Thu. Sep 19th, 2024

Kejar Target Gabah 11 Juta Ton, Jabar Genjot Produksi Melalui Sawah Tadah Hujan

By admin May11,2024 #Bandung #Gabah #Jawa Barat #Sawah

matthewgenovesesongstudies.com, Bandung – Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menargetkan produksi serealia lebih dari 11 juta ton pada tahun 2024. Oleh karena itu, produksi padi tadah hujan perlu ditingkatkan. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan akan terus menurun setelah Mei 2024 sehingga menimbulkan kekhawatiran kekeringan dan potensi gagal panen.

Wakil Gubernur Jabar Bey Machmudin menyatakan, musim panen raya akan dimulai pada akhir April hingga awal Mei 2024. Ia kemudian menyatakan musim tanam akan dilaksanakan pada Juni.

“Perlu adanya sarana untuk menjaga ketersediaan air, termasuk pemompaan. Tapi penerima pemompaan harus jelas dan tepat sasaran, makanya saya minta pemerintah kabupaten dan kota memetakan lahan dan lokasinya,” kata Bey. konferensi pers. Dirilis usai Rakor Ketahanan Pangan dan Produktivitas Pertanian se-Jabar pada Kamis (18/4/2024) di Gedung Sate Kota Bandung.

Bey mengatakan, Kementerian Pertanian membayangkan hal tersebut dengan memaksimalkan produksi sawah tadah hujan atau padi gogo melalui kegiatan pemompaan. Bey mengatakan, koordinasi dengan TNI dan Polri diperlukan untuk menjaga program pemompaan. Jika perlu, setiap perangkat pemompaan memiliki GPS bawaan atau menggunakan pemantauan digital.

Memaksimalkan juga pendapatan gudang dan pusat distribusi Jabar sebagai sarana pengendalian stok dan harga pangan, kata Bey.

Kementerian Pertanian telah menyediakan 2.500 titik pompa bantuan untuk mempercepat perluasan budidaya padi tadah hujan di Jawa Barat. Komjen Setio Budi, Irjen Kementerian Pertanian, mengatakan TNI dan Kementerian bekerja sama untuk program pompa tersebut, termasuk wilayah Jawa Barat yang mendapat 2.500 titik.

Sebanyak 201.702,6 hektare sawah tadah hujan dan sejumlah besar sawah beririgasi akan menjadi sasaran pemompaan secara prioritas, sehingga ia meminta Pemprov Jabar segera menyerahkan peta lokasi dan lahan sawah tadah hujan tersebut. petani. mempunyai hak untuk memompa. .

“Saya berharap ada percepatan di Jabar karena pada 15 April 2024, total luas sawah tadah hujan baru seluas 5.630 hektar yang mulai dipercepat tanam, jumlah ini masih sangat kecil,” jelas Setio Budi.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman meminta anggota DPR/Wali Kota se-Jabar segera menindaklanjuti kebutuhan Kementerian Pertanian, khususnya terkait empat bidang tanah yang mendapat bantuan pompa. “Yang diterapkan baru 1.300 titik untuk lahan 13.000 hektare. Kementan siap meski Jabar menambah kebutuhan pemompaan hingga 5.000 titik.” dia menekankan.

Wakil Bandung Barat Arsan Latif yang hadir dalam rakor tersebut meminta 44 titik pompa air hujan di wilayahnya. Selain itu, Arsan juga berharap dapat melakukan perbaikan saluran irigasi sawah, karena banyak yang rusak. Hal senada juga diungkapkan Wakil Sumedang Tuti Ruswati. Pihaknya melakukan pompa sawah seluas 200 hektare melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) namun masih menuntut program pompa lagi dari Kementerian Pertanian.

“Kami juga meminta bantuan Pemprov Jabar untuk memperbaiki Bendungan Cariang di Kabupaten Ujung Jaya yang sudah mulai rusak. Bendungan ini sangat penting untuk pengairan saluran irigasi di Sumedang,” kata Tuti.

Dikutip dalam laman Sampul Pertanian tanggal Jumat 19 Maret 2024, sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber pengairannya bergantung pada air hujan. Padi ini mulai dibudidayakan pada musim penghujan, dan bila musim penghujan berakhir, maka akan terhenti atau tidak dibudidayakan karena sangat sulitnya mencari sumber air di sawah tadah hujan.

Penanaman di sawah tadah hujan biasanya dilakukan setahun sekali, biasanya sawah tadah hujan terletak di antara gunung dan hutan atau ladang, sehingga sangat sulit mencari sumber air.

Menurut artikel di BB Padi, sawah tadah hujan merupakan sumber penyimpan pangan kedua setelah sawah beririgasi di Indonesia. Total luas lahan sawah tadah hujan di Indonesia sekitar 1,4 juta hektar.

Dengan minimnya air di sawah tadah hujan, nampaknya serangan hama dan penyakit di sawah tadah hujan lebih aman, karena selama ini varietas padi yang khusus ditanam di sawah tadah hujan merupakan varietas tahan penyakit. Varietas yang bisa ditanam di sawah tadah hujan adalah Inpari 38 Tadah Hujan, Inpari 39 Tadah Hujan, dan Inpari 41 Tadah Hujan.

Sedangkan sawah pasang surut merupakan sawah yang bergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sebagai sumber irigasi. Jadi daerah pasang surut akan mengontrol jumlah air yang masuk ketika permukaan laut mulai naik, biasanya pada malam hari.

Sawah umumnya mudah dijumpai di daerah pesisir pantai dan tempat tertentu seperti Sumatera, Kalimantan dan Papua. Padi pasang surut dapat ditanam pada musim kemarau, yaitu pada bulan Juli hingga September, ketika kondisi air menurun.

Sementara karena bertepatan dengan musim hujan pada bulan Desember hingga Mei, lahan tersebut tidak bisa digarap karena debit air akan tinggi dan sulit untuk dikeluarkan. Untuk penanaman di sawah pasang surut, padi gogo secara tradisional dapat digunakan tergantung ketersediaan air pada padi gogo atau pasang surut; Varietas yang direkomendasikan adalah Cisadane, Cisanggarung dan IR42.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *