Sat. Oct 5th, 2024

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Berlari Kencang Melawan Tuberkulosis

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Saat Rapat Umum Kabinet di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara (IKN), Jumat, 13 September 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan instruksi antara lain: “Jadi setelah pelantikan, pemerintahan baru dapat segera bekerja dan bekerja dengan cepat.”

Terkait dengan hal tersebut, salah satu tantangan kesehatan kita adalah tuberkulosis (TB), dimana Indonesia merupakan sumber kasus terbesar kedua di dunia. Kemudian setiap jam lebih dari 15 orang di negara kita meninggal karena TBC.

Dalam hal “jalur cepat” melawan TBC, alangkah baiknya jika pemerintahan baru segera mengadopsi dan menerapkan pedoman terbaru WHO tentang obat pengobatan pencegahan TBC, TPT (“Terapi Pencegahan Tuberkulosis – TPT”) yang telah dikeluarkan. Tepat empat hari lalu, 9 September 2024.

Panduan ini berisi 21 rekomendasi yang memiliki dasar ilmiah yang kuat. Termasuk rekomendasi yang sangat kuat, pemberian levofloxacin setiap hari selama 6 bulan sebagai salah satu pilihan TPT pada orang yang terpapar TB multidrug-resisten (MDR) dan rifampisin-resisten (RR).

Dalam hal ini, setidaknya terdapat lima kegiatan dalam paket penyediaan TPT:

Pertama, identifikasi kelompok risiko tinggi untuk tuberkulosis laten

Kedua, skrining TBC

Ketiga, pastikan tidak ada TBC.

Keempat, melakukan tes dan memastikan infeksi TBC.

 

Kelima, pilih jenis obat TPT yang tepat. Selain levofloxacin, yang dijelaskan di atas, pilihan lain termasuk isoniazid harian selama 6 atau 9 bulan atau rejimen rifapentine dan isoniazid selama 3 bulan.

Pilihan lainnya adalah pemberian rifapentine dan isoniazid setiap hari selama satu bulan atau rifampisin setiap hari selama 4 bulan. Program pengobatan pencegahan TBC masih kurang

Cakupan program pencegahan tuberkulosis (TBP) di negara kita masih sangat rendah. Hanya sekitar 2 atau 3 persen. Oleh karena itu, jelas Anda perlu “berlari cepat” untuk memperbaikinya.

Indonesia kini harus menggunakan pedoman terbaru WHO agar dapat bekerja berdasarkan bukti ilmiah medis dan kesehatan yang valid (evidence-based).

 

Partikel untuk benda langsung

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *