Thu. Sep 19th, 2024

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Mpox Jadi Kegawatan Internasional Lagi

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pada 14 Agustus 2024, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros mengatakan peningkatan kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan perkembangan kasus di beberapa negara Afrika sudah sampai ke publik. tingkat. telah pergi Kesehatan. Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Kepedulian Internasional, atau istilah resminya ‘Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Kepedulian Internasional (PHEIC)’

Sesuai aturan yang tertuang dalam ‘International Health Regulations’ (IHR), pernyataan PHEIC Direktur Jenderal WHO didasarkan pada rekomendasi ‘IHR Emergency Committee’. Komite tersebut merupakan kelompok independen yang dibentuk oleh WHO untuk menangani penyakit menular yang dapat menjadi epidemi.

Saya pribadi adalah anggota komite yang menangani MERS CoV beberapa tahun yang lalu. Dalam kasus MPOX, kali ini ‘Emergency Committee’ juga mengungkapkan adanya kemungkinan (meski belum bisa dipastikan) MPOX bisa menyebar ke luar benua Afrika, termasuk Asia.

Pernyataan PHEIC ini menekankan perlunya upaya internasional yang terkoordinasi, termasuk vaksinasi. Saat ini, Kelompok Penasihat Ahli Imunisasi WHO merekomendasikan dua jenis vaksin yang disetujui dan dicakup oleh ‘Otoritas Regulasi Nasional yang terdaftar di WHO’.

Peningkatan kasus di banyak negara disebabkan oleh clade 1b yang lebih ganas dibandingkan clade 2 yang sebelumnya lebih umum terjadi. Monkeypox sebelumnya diklasifikasikan sebagai PHEIC, namun status ini dicabut karena kasusnya sudah terkendali. Sayangnya, epidemi ini kini kembali menyebar.

 

Menanggapi pernyataan PHEIC, muncul pertanyaan apakah perlu melarang pelancong dari negara-negara yang terkena virus saat ini. Jika penyakit ini menjadi darurat global, langkah-langkah yang perlu diambil negara-negara bukan dengan menutup perbatasan, namun memperkuat sistem pengendalian di dalam negeri.

Pengalaman pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa penutupan perbatasan tidak efektif dalam mencegah penyebaran penyakit ini di seluruh dunia. Selanjutnya, jika hanya menutup perbatasan dengan negara A hingga F, bagaimana cara memastikan negara G hingga L bebas kasus?

Tidak mungkin menutup perbatasan dari seluruh dunia. Pengecekan suhu tubuh di bandara pun tidak menjamin orang yang terjangkit virus tidak akan masuk, karena masih dalam masa inkubasi dan akan muncul gejala baru setelah tiba di negara kita.

Oleh karena itu, kuncinya adalah memperkuat sistem kesehatan di dalam negeri, meski kewaspadaan terhadap potensi penularan dari luar negeri tetap diperlukan. Selain itu, Indonesia sendiri telah melaporkan beberapa kasus MPox.

 

Setidaknya ada lima langkah yang perlu dilakukan di rumah: Promosi kesehatan secara luas tentang penyakit ini. Pemantauan untuk mendeteksi kemungkinan kondisi di berbagai wilayah negara. Peningkatan yang pasti dalam kemampuan diagnostik MPOX. Penyiapan fasilitas pelayanan kesehatan di berbagai tingkat. Komunikasi dan kerjasama internasional dalam pengendalian penyebaran penyakit antar negara.

Terakhir, istilah ‘cacar monyet’ diubah menjadi ‘cacar’ secara internasional karena kondisi ini tidak lagi selalu dikaitkan dengan monyet. Jadi akan lebih baik jika kita beradaptasi dan menggunakan kata-kata baru yang lebih tepat.

Prof Tajandra Yoga Aditama

Direktur Pascasarjana, Universitas Yarsi, mantan Direktur Penyakit Menular, WHO Asia Tenggara

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *