Thu. Oct 3rd, 2024

Kematian Narapidana dalam Lapas Gorontalo Tak Wajar, Aktivis Minta Kepala Lapas Dicopot

matthewgenovesesongstudies.com, Gorontalo – Kematian seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Gorontalo pada pekan lalu masih menyita perhatian berbagai kalangan.

Aktivis Garantal menyerukan pemecatan segera kepala penjara (Kalapas). Menyusul dugaan kematian narapidana berinisial J.R. Ianto yang dianggap tidak wajar.

Korban yang ditemukan tewas di toilet sel yang terkunci pun mendapat protes dari keluarganya. Pasalnya, laporan awal dari pihak lapas menyebutkan J.R bunuh diri.

Seruan pemecatan Kapolri Garantal ditanggapi protes pihak keluarga yang membantah dugaan kematian Y.R. tidak alami.

“Sipir penjara harus bertanggung jawab penuh atas keselamatan para narapidana. Kematian ini tidak bisa dianggap enteng,” kata Arlan yang merupakan Ketua Pemuda Nusantara wilayah Gorontalo.

Arlan menambahkan, pihaknya akan mengirimkan surat terbuka ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk meminta dilakukannya penyelidikan independen atas kematian YR.

“Jika terbukti ada pelanggaran hukum, sebaiknya Kepala Staf Umum segera dicopot dari jabatannya,” tegasnya.

Kematian yang tidak wajar

Salah satu keluarga korban, Fahmid Abdullah mengaku menerima kabar meninggalnya korban pada Minggu malam (8/11/2024) lalu.

“Pihak penjara menyatakan kematian korban adalah bunuh diri,” ujarnya.

Namun menurutnya, ada yang aneh di balik kejadian tersebut. Pihak keluarga belum menerima informasi akurat mengenai kematian tersebut.

Anehnya, surat dari pihak Lapas yang diterima keluarga menyebutkan bahwa korban meninggal karena sakit. Sebenarnya awalnya korban dikabarkan bunuh diri, ujarnya.

Fahmid mengatakan, yang lebih mencurigakan adalah perbedaan jawaban yang diberikan kedua petugas lapas.

“Salah satu penjaga mengatakan, korban bunuh diri dengan menggunakan tali jemuran. Sementara itu, Kepala Surat Perintah mengatakan sebaiknya menggunakan sarung. Yang mana di antara mereka yang benar?” – tanya Fahmid mendengar sesuatu yang aneh.

Anehnya, kata Fahmid, orang tua perempuan yang meninggal itu justru disuruh menandatangani surat yang menyatakan tidak menentang kematian anaknya.

“Surat yang dimintai tanda tangan ibu korban berisi pernyataan tidak keberatan. Seolah-olah memang demikian. “Seolah-olah ada yang disembunyikan,” tambah Fahmid.

“Jadi, sebagian besar keluarga kami setuju untuk pergi ke pengadilan. Saya dan Paman Andriant pergi ke Polres Gorantal untuk meminta bantuan. “Kami berharap polisi bisa mengungkap motif sebenarnya di balik kematian tidak wajar ini,” ujarnya.

Hingga berita ini diturunkan, awak media masih berusaha menghubungi Lapas Kelas IIA Gorantal.

Petugas Humas Lapas Kelas IIA Gorantal Iqbal Goebel yang dihubungi melalui WhatsApp mengarahkan wartawan untuk mengkonfirmasi langsung informasi tersebut kepada petugas lapas terkait.

“Iya benar ada yang meninggal. Saya hanya seorang reporter, bukan reporter. Anda bisa datang langsung ke kantor. “Saya sudah konfirmasi ke komisaris bahwa beliau bersedia diwawancarai,” jawabnya ketus sekali lagi. Tonton video berikut.

Pengawas Lapas Kelas IIA Garantala melalui Pengawas Divisi Binadik (Kasi) Kasdim saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian gantung diri tersebut.

Namun pihaknya membantah korban tidak menggunakan tali jemuran saat bunuh diri. Sebagai gantinya, gunakan sarung yang dililitkan pada tali.

“Iya ada, kita memang belum tahu apa penyebabnya (bunuh diri). Namun berdasarkan gejalanya, dapat diasumsikan bahwa orang tersebut menderita penyakit tersebut, kata Kasdim.

“Perlu diperbaiki, dia sebenarnya tidak menggunakan tali. “Dia menggunakan sarung milik keluarganya,” ujarnya.

Menurut dia, sarung boleh ditutup. Sebab, sebagian besar sarung digunakan oleh warga binaan untuk kegiatan keagamaan.

Sedangkan sel Ianto berada di ruang isolasi narapidana yang sakit. Petugas hanya bertemu sesekali.

“Berdasarkan lingkungan saja, ada kekhawatiran bahwa penyakit tersebut dapat menyebar,” katanya.

Kasdim mengamini, tentu saja perbuatan Ianto bermula dari dirinya yang pergi ke kamar mandi untuk buang air. Saat petugas memeriksa, Ianto yang dipanggil tak sadarkan diri di kamar mandi.

Petugas mengambil langkah pertama dengan membuka paksa (mendobrak) pintu toilet. Mereka takut terjadi sesuatu pada para tahanan.

Setelah dibuka paksa, Ianto ditemukan tergantung di sarung. Saat itu, petugas segera bergegas memberikan pertolongan dan membawanya ke rumah sakit secepatnya.

“Saat dibebaskan, para tahanan belum meninggal. “Kami berusaha memberikan pertolongan, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan,” tegasnya.

Jenazah Ianto sudah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Seperti yang dilaporkan di penjara, semua keluarga telah menerima apa yang terjadi.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *