjaga kondisi volatilitas yang terjadi di dunia. ,” dia menjelaskan.

Dulu, kita semakin dicemaskan dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang kini menembus angka 16.000 terhadap dolar. Hal ini karena nilai tukar mendekati rekor terburuk dalam sejarah selama krisis keuangan tahun 1998, mencapai $16.800 terhadap dolar.

Ekonom INDEF sekaligus Wakil Direktur Eco Listianto memperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan terus berlanjut. Apalagi dengan konflik Israel dan Iran yang memanas di Timur Tengah.

“Ke depan, jika tidak terjadi eskalasi konflik, maka risiko devaluasi rupiah lebih lanjut akan tetap ada. Menurut saya, ini adalah risiko yang sudah ada dan patut dipertimbangkan. Untuk ke depan, ujarnya dalam Seminar Senin (22/4/2024) karena potensi pelemahan lanjutan masih terlihat.

Salah satu cara untuk melihat potensi pelemahan tersebut adalah dari aspek penguatan dolar AS yang menurut Echo sangat penting. “Jika kita melihat indeks dolar sepanjang tahun 2024 meningkat sebesar 4,7 persen. Hal ini menunjukkan kekuatan dolar mulai menjadi mata uang yang paling banyak dicari di dunia,” imbuhnya.

Bahkan, Eco menduga nilai tukar rupiah bisa mencapai US$16.800 jika Bank Indonesia tidak segera melakukan intervensi. Pasalnya, nilai tukar sangat erat kaitannya dengan kebijakan fiskal dan moneter serta tingkat kepercayaan pasar.

“Nilai tukar rupiah, walaupun saya kira tidak, berarti bisa sampai 16.800 ya, kalau BI sering turun tangan dan mungkin ada kebijakan pemerintah yang hanya bicara populisme, mungkin bisa,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia menyarankan bank sentral untuk menjaga rupiah pada level mental Rp16.500 terhadap dolar AS setidaknya untuk beberapa bulan ke depan.

Level psikologis rupiah yang Anda lihat saat ini adalah Rp 16.500. Kalau sampai 16.500 akan lebih cepat di 16.800. Tapi kalau beberapa bulan ke depan bisa kita pertahankan, tidak ada proses. 16.500, lalu ada ruang untuk “Kita bernafas, kita ucapkan lalu kita kembali,” kata Echo.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *