Wed. Oct 2nd, 2024

KPK Diminta Buka Penyidikan Baru soal Permainan WTP BPK Lewat Kasus Kementan

By admin Oct2,2024 #KPK

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Gaddafi meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan baru terhadap permainan Status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Pernyataan Uchok tersebut menyusul dugaan anggota BPK terlibat dalam penerbitan WTP Kementerian Pertanian pada era Syahrul Yasin Limpo (SYL).

“KPK harus memulai penyidikan baru karena adanya temuan baru yaitu nama anggota BPK baru dan kasus baru yaitu peluncuran program food real estate Kementerian Pertanian,” kata Uchok, Kamis (9/5/9). 2024).

“Apalagi proyek food park ini dinilai kurang lengkap dokumentasinya,” ujarnya.

Menurut Uchok, ketidaklengkapan dokumentasi dan administrasi merupakan awal terjadinya korupsi.

“Korupsi dimulai dari kurangnya dokumentasi, dan siapa pun yang menuduh adanya pemerasan dan gratifikasi dalam proyek food park ini harus ditangkap,” tegasnya.

Sebelumnya, Direktur Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Hermanto mencatat permintaan dana Rp 12 miliar dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mendapatkan syarat wajar tanpa pengecualian (WTP).

Demikian sidang Hermanto berikutnya dalam kasus gratifikasi dan pemerasan terhadap SYL dan lainnya yang digelar pada Rabu (5 Agustus 2024) di Pengadilan Tinggi (PN) Provinsi Jakarta Pusat untuk Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).

Jaksa awalnya meragukan pemeriksaan tahunan yang dilakukan BPK di Kementerian Pertanian. Tes tersebut juga terkait dengan predikat WTP.

Hermanto mengakui hal itu. Ia kemudian menyebut nama Viktor, pejabat BPK. Viktor dikenal sebagai auditor BPK.

Lalu bagaimana kronologinya terkait Pak Harul dan Pak Victor yang dialami sendiri oleh saksi saat itu. Bagaimana bisa dijelaskan kronologinya? tanya jaksa.

“Ada kajian BPK soal penyelenggaraan food park. Iya kajian. Memang tidak banyak, tapi besar,” kata Hermanto.

Yang menjadi perhatian khusus BPK saat itu adalah persoalan lahan pangan, kata Hermanto.

“Setahu saya fokusnya di food complex pak. Mungkin yang paling besar kalau tidak salah food complex, dan ada temuan lain juga. Saya kurang tahu spesifiknya. yang lainnya,” kata Hermanto.

Jaksa kemudian meminta Hermanto menjelaskan proses Kementerian Pertanian menerbitkan WTP di saat isu sektor pangan sedang menjadi perhatian.

“Contohnya temuan di komplek pangan itu temuan berarti dokumentasinya kurang lengkap ya, kelengkapan administrasinya BDD, uang muka. Jadi ini yang harus kita lakukan dan masih belum ada TGR. Tidak, maksudnya bahwa kita mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan dan menyelesaikannya,” kata Hermanto.

“Tahun berapa itu?” tanya jaksa.

“Aksinya tahun 2021, sebelum saya menjabat, tapi saat saya menjabat, saya langsung dihadapkan pada draf temuan BPK. Ya maksud saya draf temuannya,” kata Hermanto.

Kementerian kemudian kembali meminta penjelasan mengenai proses penerbitan WTP pada tahun 2022 hingga 2023. Hermanto mengaku belum mengetahui secara pasti bagaimana prosesnya.

Jaksa kemudian menanyakan kepada BPK yang menerbitkan WTP atas nama Victor, Daniel Siahaan, dan Toranda Saefullah.

Jadi bagaimana kronologi kejadiannya. Saksi ketemu Pak Victor, Pak Daniel Sihan, dan Pak Toranda Sapula.

“Kementerian Pertanian telah mengatakan bahwa konsep penemuan ini adalah alasan hilangnya PSP. Salah satu dari banyak hal pertama, tapi mungkin ada sesuatu yang bisa disebut sebagai bagian dari PSP.” jelas Ermanto.

Terakhir, Kementerian Pertanian meminta sejumlah uang kepada BPK untuk meraih predikat WTP. Victor meminta uang.

“Iya, permintaannya sudah diajukan untuk diteruskan ke manajemen. Kalau tidak salah, sudah diminta Rp 12 miliar ke Kementerian Pertanian untuk nilainya,” kata Hermanto.

Saksi mengaku berkali-kali membebankan biaya miliaran dolar dan meminta agar segera dilimpahkan kepada pimpinan, dalam hal ini Shahrul Yassin Limpo.

Namun Hermanto mengaku tidak mempunyai kewenangan untuk menyampaikan permintaan tersebut kepada SYL. Namun Kasdi Subagyono, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, mengatakan Hermanto mengetahui permintaan tersebut.

“Saya belum mendapat instruksi apa pun dari menteri atau sekjen mengenai hal ini, saya hanya meminta Pak Victor menyampaikan hal itu kepada menteri,” pungkas Hermanto.

“Jadi, apa yang akhirnya disampaikan?” tanya jaksa.

Saksi menjawab: “Saya tidak ada kontak langsung dengan Menteri.”

“Apa yang terjadi selanjutnya. Kata saksi oleh Pak Hatta. Lalu apa yang dikatakan Pak Hatta?” tanya jaksa.

“Iya, saya akan hubungi Sekjen dan sampaikan ke menteri,” jawab Hermanto.

Singkat cerita, permintaan BPK sebesar Rp12 miliar tidak dipenuhi. Kementerian Pertanian hanya mampu menyediakan Rp 5 miliar.

Padahal nilai nominalnya tidak sesuai dengan BPK. Kementan akhirnya bisa memperoleh predikat WTP.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *