Fri. Sep 27th, 2024

Kemenparekraf Kecewa Ratusan Hotel Jadi Korban Scam Pemalsuan Data, Siapkan Strategi Komunikasi agar Tidak Berdampak pada Kunjungan Wisata

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kasus pemalsuan data ratusan hotel di berbagai wilayah Indonesia terus terungkap setelah BPP Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) melaporkannya ke Bareskrim Direktorat Kepolisian. Terkait hal tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengaku kecewa.

“Saya kecewa, saya juga khawatir, mungkin yang lebih berwenang bisa menjawab saya. (Karena datanya diretas, mungkin sistem perlindungan kita harus dinilai,” kata Adyatama, pakar senior pariwisata dan ekonomi kreatif Kementerian. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nia Niscaya di sela-sela Laporan Mingguan Bersama Sandi Uno yang diselenggarakan di Jakarta pada Senin, 13 Agustus 2024.

Nia menegaskan, data apapun, termasuk data pengunjung, sangatlah berharga. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem proteksi yang digunakan saat ini agar kejadian serupa tidak terulang kembali. “Mudah-mudahan ini segera teratasi,” ujarnya.

Di sisi lain, sebagai voice point sektor pariwisata, pihaknya tengah menyiapkan strategi komunikasi untuk mengurangi dampak kebocoran data terhadap kunjungan wisatawan ke Indonesia. “Paling tidak kita harus sampaikan kenapa hal itu terjadi, lalu kita menyesali hal itu terjadi, apa yang kita lakukan dan tindakan apa yang perlu dilakukan agar hal itu tidak terjadi lagi,” jelasnya.

“Paling tidak komunikasi berperan di sini, supaya informasinya jelas, tidak liar, harus dipatuhi,” imbuhnya.

BPP PHRI sebelumnya telah melaporkan pemalsuan data elektronik di akun Google Business Hotel di seluruh Indonesia. Kejadian ini pertama kali dilaporkan manajemen PHRI Sumbar pada Minggu 11 Agustus 2024.

 

 

 

Ketua Umum PHRI Hariyadi BS Sukamdani mengatakan pemalsuan data ini biasa terjadi di seluruh Indonesia. Pengelola daerah yang melaporkan kejadian tersebut adalah Sumbar, Riau, Sumsel, Kepri, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan. 

“Menindaklanjuti kasus tersebut, BPP PHRI akan segera melaporkannya kepada instansi terkait yaitu Polri dan laporan ini tentunya akan dilakukan oleh BPD dan BPC PHRI melalui Polda dan Polri di wilayahnya masing-masing,” kata Hariyadi. saat konferensi pers online pada Senin, 12 Agustus 2024. . 

Hariyadi menjelaskan, kejadian ini akan dilaporkan berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE) yang mengatur tentang pemalsuan data elektronik yang dilakukan pihak tertentu. Eksploitasi tersebut dilakukan oleh oknum yang mengubah informasi nomor kontak hotel sehingga korban yang ingin memesan hotel langsung dialihkan ke rekening yang tidak seharusnya mereka miliki.

Kasus penipuan ini dilaporkan oleh Yanti Yulianti, BPH PHRI Jawa Tengah, dengan 156 hotel melaporkan adanya perubahan data di Google Bisnis. “Yang diretas (penyalahgunaan data) dan berujung pembayaran hanya dialihkan ke 10 hotel yang melaporkan penipuan tersebut,” jelasnya. 

Menurut dia, kerugian akibat penyalahgunaan data tersebut masih terbilang kecil. “Tidak banyak, tapi uangnya (uangnya) masuk ke penipu,” kata Yanti.

Dari segi data, BPH Sumbar menyebutkan melaporkan 60 hotel, disusul Jawa Timur 92 hotel, Sulawesi Tengah 18 hotel, Bandung 35 hotel, dan Lampung 8 hotel. Penyalahgunaan informasi juga dilaporkan oleh hotel-hotel di Jakarta. Faktanya, ada sebuah hotel di Surabaya yang penipu mengubah detailnya hingga lima kali sehari untuk mengelabui korbannya. 

Untuk itu, manajemen hotel yang rekening usahanya digunakan secara ilegal ini berupaya memberikan peringatan kepada masyarakat melalui berbagai cara. Salah satunya melalui media sosial dan website perusahaan untuk membuat konsumen berhati-hati saat memesan hotel melalui Akun Google Bisnis.

Sebaiknya calon tamu menghubungi langsung akun resmi hotel untuk menghindari penipuan. Hariyadi meminta calon tamu membayar pesanannya melalui rekening resmi hotel. Ia juga meminta pelanggan segera mengkonfirmasi nomor rekening melalui kontak resmi hotel sebelum membayar.

Adapun mengenai kerugian yang dialami para korban akibat penipuan penggunaan akun Google Bisnis, Hariyadi mengatakan pihak hotel tidak dapat bertanggung jawab. BPP PHRI pun berharap pihak Google dapat segera menindaklanjuti kejadian tersebut agar tidak ada lagi korban akibat peretasan yang tengah berlangsung.

PHRI mendesak hotel untuk melaporkan informasi yang salah ke Google melalui saran perubahan pada akun Google Bisnis mereka dan kemudian melaporkan penipuan melalui Pengaduan untuk Memperbaiki Bisnis. Manajemen hotel kemudian diminta untuk memverifikasi penanggung jawab di akun perusahaan melalui Google MyBusiness Verified.

Mengutip kanal Jatim matthewgenovesesongstudies.com, Asosiasi General Manager Hotel Casa Grande Jatim mengimbau seluruh pengelola hotel mewaspadai peretasan akun yang dapat merugikan pelanggan dan perusahaan hotel.

“Kami menghimbau kepada seluruh hotel di Jatim untuk tetap waspada agar kejadian ini tidak menimbulkan kerugian yang besar. Saat ini kami dapat menginformasikan kepada tamu nomor resmi di media sosial dan media sosial seluruh karyawan,” ujarnya. Presiden Casa Grande Jawa Timur S Wardoyo di Surabaya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *