Sun. Sep 8th, 2024

Kesenjangan Capai Rp 64,8 Kuadriliun, Indonesia Kritisi Pembiayaan SDGs

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Menteri Perencanaan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengkritisi implementasi Agenda Aksi Addis Ababa yaitu tentang pembiayaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada tahun 2030.

Hal ini dikarenakan kesenjangan pendanaan SDGs global pada tahun 2015 untuk mencapai perekonomian yang lebih baik dan berkelanjutan adalah sebesar USD 4 triliun atau setara dengan Rp 64,8 kuadriliun per tahun.

Suharso mengatakan hal tersebut saat berkunjung ke New York, Amerika Serikat untuk menghadiri pertemuan Economic and Social Council Financing for Development Forum 2024 (FfD Forum) yang digelar di kantor Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 22-25 April lalu. “Namun, enam tahun hingga hadirnya TPB/SDGs, kita masih belum mendekati kata-kata konkrit. Tanpa TPB/SDGs, pendapatan global hingga 4 triliun USD setiap tahunnya, serta komitmen pembiayaan dan Bantuan Pembangunan Resmi belum terpenuhi. sektor keuangan jelas merupakan “salah satu permasalahan terpenting bagi kita semua”, ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (24/4/2024).

Pada konferensi utama, Indonesia memaparkan solusi konkrit untuk memenangkan sektor keuangan demi pembangunan berkelanjutan. Solusi-solusi ini pertama-tama meningkatkan implementasi mesin dan alat keuangan di semua tingkatan.

Kedua, reformasi sistem keuangan internasional untuk mencapai tujuan pembangunan global melalui kerjasama antara politisi PBB dan Lembaga Keuangan Internasional. Hal ini tentang meningkatkan kemampuan memberikan pinjaman dan pembiayaan lunak serta meningkatkan keterwakilan negara-negara berkembang. Dengan kemajuan dalam reformasi perpajakan global, penanganan krisis utang, dan perbaikan sistem pemeringkatan kredit.

Ketiga, melampaui bisnis seperti biasa dan mengamankan inovasi keuangan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cepat.

 

Indonesia juga menunjukkan beberapa praktik baik dalam sistem keuangan baru, yang penting dalam masalah pendapatan ini.

Yaitu penerbitan Blue Government Bonds yang pertama kali di dunia diterbitkan kepada masyarakat, TPB/SDGs Bonds pertama di Asia, dan Green Sukuk.

Global Blended Finance Alliance (GBFA) adalah aliansi yang mempromosikan solusi untuk mengatasi tantangan keuangan mikro untuk pembangunan berkelanjutan melalui keuangan campuran.

“Kami mengundang negara-negara anggota untuk bergabung dalam GBFA. Dengan membina kerja sama kita dapat mengatasi tantangan bersama.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *