Sun. Sep 22nd, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Sistem saraf manusia berperan penting dalam mengirimkan informasi ke otak, termasuk rangsangan seperti suara, cahaya, sentuhan, dan gerakan. Namun, ada kasus dimana pemrosesan informasi ini terganggu dan disebut gangguan pemrosesan sensorik (SPD).

Gangguan ini dapat menyebabkan otak salah menafsirkan atau bereaksi terhadap rangsangan sensorik, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan anak dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut psikolog klinis Rosidiana Setyaningrum, dalam perkembangan anak hingga dewasa, gangguan sensorik dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk fokus belajar, bekerja, dan mengolah informasi.

SPD dapat terjadi dalam dua bentuk: lebih sensitif dan kurang sensitif. Kedua kondisi tersebut dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari anak, mulai dari keterampilan motorik kasar dan halus hingga keterampilan sosial dan emosional. gangguan pemrosesan sensorik yang sensitif

Rosediana mengatakan, gangguan sensorik sensitif ini bisa sangat membuat frustasi, seperti saat mendengarkan radio atau harus memilih suara dari 1 hingga 10.

Namun bagi anak-anak dan orang dengan kepekaan sensorik tinggi, semuanya tampak seperti Volume 9 atau Volume 10.

“Di ruangan ber-AC, kita mendengar orang berbicara dan teman di sekitar berbicara, tapi kita hanya bisa fokus pada apa yang ingin kita dengar,” kata Rosediana.

“Bagi orang dengan sensitivitas sensorik, segala sesuatunya sangat keras sehingga sulit untuk fokus pada apa yang perlu mereka dengar,” tambahnya.

Hal ini bisa membuat Anda merasa pusing dan sulit berkonsentrasi.

 

 

 Anak-anak atau orang dewasa dengan gangguan pemrosesan sensorik mungkin menjadi terlalu sensitif atau hipersensitif terhadap hal-hal yang sulit bagi mereka.

“Ada juga gangguan sensorik yang tidak sensitif, sehingga semuanya terkesan tidak terdengar atau tidak terlihat,” kata Rozdiana dalam acara diskusi media mengatasi tantangan tumbuh kembang anak yang diselenggarakan oleh MS School & Wellbeing di Jakarta, Rabu, 8 Mei 2024.

Oleh karena itu, kata Rosediana, banyak anak yang sulit berkonsentrasi saat berbicara.

“Jika Anda berbicara dengan seorang anak dan mereka tidak terhubung dan mereka terus bergerak, kemungkinan besar mereka mengalami anestesi,” katanya.

Gangguan pemrosesan sensorik ini mungkin memengaruhi salah satu indera, seperti pendengaran, sentuhan, atau rasa. Atau itu mungkin mempengaruhi beberapa indra Anda.

Gejala-gejala SPD seringkali mirip dengan gejala autisme, sehingga menyebabkan banyak orang tua salah mengira bahwa anak mereka mengidap autisme padahal sebenarnya mereka mengidap SPD.

Rosediana mengatakan, beberapa orang tua mengunjungi terapis karena menganggap perilaku anaknya menunjukkan tanda-tanda autisme.

“Banyak orang mengira anaknya autis, padahal bukan, anak tersebut mengalami gangguan sensorik,” kata Rosediana.

Penting untuk mendapatkan diagnosis dari ahlinya agar anak dapat membedakan kedua kondisi ini guna memberikan intervensi yang tepat guna membantu mereka mengatasi tantangan yang dihadapi.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *