Fri. Sep 20th, 2024

Konsisten Konsumsi Minuman Berpemanis Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Koroner

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Minuman Manis Dalam Kemasan (MBDK) kerap dikaitkan dengan peningkatan prevalensi obesitas dan diabetes di masyarakat.

Menurut pakar kesehatan dan epidemiolog Dickie Budiman, minuman manis juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner.

“Konsumsi minuman manis mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan. “Beberapa penelitian menemukan bahwa konsumsi minuman manis secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner,” kata Dickey Health kepada matthewgenovesesongstudies.com melalui pesan suara, Sabtu (16/3/2024).

Penelitian jangka panjang juga menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian total, tambahnya.

Oleh karena itu, dampak kesehatan dari minuman manis tidak hanya terbatas pada diabetes dan obesitas, namun mencakup banyak masalah kesehatan lainnya, termasuk penyakit jantung, kematian dini, dan masalah gigi seperti penyakit periodontal.

Mengingat berbagai gangguan kesehatan akibat minuman manis, Dickey mendukung kebijakan konsumsi MBDK.

“Dengan bukti yang didukung oleh studi ilmiah, kami dapat menyimpulkan bahwa penerapan pajak atas minuman manis berpotensi mengurangi kejadian diabetes, obesitas, dan masalah kesehatan lainnya.”

Dee juga mengatakan konsumsi minuman manis kemasan dapat dilaksanakan dengan tetap memperhatikan dampak industri dan ekonomi.

“Kebijakan-kebijakan tersebut di atas, bersama dengan konsumsi dan pajak, dapat memberikan akses terhadap manfaat kesehatan jangka panjang. Namun tentunya dengan fokus pada dampak ekonomi dan industri.”

“Karena literasi pada gilirannya memegang peranan penting. Artinya, jika konsumsinya wajar dan tidak berlebihan, sama sekali tidak ada dampak negatifnya, jelas Dickey.

Penggunaan MBDK yang berlebihan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan kesehatan. Sebaliknya, jika masyarakat lebih teredukasi mengenai hal tersebut, maka mereka akan lebih bijak dalam mengonsumsi minuman manis.

Jika ekspor MBDK terlaksana, tidak semua tugas pihak akan langsung selesai. Pemantauan atau pengawasan secara terus menerus sangat diperlukan.

“Kalaupun ini (konsumsi MBDK) dilaksanakan, tetap harus dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala, termasuk misalnya literasi.”

“Keadilan pada gilirannya menjadi pilar terakhir agar masyarakat bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak,” jelas Dickey.

Penerapan konsumsi MBDK dinilai merupakan strategi efektif untuk mengurangi konsumsi minuman manis yang diusulkan.

Mengurangi konsumsi minuman manis berpotensi menurunkan diabetes dan obesitas. Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penelitian.

“Ini sebenarnya relevan untuk penelitian, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri merekomendasikan untuk mengkaji hal ini, masalah penggunaan pemanis buatan.”

Dalam studi Organisasi Kesehatan Dunia, penggunaan pemanis buatan tidak memberikan manfaat jangka panjang bagi orang dewasa dan anak-anak. Di sisi lain, penggunaan pemanis buatan tersebut menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kematian.

Ia menyimpulkan: “Jadi ini (usulan penerapan konsumsi MBDK) sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia.”  

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *